Definisi Operasional STRATEGI TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU DAN RESPONS WARNA AFEKTIF SISWA(Kajian Pragmatik dan Implikasinya terhadap Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP Bandar Lampung).

Sumarti, 2015 STRATEGI TIND AK TUTUR D IREKTIF GURU DAN RESPONS WARNA AFEKTIF SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu oleh mitra tutur peserta didik, meliputi tindak tutur langsung direct dan tindak tutur tidak langsung indirect. Strategi langsung dan tidak langsungnya tuturan berkaitan dengan kesesuaian antara struktur tuturan dengan fungsi tuturan. Yule 1996:95 menjelaskan bahwa ada tiga bentuk struktur, yaitu deklaratif, imperative, dan interogatif Wijana menyebutnya dengan modus, 1996 dan tiga fungsi komunikasi umum, yakni pernyataan, pertanyaan, dan perintahpermohonan. Apabila ada hubungan langsung antara strukturmodus dengan fungsi komunikasi, maka terdapat tindak tutur langsung. Sebaliknya, jika tidak ada hubungan antara struktur dan fungsi komunikasi, maka terjadilah tindak tutur tidak langsung. Adapun strategi setiap tipe tersebut sangat bergantung pada peristiwa tutur beserta konteksnya. Untuk itulah, penelitian ini dilakukan dalam rangka mendeskripsikan strategi apa saja yang ada dalam tuturan direktif guru di dalam kelas ketika pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP. Adapun tindak tutur direktif guru dalam pembelajaran adalah tuturan guru dalam proses belajar mengajar yang ditandai dengan kata- kata tertentu Searle, 1979:14, seperti ask, order, command, request, beg, plead, pray, entreat, invite, permit, dan advise. Contoh tuturan: 1 Guru : “Ketua kelas, coba nyalakan LCD” Tuturan 1 berbentuk imperatif dengan maksud memerintah. Hal ini dipahami dari konteks tuturan yang diucapkan guru ketika baru masuk kelas hendak memproyeksikan slide PPt dari laptopnya ke LCD. Dengan meminta bantuan ketua kelas, guru memerintahnya untuk menyalakan LCD. Artinya guru bermaksud menyuruh ketua kelas untuk menyalakan LCD dengan menggunakan kalaimat imperative perintah. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa guru bertutur direktif secara langsung. Berbeda halnya dengan tuturan berikut yang berupa tuturan interogatif dengan maksud memerintah. 2 Guru : “Panas sekali kelas ini ya?” Sumarti, 2015 STRATEGI TIND AK TUTUR D IREKTIF GURU DAN RESPONS WARNA AFEKTIF SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tuturan 2 diucapkan guru ketika masuk kelas pada pukul 10.30 dan cuaca panas terik matahari., baru lima belas menit di ruangan, tiba-tiba dia menatakan itu. Kalimat dalam tuturan 2 berebtuk interogatif, tetapi maksud tuturan tersebut bukan meminta jawaban ya atau tidaknya cuaca panas saat itu. Maksud yang terkandung dalam tuturan tersebut ialah meminta siswanya untuk membuka pintu atau menyalakan kipas anginAC agar tidak panas. Oleh karena itu, tuturan 2 dapat dikatakan sebagai tuturan direktif tidak langsung karena bentuk tuturan berbeda dengan maksud tuturannya. Bentuknya berupa kalimat interogatif, sedangkan maksudnya bukan bertanya, melainkan meminta sesuatu, yakni menyalakan kipas anginAC atau membuka pintu agar udara tidak terasa panas. 4. Warna afektif atau emosi siswa sebagai respons siswa terhadap STTDG ialah perasaan yang menyertai setiap keadaan atau perilaku individu ketika mendengar setiap STTDG dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Perasaan-perasaan tertentu yang dialami pada saat menghadapi menghayati STTDG ini meliputi emosi positif, seperti gembira, senang, bangga dan emosi negatif, seperti kesal, marah, takut, dan malu. Data respons warna afektif ini diperoleh dari teknik observasi, angket, dan wawancara. Pengamatan RWAS ini diamati dari reaksi siswa, baik secara verbal maupun nonverbal ketika mendengar STTDG. Respons warna afektif siswa secara verbal diketahui dari angket tebuka yang diisi langsung oleh siswa, sedangkan respons secara nonverbal diketahui dari bahasa tubuh atau ekspresi wajah Diener, 1998. Emosi yang bersifat positif, seperti senang dan gembira terlihat dari ekspresi wajah: tersenyum atau tertawa, bergerak aktif, sedangkan emosi negatif, seperti malu terlihat dari bahasa tubuhnya: menunduk, menggigit bibir, tatapan mata ke bawah; kesal: mulut monyong, mata agak membelalak, kadang disertai dengan mendengus menghembuskan napas kuat-kuat. Sumarti, 2015 STRATEGI TIND AK TUTUR D IREKTIF GURU DAN RESPONS WARNA AFEKTIF SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 5. Implikasi hasil penelitian ini terhadap pembelajaran bahasa Indonesia di SMP adalah kaitan antara hasil penelitian berupa STTDG yang menimbulkan RWAPS terhadap keefektifan pembelajaran. Hasil penelitian ini akan diimplementasikan dalam sebuah desain model pembelajaran yang efektif, yakni model sinektik yang berbasis STTDG-RWAPS. C. Tempat, Sumber Data, dan Waktu Penelitian Tempat pengambilan data dilakukan di Bandar Lampung, tepatnya di sekolah menengah pertama, baik negeri maupun swasta, yakni SMPN 22 Bandar Lampung dan SMP IT Fitrah Insani Bandar Lampung. Mengingat penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, maka pengambilan sampel secara purposif. Artinya, sampel atau dalam hal ini diistilahkan sumber data dipilih karena dianggap kaya dengan informasi tentang fenomena yang diteliti Sukmadinata, 2012:101. Adapun data penelitian ini adalah semua strategi tindak tutur guru dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah menengah pertama. Adapun yang dijadikan objek penelitian adalah proses pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas VII, VIII, IX SMP dengan asumsi bahwa secara psikologis, siswa SMP termasuk dalam fase remaja Santrock, 2001 yang cenderung sangat mudah terpengaruh oleh lingkungan, baik positif maupun negatif. Dengan begitu, pengaruh strategi tuturan yang digunakan guru akan sangat terlihat dengan jelas. Sekolah yang dijadikan lokasi penelitian terdiri atas sekolah negeri dan sekolah berbasis agama. Kedua kluster sekolah tersebut diasumsikan representatif untuk lingkungan belajar yang beragam. Dengan demikian, data penelitian yang diperoleh pun variatif. Sumber data penelitian ini ialah guru Bahasa Indonesia yang berjumlah empat orang dari suku bangsa yang berbeda, yakni Lampung, Palembang, Sunda, dan Jawa. Hal ini diupayakan agar strategi tuturan guru bervariasi karena berasal Sumarti, 2015 STRATEGI TIND AK TUTUR D IREKTIF GURU DAN RESPONS WARNA AFEKTIF SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu dari suku bangsa yang berbeda agar tuturah direktif lebih variatif. Waktu peneli- tian dimulai April 2014 sampai Januari 2015. D. Paradigma Penelitian Berdasarkan paparan terdahulu, penelitian ini dapat dibagankan paradigmanya sebagai berikut. Masalah Formulasi outcame output 1. tuntutan kompetensi profesional guru 1.Fungsi Komunikasi formulasi STTDG TDG strategi tindak tutur 2. kebutuhan defisiensi 2. Realisasi STTDG direktif guru dan fisiologi, keselamatan, warna afektif positif cinta, dan harga diri 3. Realisasi Bertutur siswa RWAP sebagai kebutuhan Santun TDG dasar peserta didik 4. Respons Warna 3. tuturan berdampak Afektif Siswa psikologis berupa RWAP dan RWAN emosi warna afektif positif dan negatif pada mitra tutur pembelajaran B. Ind. berbasis STTDG yg 4. model pembelajaran be-RWAPS dengan yang efektif dan model sinektik menyenangkan Bagan 3.1 Paradigma Penelitian Sumarti, 2015 STRATEGI TIND AK TUTUR D IREKTIF GURU DAN RESPONS WARNA AFEKTIF SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

E. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik simak Teknik simak ini identik dengan teknik observasi yang biasa dilakukan dalam setiap penelitian. Adapun dasar dari teknik simak ini ialah teknik sadap yang dilanjutkan dengan teknik rekam audio visual. Teknik ini dilakukan sampai peneliti memperoleh data yang cukup. Peneliti berada dalam satu tempat dengan objek yang diteliti, yakni berada di ruang kelas dengan guru dan siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung dan berada di luar kelas dengan siswa pada saat jam istirahat sekolah. Peneliti melakukan pengamatan secara intensif kepada para responden agar mendapat data empiris tindak tutur direktif guru serta respons emosi atau warna afektif siswa terhadap tuturan tersebut. Peneliti menggunakan catatan lapangan. Sifat realitas sosial paling baik dikemas-sajikan dalam “thick description” atau deskripsi kental, yang kelak akan dilaporkan kepada para pembaca ke dalam bentuk naratif. Secara keseluruhan, seseorang biasa menimbang mutu relatif penelitian kualitatif dari prosesnya yaitu, bagaimana penelitian tersebut secara keseluruhan dilaksanakan dan dari produknya yaitu, gabungan dari analisis dan interpretasi data yang ditampilkan dalam naratif Wolcott, 1994. Teori yang dikembangkan dalam kualitatif secara induktif grounded theory selama penelitian berlangsung, dan melalui interaksi yang terus menerus dengan data di lapangan, lalu dites dengan data empiris. Bagi peneliti kualitatif, baik teori yang ada existing theory maupun teori yang berbasis data grounded theory sah dan bermanfaat Alwasilah: 2002: 119. Bagi peneliti kualitatif, subjektivitas, yakni latar belakang penelitian dan pengalaman pribadi merupakan data sehingga dapat dikatakan bahwa hipotesis itu terbesit dari diri sendiri, kemudian grounded dikuatkan, dilandaskan, dan didukung oleh pengalaman orang lain. Itulah sebabnya penelitian kualitatif disarankan menggunakan teknik catatan pengalaman peneliti researce experience memo, yaitu catatan lapangan yang terakumulasi sewaktu melakukan penelitian. Sumarti, 2015 STRATEGI TIND AK TUTUR D IREKTIF GURU DAN RESPONS WARNA AFEKTIF SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Metode penelitian tidak saja bergantung pada pertanyaan penelitian, melainkan juga pada situasi penelitian untuk mendapatkan data yang diperlukan. Merekam gambar atau memvideo situasi penelitian sulit dilaksanakan karena kelemahan merekam atau memvideo adalah kecenderungan tergangunya suasana sehingga latar tidak lagi alami, dan mungkin beberapa responden merasa terancam karena perilakunya terdokumentasikan. Responden merasa tidak aman, dan kepentingannya terancam oleh kegiatan observasi 2002: 155. Oleh karena itu, peneliti memiliki catatan observasi atau catatan lapangan serinci, selengkap, sekonkret, dan sekronologis mungkin. Data dalam penelitian ini data yang kaya atau melimpah merujuk pada data yang rinci, lengkap, dan beragam sehingga mengungkapkan apa yang sebenarnya terjadi. Data yang diperoleh tidak sekadar berupa catatan kesimpulan, melainkan juga ada transkripsinya yang lengkap kata perkata, sehingga terasa visualisasi dari kejadian atau proses yang diobservasi. Untuk menganalisis data, peneliti membaca ulang transkripsi itu kemudian menandai pernyataan yang penting untuk dijadikan analisis data. Ketika mencatat, peneliti setiap harinya berpindah tempat duduk sehingga objek penelitian berbeda setiap harinya. Oleh karena itu pulalah, peneliti tidak menggunakan teknik merekam atau video karena menjadi tidak efektif. Catatan lapangan terdiri atas dua bagian, yaitu deskriptif dan reflektif. Catatan deskriptif berupa catatan tentang semua tuturan yang muncul pada saat proses pembelajaran berlangsung serta konteks yang melatarinya. Sementara itu, catatan reflektif adalah catatan yang berupa komentarpenafsiran peneliti terhadap peristiwa tutur yang diamati. Selain catatan lapangan, dilakukan juga teknik wawancara laporan diri dan interview terbuka yang dilakukan terhadap siswa untuk mengetahui emosi dan perilaku yang muncul sebagai dampak strategi tindak tutur yang digunakan guru. Siswa diberi sejumlah pertanyaan seputar tanggapan emosi dan perilaku mereka terhadap semua strategi tuturan guru. Berikut ringkasan teknik pengumpulan data berikut instrumennya.