Jenis-Jenis Tindak Tutur Ragam Bahasa Hormat dan Ragam Bahasa Biasa

Saragih 2001 : 64 mengamati bahwa realisasi aksi atau tindak tutur pada strata semantik dan tata bahasa bukanlah hubungan ’satu ke satu’ biunique relatio; artinya bahwa semantik aksi ’pernyataan’ tidak selamanya direalisasikan oleh modus deklaratif, ’pertanyaan’ oleh interogatif dan perintah oleh imperatif.

2.6 Jenis-Jenis Tindak Tutur

Wijana 2006 dalam Rahardi 2009 : 19-20 menguraikan dua macam jenis tindak tutur di dalam praktik berbahasa, yaitu: 1.Tindak tutur langsung dan tindak tutur tidak langsung. a. Tindak tutur langsung adalah tindak tutur yang dinyatakan sesuai dengan modus kalimatnya. Contoh: Tolong hidupkan lampunya. Tuturan di atas adalah tindakan memerintah seseorang untuk menyalakan lampu karena situasi ruangan gelap. b. Tindak tutur tidak langsung adalah tindakan yang tidak dinyatakan langsung oleh modus kalimatnya. Contoh:Ruangnya gelap sekali. Tututran di atas secara tidak langsung menyuruh atau meminta seseorang untuk menghidupkan lampu karena situasi ruangannya gelap tetapi di sampaikan secara tidak langsung. 2.Tindak tutur literal dan tindak tutur non literal. a. Tindak tutur literal dapat dimaknai sebagai tindak tutur yang maksudnya sama persis dengan makna kata-kata yang menyusunnya. Universitas Sumatera Utara Contoh:: Wah, suaramu bagus sekali. Jika maksud tuturan itu adalah untuk pujian kepada sang mitra tutur, maka jelas sekali bahwa tuturan itu merupakan tuturan yang sifatnya literal. b. Tindak tutur non liteal Adalah tindak tutur yang maksudnya tidak sama, atau bahkan berlawanan, dengan makna kata-kata yang menyususnya itu. Contoh : Wah, suaramu bagus sekali. Jika maksud tuturan itu adalah untuk untuk menyindir atau untuk mengejek sang mitra tutur maka tindak tutur yang demikian itu disebut sebagai tindak tutur nonliteral atau tindak tutur tidak literal. Dari empat macam jenis tindak tutur yang disampaikan di atas itu, masing-masing kemudian bisa diinterseksikan antara yang satu dengan yang lainnya. Dari interseksi keempatnya itu dapat dihasilkan empat jenis tindak tutur yang berikutnya yakni: 1. Tindak tutur langsung literal, 2. Tindak tutur tidak langsung literal, 3. Tindak tutur langsung non literal, 4. Tindak tutur tidak langsung non literal.

2.7 Ragam Bahasa Hormat dan Ragam Bahasa Biasa

Dahidi dan Sudjianto 2004 : 188-189 menyatakan pemakaian ragam bahasa hormat menjadi salah satu karakteristik bahasa Jepang. Pada dasarnya ragam bahasa hormat dipakai untuk menghaluskan bahasa yang dipakai orang pertama pembicara untuk menghormati orang kedua pendengar dan orang ketiga yang dibicarakan. Jadi yang dipertimbangkan pada waktu menggunakan ragam bahasa hormat adalah konteks Universitas Sumatera Utara tuturan termasuk orang pertama, orang kedua, dan orang ketiga. Nakano Toshio dalam Sudjianto 1999 : 149 menjelaskan bahwa ragam bahasa hormat ditentukan dengan parameter sebagai berikut: 1. Usia : tua atau muda, senior atau yunior 2. Status : atasan atau bawahan, guru atau murid. 3. Jenis Kelamin : pria atau wanita wanita lebih banyak menggunakan ragam bahasa hormat. 4. Keakraban : orang dalam atau orang luar. 5. Gaya Bahasa : bahasa sehari-hari, ceramah, perkuliahan. 6. Pribadi atau umum: rapat, upacara, atau kegiatan apa. 7. Pendidikan : berpendidikan atau tidak. Selain itu bahasa Jepang juga mengenal adanya tingkatan bahasa, dalam penggunaanya perlu dipertimbangkan banyak faktor seperti status sosial pembicara dan pendengar serta suasana yang mengiringinya. Disamping itu, pula perlu dikenali apakah ungkapan tersebut umum digunakan oleh laki-laki atau perempuan, anak-anak, atau orang dewasa serta bagaimana hubungan yang mempertautkan mereka menurut Edizal 2001 : 1 Ragam bahasa biasa adalah bentuk bahasa sehari-hari biasa dalam bahasa Jepang dan biasanya digunakan kepada orang yang lebih muda atau kepada orang yang sudah akrab. Seperti disebutkan diatas situasi ranah juga mempengaruhi tindak tutur berinteraksi di mana satu bahasa digunakan. Universitas Sumatera Utara Ranah merupakan gugusan situasi atau cakrawala interaksi di mana satu bahasa digunkan. Ranah dihubungkan dengan variasi tertentu, variasi-variasitersebut dibandingkan dengan situasi sosial dan merupakan abstraksi dari persilangan antara hubungn peran dan status, lingkungan dan pokok bahasan tertentu menurut Siregar 1998 : 38 Di dalam penulisan yang pernah dilakukan oleh Fishman 1971 dalam Rahardi 2009 : 39 telah digunakan lima macam ranah yakni 1 ranah keluarga, 2 ranah persahabatan, 3 ranah pekerjaan, 4 ranah pendidikan, 5 ranah agama. Maka sebuah ranah, misalnya saja, akan dapat dianggap sebagai ranah keluarga apabila terdapat pertuturan yang terjadi di rumah atau dalam sebuah keluarga, terdapat topik perbincangan mengenai masalah keluarga, dan terdapat para partisipan tutur yang merupakan bagian dari keluarga itu menurut Rahardi 2002 dan Sumarsono 1993 dalam Rahardi 2009 : 39.

2.8 Kajian Terdahulu Sebelumnya