Ekstraksi Senyawa Bioaktif TINJAUAN PUSTAKA

menjadi dua bagian besar, senyawa primer dan sekunder Brielman 1999. Berkaitan dengan interaksi serangga – tanaman, metabolit primer tanaman didefinisikan sebagai metabolit yang menyediakan nutrisi esensial bagi serangga, sedangkan metabolit sekunder tanaman merupakan metabolit yang tidak memiliki arti penting bagi kebutuhan nutrisi Vickery Vickery 1981 , Panda Khush 1995. Senyawa penghambat makan dapat menyebabkan serangga menghentikan kegiatan makannya secara permanen atau sementara. Dengan adanya senyawa penghambat makan, serangga dapat menggigit bagian tertentu dari makanan, kemudian menilai apakah makanan tersebut tidakdapat dimakan, selanjutnya memutuskan untuk tetap atau pergi ke bagain lainnya. Banyak senyawa tumbuhan baik dalam bentuk ekstrak maupun senyawa murni diketahui memiliki aktivitas penghambat makan terhadap berbagai species serangga. Penghambat makan dari kelompok terpenoid yang paling dikenal ialah azadirakhtin yang merupakan senyawa insektisida utama dari tanaman mimba. Beberapa ekstrak tumbuhan selain memiliki pengaruh terhadap mortalitas, aktivitas makan, juga dapat berpengaruh terhadap penekanan kemampuan reproduksi serangga dan perkembangan generasi keturunannya Rembold et al.1984 ; Champagne et al.1989. Oleh karena itu penggunaan insektisida botani tidak dikhawatirkan menimbulkan resurjensi, bahkan sebaliknya dalam jangka panjang akan mengakibatkan penekanan populasi hama sasaran Prijono 1994. Keunggulan-keunggulan insektisida botani tersebut diatas terdapat pada sediaan mimba Azadirachta indica sebagai insektisida botani generasi terkini yang paling menonjol. Harapan-harapan tersebut memicu usaha pencarian sumber-sumber insektisida botani baru dari species tumbuhan lainnya.

2.2. Ekstraksi

Ekstraksi adalah suatu metode pemisahan komponen-komponen dari suatu campuran dimana komponen yang larut masuk ke dalam pelarut yang dipakai sedangkan komponen yang tidak larut akan tertinggal didalam bahan. Metode yang paling sederhana yang digunakan untuk mengekstraksi padatan adalah mencampurkan seluruh bahan dengan pelarut, kemudian memisahkannya dari padatan yang tidak terlarut Lehnoger dan Baverloo 1976. Hasil ekstraksi yang diperoleh bergantung pada kandungan ekstrak yang terdapat pada contoh uji dan jenis pelarut yang digunakan. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan pelarut adalah seleltivitas, kapasitas, kemudahan untuk diuapkan dan harga pelarut tersebut. Prinsip kelarutan adalah “like dissolve like”, yaitu 1 pelarut polar akan melarutkan senyawa polar, demikian juga sebaliknya pelarut non- polar akan melarutkan senyawa non-polar, 2 pelarut organik akan melarutkan senyawa organik Khopkar 1990 dalam Yunita 2004. Ekstraksi yang umum untuk mengekstrak bahan insektisida botani ialah ekstraksi dengan pelarut dan distilasi uap penyulingan dengan metode soklslet. Tujuan metode ekstraksi ini adalah mengeluarkan bahan yang diinginkan dari sel-sel dengan proses difusi. Hasil ekstraksi dari proses ini dipengaruhi oleh suhu, pH, ukuran bahan yang akan diekstraksi dan gerakan pelarut yang terjadi di sekitarnya. Keanekaragaman senyawa yang dapat diekstraksi biasanya membutuhkan serangkaian ekstraksi yang hasilnya memberikan ciri awal komposisinya dan hal yang mempengaruhi kandungan zat ekstraktif dalam tanaman diantaranya adalah umur, site tempat tumbuh, genetik, jenis pelarut yang digunakan dan kecepatan pertumbuhan Fengel dan Wegener 1995.

2.3. Senyawa Bioaktif

Senyawa bioaktif merupakan senyawa yang mempunyai aktivitas biologis terhadap organisme lain atau pada organisme yang menghasilkan senyawa tersebut. Senyawa bioaktif hampir selalu toksik pada dosis tinggi. Setiap zat kimia termasuk senyawa aktif dari tumbuhan pada dasarnya bersifat racun, tergantung pada penggunaan, takaran, pembuatan, cara pemakaian dan waktu yang tepat untuk mengkonsumsi. Beberapa tanaman dikenal menghasilkan senyawa bioaktif yang mepunyai berbagai aktivitas bioaktif termasuk insektisida yang pada umumnya berupa senyawa-senyawa flavonoid, glikosida, streroid, alkaloid dan terpenoid Kurz dan Constabel 1998. Alkaloid Menurut Harbone 1987 alkaloid sekitar 5.500 jenis telah diketahui dan merupakan golongan zat tumbuhan sekunder yang terbesar. Alkaloid seringkali bersifat racun bagi manusia dan banyak mempunyai kegiatan fisiologi yang menonjol yang secara luas banyak digunakn dalam bidang pengobatan. Alkaloid dapat ditemukan dalam berbagai bagian tumbuhan seperti seperti biji, daun, ranting dan kulit batang. Alkaloid memang jarang ditemukan dalam jaringan mati. Umumnya alkaloid terakumulasi dalam jaringan yang tumbuh aktif seperti epidermis, hipodermis dan kelenjar lateks. Adapun fungsi alkaloid dalam tumbuhan belum diketahui begitu pasti, walaupun beberapa senyawa ditafsirkan berperan sebagai pengatur atau penolak dan pengikat serangga. Menurut Sumiwi 1992 fungsi alkaloid bagi tumbuhan antara lain sebagai zat beracun untuk melawan serangga atau hewan pemakan tumbuhan, faktor pengatur tumbuh, substansi cadangan untuk memenuhi kebutuhan akan nitrogen dan elemen-elemen lain yang penting bagi tumbuhan dan hasil akhir reaksi detoksifikasi dari suatu zat yang berbahaya bagi tumbuhan. Flavanoid Flavanoid merupakan senyawa fenol terbesar di alam ,terdapat dalam dua bentuk yaitu flavonoid glikosida yang umumnya larut dalam air dan flavonoid aglikon lebih mudah larut dalam pelarut seperti eter dan kloroform. Falvonoid merupakan kandungan khas tumbuhan hijau yang terdapat pada semua bagian tumbuhan termasuk daun, akar, kayu, kulit, tepung sari, biji dan bunga Harborne 1987. Pada tumbuhan flavonoid dapat meningkatkan dormansi, meningkatkan pembelahan sel-sel kalus, sebagai enzim penghambat pembentukan protein, menghasilkan zat warna pada bunga, untuk merangsang serangga, burung dan satwa lainnya untuk mendatangi tumbuhan tersebut sebagai agen dalam penyerbukan dan penyebaran biji. Dalam dunia pengobatan, beberapa senyawa flavonoid berfungsi sebagai antibodi misalnya antivirus dan jamur, peradangan pembulh darah dan dapat digunakan sebagai racun ikan Vickery dan Vickery 1981. Saponin Pada tumbuhan, saponin mempunyai fungsi yang sama dengan triterpenoid karena mengandung turunan dari senyawa ini, diantaranya dapat meningkatkan daya kecambah benih dan menghambat pertumbuhan akar, menghambat pertumbuhan sel-sel tumor pada tumbuhan dan satwa. Triterpenoid dan Steroid Triterpenoid dan turunannya termasuk saponin dan steroid pada tumbuhan berfungsi sebagai racun serangga, bakteri dan jamur. Steroid dapat meningkatkan permeabilitas membran sel dan merangsang proses pembungaan. Dalam pengobatan senyawa ini berguna sebagai zat antibiotik diantaranya anti jamur, bakteri dan virus.

2.4. Geografi dan Morfologi Toona sinensis Merr.

Dokumen yang terkait

Kemampuan memangsa Rhynocoris fuscipes F. (Hemiptera : Reduviidae) terhadap Larva A Erionota thrax L. (Lepidoptera : Hesperiidae) dan Spodoptera litura F. (Lepidoptera : Noctuidae)di Laboratorium

4 77 57

Uji Efektivitas Beberapa Insektisida Nabati Untuk Mengendalikan Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) (Lepidoptera: Noctuidae) di Laboratorium

1 70 74

Kemampuan Memangsa Rhynocoris Fuscipes F. (Hemiptera:Reduviidae) Terhadap Larva Erionota Thrax L. (Lepidoptera:Hesperiidae) Dan Spodoptera Litura F. (Lepidoptera : Noctuidae) Di Laboratorium

1 56 57

Pengaruh Biopestisida Dalam Mengendalikan Ulat Grayak Spodoptera litura F. (Lepidoptera: Noctuidae) Pada Tanaman Tembakau Deli (Nicotiana tabacum L.) Di Rumah Kasa

0 42 47

Uji Efektivitas Pestisida Nabati Terhadap Hama Spodoptera litura (Lepidoptera : Noctuidae) Pada Tanaman Tembakau (Nicotiana tabaccum L.)

2 34 58

Patogenisitas Beauveria Bassiana Pada Spodoptera Litura Fabricius (Lepidoptera : Noctuidae) Pada Tanaman Kelapa Sawit

2 66 42

Efektivitas insektisida nabati daun tanjung dan daun pepaya terhadap martalitas ulat grayak (Spodoptera litura F.)

0 16 36

Uji Efikasi Ekstrak Tanaman Suren ( Toona sinensis Merr.) Sebagai Insektisida Nabati Dalam Pengendalian Hama Daun (Eurema spp. dan Spodoptera litura F.)

0 11 156

UJI POTENSI EKSTRAK DAUN SUREN (Toona sureni Blume) SEBAGAI INSEKTISIDA ULAT GRAYAK (Spodoptera litura F.) PADA TANAMAN KEDELAI (Glycine max L )

1 15 50

PENGUJIAN LABORATORIUM AKTIVITAS CAmPURAN INSEKTISIDA DELTAMETRIN DAN INSEKTISIDA NABATI NIMBA TERHADAP HAMA Spodoptera litura F.

0 1 8