dibanding mereka yang mengonsumsi makanan tinggi karbohidrat dengan jumlah kalori yang sama. Ukuran dan frekuensi asupan makanan juga
mempengaruhi peningkatan berat badan dan lemak tubuh Abramovitz, 2004.
e. Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik mencermikan gerakan tubuh yang disebabkan oleh kontraksi otot menghasilkan energy ekspenditur Idapola, 2009. Bermain
bola, berjalan kaki,naik-turun tangga merupakan aktvitas fisik yang baik untuk dilakukan. Aktivitas fisik yang berdasarkan gaya hidup cenderung
lebih berhasil menurunkan berat badan dalam jangka panjang dibandingkan dengan program latihan yang terstruktur Sugondo, 2010.
f. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan yang paling memainkan peranan adalah gaya hidup seseorang. Kebiasaan makan dan aktivitas seseorang dipengaruhi
oleh masyarakat sekitarnya. Makan terlalu banyak dan aktivitas yang pasif tidak aktif merupakan faktor resiko utama terjadinya obesitas Gayle
Galleta, 2005
2.3 Obesitas
2.3.1 Definisi Obesitas merupakan kelainan sistem pengaturan berat badan yang ditandai
oleh akumulasi lemak tubuh yang berlebihan. Dalam masyarakat primitif, dimana kehidupan sehari-hari membutuhkan aktivitas fisik yang tinggi dan makanan
hanya tersedia sesekali, kecenderungan genetik akan berperan dalam penyimpanan kalori sebagai lemak karena makanan yang dikonsumsi tidak
melebihi kebutuhan Richard Harvey dan Champe PC., 2005. Obesitas didefinisikan sebagai keadaan dimana adanya peningkatan yang
sangat berlebihan pada massa jaringan adiposa lemak. Obesitas bisa disalahartikan sebagai peningkatan berat badan yang sangat berlebihan bagi
kebanyakan masyarakat. Namun, konsep ini tidak begitu relevan karena konsep
Universitas Sumatera Utara
obesitas tidak bisa diambil akbiat peningkatan berat badan semata-mata melainkan adanya peningkatan massa jaringan adiposa Gabriel Uwaifo, 2009.
Obesitas dan kegemukan merupakan faktor resiko utama untuk sejumlah penyakit kronis seperti diabetas, penyakit jantung, dan kanker. Obesitas dianggap
merupakan masalah hanya di negara berpenghasilan tinggi, tetapi sekarang jumlah penderita obesitas dan kegemukan semakin meningkat di negara berpenghasilan
rendah dan menengah khususnya di perkotaan WHO, 2010.
2.3.2 Epidemiologi Saat ini diperkirakan jumlah orang di seluruh dunia dengan IMT 30 kgm
2
melebihi 250 juta orang, yaitu sekitar 7 dari populasi orang dewasa di dunia. Prevalensi obesitas berhubungan dengan urbanisasi dan mudahnya mendapatkan
makanan serta banyaknya jumlah makanan yang tersedia. Urbanisasi dan perubahan status ekonomi yang terjadi di Negara-negara yang sedang berkembang
berdampak pada peningkatan prevalensi obesitas pada populasi di negara-negara ini, termasuk di Indonesia Sugondo, 2010.
Penelitian epidemiologi yang dilakukan di daerah sub urban di dareah Koja, Jakarta Utara, pada tahun 1982, mendapatkan prevalensi obesitas sebesar
4,2; di daerah Kayu Putih, Jakarta Pusat, sepuluh tahun kemudian, yaitu tahun 1992, prevalensi obesitas obesitas sudah mencapai 17,1, dimana ditemukan
prevalensi obesitas pada laki-laki dan perempuan masing-masing 10,9 dan 24,1. Pada populasi obesitas ini, dislipidemia terdapat pada 19 laki-laki dan
10,8 perempuan, dan hipertrigliseridemia pada 16,6 laki-laki Sugondo, 2010.
Pada penelitian epidemiologi di daerah Abadijaya, Depok pada tahun 2001 didapatkan 48,6, pada tahun 2002 didapat 45 dan 2003 didapat 44 orang
dengan berat badan lebih dan obes; sedang IMT pada tahun 2001 adalah 25,1 kgm
2
, tahun 2002; 24,8 kgm
2
dan tahun 2003; 24,3 kgm
2
.Pada tahun 1997 dan 1998 dilakukan penelitian komposisi tubuh di beberapa daerah di Indonesia dan
didapatkan bagwa umur,jenis kelamin, dan IMT yang sama dibandingkan dengan Kaukasia Belanda, lemak tubuh orang Indoneisa 5 lebih tinggi, sehingga
Universitas Sumatera Utara
seharusnya IMT juga 3kgm
2
lebih rendah.Mortalitas yang berkaitan dengan obesitas, terutama obesitas sentral,sangat erat hubungannya dengan sindrom
metabolik. Sindrom metabolik merupakan satu kelompok kelainan metabolic, yang selain obesitas, meliputi reisistensi insulin gangguan toleransi glukosa,
abnormalitas trigliserida dan hemostasis, disfungsi endotel dan hipertensi yang kesemuanya secara sendiri-sendiri atau bersama-sama merupakan factor risiko
utama untuk terjadinya aterosklerosis dengan menifestasi penyakit jantung koronerdanatau strok Sugondo, 2010.
2.3.3 Etiologi Berbagai hal dapat menyebabkan obesitas. Penyebab utamanya adalah
gaya hidup yang tidak aktif, hal ini dikarenakan aktivitas otot adalah cara terpenting untuk mengeluarkan energi dari tubuh sehingga ini merupakan satu
cara efektif untuk mengurangi simpanan lemak Guyton, 2007. 2.3.4 Patofisiologi
Pengaturan keseimbangan energy diperankan oleh hipotalamus melalui 3 proses fisiologis, yaitu: pengendalian rasa lapar dan kenyang, mempengaruhi laju
pengeluaran energi dan regulasi sekresi hormon. Obesitas terjadi karena adanya gangguan keseimbangan energi yang dapat disebabkan oleh faktor eksogen
obesitas primer sebagai akibat nutrisional 90 dan factor endogen obesitas sekunder akibat kelainan hormonal, sindrom, atau defek genetic 10 Hidajat
et al., 2006. Proses pengaturan penyimpanan energi ini terjadi melalui 2 kategori
sinyal, yaitu sinyal pendek dan panjang. Sinyal pendek mempengaruhi porsi makan dan waktu makan, serta berhubungan dengan factor distensi lambung dan
peptide gastrointestinal, yang diperankan oleh kolesistokinin CCK sebagai stimulator dalam peningkatan rasa lapar. Sinyal panjang diperankan oleh hormon
leptin dan insulin yang mengatur penyimpanan dan kesimbangan energi Hidajat et al., 2006.
Apabila asupan energi melebihi kebutuhan, jaringan adiposa meningkat disertai dengan peningkatan kadar leptin dalam peredaran darah. Leptin
merangsang hipotalamus agar menurunkan produksi Neuro peptide Y NPY,
Universitas Sumatera Utara
sehingga terjadi penurunan nafsu makan, demikian pula sebaliknya. Pada sebagian besar penderita obesitas terjadi resistensi leptin, sehingga tingginya kadar leptin
tidak menyebabkan penurunan nafsu makan Hidajat et al., 2006. Pada obesitas, jumlah lemak tubuh meningkat. Pada dewasa, pria lemak
tubuh 25 dan perempuan 35 Sugondo, 2006. Berdasarkan distribusi jaringan lemak, dibedakan menjadi Hidajat et al.,2006 :
a. Apple shape body distribusi jaringan lemak lebih banyak di daerah perut
dan mempunyai faktor resiko penyakit kardiovaskuler, hipertensi, diabetes mellitus, atau gangguan lemak darah. Keadaan ini disebut obesitas
sentral. b.
Pear shape bodygynecoid distribusi jaringan lemak lebih banyak di glutea dan paha, belum terbukti sebagai faktor resiko. Keadaan ini disebut
obesitas perifer
2.4 Manajemen Berat Badan