Metode dan Desain Penelitian

Sumarti, 2015 STRATEGI TIND AK TUTUR D IREKTIF GURU DAN RESPONS WARNA AFEKTIF SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu itu, desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif-kualitatif McMillan, 2008; Sugiyono, 2012; Sukmadinata, 2012. Penelitian kualitatif ditujukan untuk mamahami fenomena sosial dari sudut perspektif partisipan Sukmadinata, 2012. Partisipan dalam penelitian ini ialah guru dan siswa, mereka diobservasi dan diajak berwawancara. Adapun yang diobservasi adalah tuturan guru dan perilaku peserta didik sebagai respons warna afektif atau emosi mereka terhadap tuturan gugu tersebut. Setelah pembelajaran, peneliti melakukan wawancara untuk pengecekan dan klarifikasi terhadap data yang teramati. Mengingat karakteristik penelitian kualitatif adalah naturalistik, induktif, holistik, maka pemerian data berdasarkan perspektif partisipan, kontekstual, dan emik perspektif Fraenkel, dkk, 2012. Metode deskriptif melukiskan secara sistematis fakta atau karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu, dalam hal ini bidang secara aktual, dan cermat Iqbal, 2002. Data yang diperoleh tidak dituangkan dalam bentuk bilangan atau angka statistik, melainkan dalam bentuk kualitatif yang dinyatakan dalam kata-kata. Selain itu, penelitian ini menekankan kepada kepercayaan terhadap apa yang dilihat dan didengar sehingga bersifat netral Iqbal, 2002. Temuan dalam penelitian kualitatif ini kemudian diimplementasikan dalam pembelajaran bahasa Indonesia dengan menggunakan model sinektik Joyce, dkk. 2012: 243. Mengapa model ini yang dipilih? Model pembelajaran ini menuntut strategi berpikir kreatif siswa melalui analogi yang dikondisikan oleh guru. Dengan demikian, guru dituntut untuk bertutur direktif yang dapat menimbulkan respons warna afektif positif pada positif siswa sehingga dapat membangkitkan kreativitas berpikir mereka. Model sinektik dikembangkan dari beberapa asumsi tentang psikologi kreativitas Gordon dalam Joyce, dkk.,2012. Asumsi pertama, dengan membawa proses kreatif menuju kesadaran dan dengan mengembangkan bantuan-bantuan eksplisit menuju kerativitas, kita dapat langsung meningkatkan kapasitas kreatif secara individu atau kelompok; kedua, komponen emosional lebih penting daripada intelektual, irasional lebih penting daripada rasional; dan ketiga, unsur- Sumarti, 2015 STRATEGI TIND AK TUTUR D IREKTIF GURU DAN RESPONS WARNA AFEKTIF SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu unsur emosional, irasional harus dipahami dalam rangka meningkatkan kemungkinan sukses dalam situasi pemecahan masalah. Ketiga asumsi tersebut diimplementasikan dalam pembelajaran dengan aktivitas metafora yang dikondisikan guru dengan tuturan direktifnya. Strategi sinektik menggunakan aktivitas metafora untuk mengembangkan imajinasi dan wawasan peserta didik melalui tiga analogi, yaitu analogi personal personal analogy, analogi langsung direct analogy, dan konflik padat compressed conflict. Adapun model sinektik ini akan diterapkan dalam pembelajaran menulis dengan sintaks yang tertera dalam instrumen penelitian.

B. Definisi Operasional

Untuk kejelasan terhadap beberapa konsep yang digunakan dalam judul penelitian ini, berikut penulis uraikan definisi operasional yang menjadi variabel penelitian. 1. Tindak tutur direktif adalah tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya agar mitra tutur melakukan tindakan sesuai apa yang disebutkan di dalam tuturannya. Tindak tutur direktif disebut juga dengan tindak tutur impositif. Yang termasuk ke dalam tindak tutur jenis ini antara lain tuturan meminta, mengajak, memaksa, menyarankan, mendesak, menyuruh, menagih, memerintah, mendesak, memohon, menantang, memberi aba-aba. Indikator dari tuturan direktif adalah adanya suatu tindakan yang dilakukan oleh mitra tutur setelah mendengar tuturan tersebut. 2. Fungsi komunikasi dalam tindak tutur direktif adalah maksud yang terkandung dalam setiap tuturan direktif, seperti meminta, mengajak, memaksa, menyarankan, mendesak, menyuruh, menagih, memerintah, mendesak, memohon, menantang,dan memberi aba-aba. 3. Strategi tindak tutur direktif guru dalam pembelajaran adalah bentuk struktur lingual atau modus serta fungsi komunikasi dalam tuturan guru yang bertujuan menghasilkan suatu efek berupa tindakan yang dilakukan Sumarti, 2015 STRATEGI TIND AK TUTUR D IREKTIF GURU DAN RESPONS WARNA AFEKTIF SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu oleh mitra tutur peserta didik, meliputi tindak tutur langsung direct dan tindak tutur tidak langsung indirect. Strategi langsung dan tidak langsungnya tuturan berkaitan dengan kesesuaian antara struktur tuturan dengan fungsi tuturan. Yule 1996:95 menjelaskan bahwa ada tiga bentuk struktur, yaitu deklaratif, imperative, dan interogatif Wijana menyebutnya dengan modus, 1996 dan tiga fungsi komunikasi umum, yakni pernyataan, pertanyaan, dan perintahpermohonan. Apabila ada hubungan langsung antara strukturmodus dengan fungsi komunikasi, maka terdapat tindak tutur langsung. Sebaliknya, jika tidak ada hubungan antara struktur dan fungsi komunikasi, maka terjadilah tindak tutur tidak langsung. Adapun strategi setiap tipe tersebut sangat bergantung pada peristiwa tutur beserta konteksnya. Untuk itulah, penelitian ini dilakukan dalam rangka mendeskripsikan strategi apa saja yang ada dalam tuturan direktif guru di dalam kelas ketika pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP. Adapun tindak tutur direktif guru dalam pembelajaran adalah tuturan guru dalam proses belajar mengajar yang ditandai dengan kata- kata tertentu Searle, 1979:14, seperti ask, order, command, request, beg, plead, pray, entreat, invite, permit, dan advise. Contoh tuturan: 1 Guru : “Ketua kelas, coba nyalakan LCD” Tuturan 1 berbentuk imperatif dengan maksud memerintah. Hal ini dipahami dari konteks tuturan yang diucapkan guru ketika baru masuk kelas hendak memproyeksikan slide PPt dari laptopnya ke LCD. Dengan meminta bantuan ketua kelas, guru memerintahnya untuk menyalakan LCD. Artinya guru bermaksud menyuruh ketua kelas untuk menyalakan LCD dengan menggunakan kalaimat imperative perintah. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa guru bertutur direktif secara langsung. Berbeda halnya dengan tuturan berikut yang berupa tuturan interogatif dengan maksud memerintah. 2 Guru : “Panas sekali kelas ini ya?”