Tahapan Penurunan Fungsi Kognitif

14

5. Gangguan Fungsi Eksekutif

Fungsi eksekutif adalah kemampuan kognitif tinggi seperti cara berpikir dan kemampuan pemecahan masalah. Kemampuan eksekutif diperankan oleh lobus frontal. Fungsi ini memerlukan domain atensi, bahasa, memori dan visuospasial sebagai dasar untuk menyusun kemampuan kognitif Phillips and Henry, 2008. Fungsi eksekutif secara konseptual adalah kemampuan untuk menentukan tujuan, perencanaan, pelaksanan yang efektif Lezak et al., 2004.

2.1.3 Tahapan Penurunan Fungsi Kognitif

Penurunan fungsi kognitif dibagi menjadi beberapa tahap, mulai dari yang masih dianggap normal sampai patologis dan pola ini sebagai suatu spektrum dari ringan sampai berat, yaitu 1 mudah lupa forgetfulness, 2 Mild Cognitive Impairment MCI, 3 Demensia Perdossi, 2007. 1. Mudah Lupa Forgetfulness Mudah lupa merupakan keadaan yang paling sering ditemukan pada lansia dan kadang juga ditemukan pada usia pertengahan. Frekuensinya meningkat dengan peningkatan usia, kira-kira sebanyak 39 pada usia 50-60 tahun dan angka ini menjadi 85 pada usia diatas 80 tahun Auer et al., 2012. Istilah dalam kelompok ini adalah mudah lupa ringan benign senescent forgetfulness atau juga disebut mudah lupa terkait usia age associated memory impairment dan malignant forgetfulness yang patologis. Pada mudah lupa ringan terjadi gangguan recall informasi yang telah tersimpan dalam memori, biasanya pasien mengatasinya dengan melakukan 15 sirkumlokusi dan terbantu dengan pemberian isyarat. Pada malignant forgetfulness terjadi gangguan pada proses belajar atau pencatatannya sehingga penderita akan kesulitan dengan recent memory dan sedikit terganggu dengan remote memory Kusumoputro, 2003. 2. Mild Cognitive Impairment MCI Konsep MCI diperuntukkan bagi mereka yang mengalami penurunan fungsi kognitif namun tidak memenuhi kriteria demensia. Keluhan memori dikemukakan oleh penderita, keluarga atau dokter keluarganya. Pada MCI fungsi kognitif global masih baik, aktifitas hidup sehari-hari yang sederhana activity of daily living, ADL masih baik, tetapi menunjukkan gangguan dalam aktifitas hidup sehari-hari yang bersifat lebih kompleks. Pada pemeriksaan fungsi kognitif yang teliti, menunjukkan penurunan pada domain memori atau domain lainnya. Namun ganguan fungsi kognitif ini masih ringan dan belum cukup parah untuk menyebabkan gangguan keseharian yang komplek Visser, 2006. Keadaan ini perlu diwaspadai karena kemungkinan menjadi demensia cukup tinggi yaitu sekitar 12 pertahun Perdossi, 2007. 3. Demensia Demensia ditandai adanya gangguan kognitif, fungsional, dan perilaku, sehingga terjadi gangguan pada pekerjaan, aktivitas harian, dan sosial. Menurut International Classification of Disease 10 th revision ICD-10 demensia adalah suatu keadaan perburukan fungsi intelektual meliputi memori dan proses berpikir, sehingga mengganggu aktivitas kehidupan sehari. Gangguan memori khas mempengaruhi registrasi, penyimpanan dan pengambilan informasi. Dalam hal ini harus terdapat 16 gangguan proses berpikir dan reasoning disamping proses memori. Demensia menurut DSM-IV adalah penurunan fungsi kognitif yang multipel terutama memori disertai sedikitnya gangguan salah satu fungsi kognitif lainnya seperti afasia, apraksia, agnosia, serta gangguan dalam melakukan pekerjaan. Penurunan fungsi kongitif harus berat sampai mengganggu pekerjaan atau hubungan sosial. Kriteria lain adalah tidak terdapat delirium, meskipun demensia dapat terjadi bersamaan delirium Perdossi, 2007; Auer, et al., 2012. Gangguan fungsi kognitif dapat terjadi karena berbagai proses di otak, diantaranya gangguan serebrovaskuler, infeksi susunan saraf pusat, gangguan pernafasan, gangguan metabolik, maupun proses penuaan abnormal Perdossi, 2007. Gangguan fungsi kognitif mungkin juga dapat disebabkan oleh tindakan bedah intervensi pada penyakit kardiovaskuler, radiasi, chemoteraphy untuk kanker, dan pengobatan yang diberikan untuk mengontrol gejala-gejala fisik. Gangguan fungsi kognitif merupakan gejala lanjutan yang sering ditemui dari berbagai penyakit yang secara langsung mempengaruhi sistem saraf pusat Mitrushina, 2009. Deteksi dini GFK sangat penting untuk pencegahan sekunder. Pencegahan primer dari GFK belum tersedia, sehingga perlu dilakukan identifikasi dini untuk menegakkan diagnosis dan terapi, meningkatkan kemampuan fungsional, mencegah komplikasi, pemantauan masyarakat dan perencanaan kesehatan masyarakat Mitrushina, 2009. 17

2.1.4 Pemeriksaan fungsi kognitif