Insektisida Botani TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Insektisida Botani

Hutan tropik merupakan sumber keragaman hayati yang kaya. Selain dimanfaatkan sebagai sumber bahan bangunan, bahan obat-obatan dan berbagai keperluan lainnya, hutan tropik dapat dimanfaatkan sebagai sumber bahan insektisida botani. Jumlah species dan ketersediaan tumbuhan sebagai sumber insektisida botani pada hutan tropik cukup berlimpah. Informasi tentang berbagai species tumbuhan yang memiliki bioaktivitas terhadap berbagai jenis serangga banyak dilaporkan. Saat ini lebih dari 1500 species tumbuhan dari berbagai famili telah dilaporkan dapat berpengaruh buruk terhadap serangga Grainge Ahmed 1988. Di Filipina tidak kurang dari 100 species tumbuhan telah diketahui mengandung bahan aktif insektisida Rejesus 1987. Laporan dari berbagai provinsi di Indonesia menyebutkan bahwa lebih dari 40 species tanaman berpotensi sebagai pestisida botani Direktorat BPTP Ditjenbun 1994. Hamid Nuryani 1992 mencatat di Indonesia terdapat 50 famili tumbuhan penghasil senyawa berracun terhadap berbagai mahluk hidup. Famili tumbuhan yang dilaporkan memiliki aktivitas terhadap serangga di antaranya Meliaceae, Annonaceae, Asteraceaae, Piperaceae dan Clusiaceae Isman 1995. Jumlah ini tentunya masih dapat bertambah dengan semakin intensifnya orang melakukan upaya pencarian sumber bahan insektisida botani. Masih banyaknya species-species tumbuhan yang kemungkinan berkhasiat insektisida yang belum diteliti mendorong peneliti untuk melakukan pencarian insektisida botani sebagai alternatif pengendalian hama. Setelah species tumbuhan diketahui memiliki aktivitas insektisida, selanjutnya dilakukan studi potensi dari berbagai segi untuk mendukung pengembangannya sebagai sumber insektisida alternatif. Terdapat tiga sumber insektisida alami yang penting dan memiliki prospek yang baik untuk dikembangkan lebih lanjut, yaitu tumbuhan, mikroorganisme tanah dan organisme laut. Insektisida botani kurang persisten dibandingkan dengan insektisida sintetik sehingga tidak menimbulkan banyak residu, aman dalam penggunaan di lapang maupun bagi musuh alami dan tidak menimbulkan resurjensi bagi hama tanaman Prijono 1999. Senyawa kimia yang dihasilkan tanaman berdasarkan jalur metabolisme dikelompokkan menjadi dua bagian besar, senyawa primer dan sekunder Brielman 1999. Berkaitan dengan interaksi serangga – tanaman, metabolit primer tanaman didefinisikan sebagai metabolit yang menyediakan nutrisi esensial bagi serangga, sedangkan metabolit sekunder tanaman merupakan metabolit yang tidak memiliki arti penting bagi kebutuhan nutrisi Vickery Vickery 1981 , Panda Khush 1995. Senyawa penghambat makan dapat menyebabkan serangga menghentikan kegiatan makannya secara permanen atau sementara. Dengan adanya senyawa penghambat makan, serangga dapat menggigit bagian tertentu dari makanan, kemudian menilai apakah makanan tersebut tidakdapat dimakan, selanjutnya memutuskan untuk tetap atau pergi ke bagain lainnya. Banyak senyawa tumbuhan baik dalam bentuk ekstrak maupun senyawa murni diketahui memiliki aktivitas penghambat makan terhadap berbagai species serangga. Penghambat makan dari kelompok terpenoid yang paling dikenal ialah azadirakhtin yang merupakan senyawa insektisida utama dari tanaman mimba. Beberapa ekstrak tumbuhan selain memiliki pengaruh terhadap mortalitas, aktivitas makan, juga dapat berpengaruh terhadap penekanan kemampuan reproduksi serangga dan perkembangan generasi keturunannya Rembold et al.1984 ; Champagne et al.1989. Oleh karena itu penggunaan insektisida botani tidak dikhawatirkan menimbulkan resurjensi, bahkan sebaliknya dalam jangka panjang akan mengakibatkan penekanan populasi hama sasaran Prijono 1994. Keunggulan-keunggulan insektisida botani tersebut diatas terdapat pada sediaan mimba Azadirachta indica sebagai insektisida botani generasi terkini yang paling menonjol. Harapan-harapan tersebut memicu usaha pencarian sumber-sumber insektisida botani baru dari species tumbuhan lainnya.

2.2. Ekstraksi

Dokumen yang terkait

Kemampuan memangsa Rhynocoris fuscipes F. (Hemiptera : Reduviidae) terhadap Larva A Erionota thrax L. (Lepidoptera : Hesperiidae) dan Spodoptera litura F. (Lepidoptera : Noctuidae)di Laboratorium

4 77 57

Uji Efektivitas Beberapa Insektisida Nabati Untuk Mengendalikan Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) (Lepidoptera: Noctuidae) di Laboratorium

1 70 74

Kemampuan Memangsa Rhynocoris Fuscipes F. (Hemiptera:Reduviidae) Terhadap Larva Erionota Thrax L. (Lepidoptera:Hesperiidae) Dan Spodoptera Litura F. (Lepidoptera : Noctuidae) Di Laboratorium

1 56 57

Pengaruh Biopestisida Dalam Mengendalikan Ulat Grayak Spodoptera litura F. (Lepidoptera: Noctuidae) Pada Tanaman Tembakau Deli (Nicotiana tabacum L.) Di Rumah Kasa

0 42 47

Uji Efektivitas Pestisida Nabati Terhadap Hama Spodoptera litura (Lepidoptera : Noctuidae) Pada Tanaman Tembakau (Nicotiana tabaccum L.)

2 34 58

Patogenisitas Beauveria Bassiana Pada Spodoptera Litura Fabricius (Lepidoptera : Noctuidae) Pada Tanaman Kelapa Sawit

2 66 42

Efektivitas insektisida nabati daun tanjung dan daun pepaya terhadap martalitas ulat grayak (Spodoptera litura F.)

0 16 36

Uji Efikasi Ekstrak Tanaman Suren ( Toona sinensis Merr.) Sebagai Insektisida Nabati Dalam Pengendalian Hama Daun (Eurema spp. dan Spodoptera litura F.)

0 11 156

UJI POTENSI EKSTRAK DAUN SUREN (Toona sureni Blume) SEBAGAI INSEKTISIDA ULAT GRAYAK (Spodoptera litura F.) PADA TANAMAN KEDELAI (Glycine max L )

1 15 50

PENGUJIAN LABORATORIUM AKTIVITAS CAmPURAN INSEKTISIDA DELTAMETRIN DAN INSEKTISIDA NABATI NIMBA TERHADAP HAMA Spodoptera litura F.

0 1 8