LATAR BELAKANG Tingkat Pengetahuan dan Sikap Tenaga Kerja Pabrik Keramik terhadap Penyakit Paru Kerja Akibat Debu

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Tenaga kerja merupakan tulang punggung di bidang industri yang sangat menentukan keberhasilan dari suatu usaha untuk mempertinggi produksi, produktivitas dan efisiensi kerja.Keberhasilan tenaga kerja sebagai sumber daya manusia perlu mendapat perhatian khusus.Baik kemampuan, keselamatan serta kesehatan kerjanya, sekalipun faktor modal, material yang bermutu baik, serta mesin-mesin canggih tidak dapat dijalankan oleh tenaga kerja dengan kesehatan yang rendah dan tidak memuaskan. Maka dari itu para pekerja berhak mendapatkan perlindungan kesehatan dan keselamatan dalam bekerja Konvensi ILO No.1551981 serta mendapatkan pelayanan Kesehatan Kerja KonvensiILO No.1972006; UU No.362009; UU 132003. Maka dari itu para pekerja memerlukan pengetahuan dan keterampilan dalam menjaga kesehatan dan mencegah terjadinya kecelakaan kerja Kurniawidjaja L.M,2010. Industri dan produksinya mempunyai dampak positif dan negatif kepada manusia. Di satu pihak akan memberikan keuntungan berupa terciptanya lapangan kerja, mempermudah komunikasi dan transportasi serta akhirnya terjadi peningkatan kondisi sosial dan ekonomi masyarakat. Di pihak lain timbul dampak negatif karena pajanan bahan-bahan yang terjadi pada proses industri atau oleh karena produk-produk hasil industri tersebut. Pajanan bahan tersebut dapat mempengaruhi kesehatan lingkungan antara lain berupa pencemaran air karena pembuangan limbah dari pabrik, pencemaran udara oleh bahan-bahan yang diolah atau karena asap pabrik tersebut Mangunnegoro H,2003. Penyakit akibat kerja disebabkan oleh pajanan terhadap bahan kimia dan biologis, serta bahaya fisik ditempat kerja.Meskipun angka kejadiannya tampak lebih kecil dibandingkan dengan penyakit-penyakit utama penyebab cacat lain, Universitas Sumatera Utara terdapat bukti bahwa penyakit ini mengenai cukup banyak orang, khususnya di Negara-negara yang giat mengembangkan industri Aditama T.Y, 1999. Menurut UU No. 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan pasal 86 ayat 1 yang menyatakan bahwa setiap pekerja atau buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja, moral dan kesusilaan dan perilaku yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai agama Suma’mur P.K, 2009. Ratusan juta tenaga kerja diseluruh dunia saat ini bekerja dalam kondisi yang tidak nyaman dan beresiko terjadinya gangguan kesehatan akibat kerja. Menurut International Labor Organization ILO setiap tahun terjadi 1,1 juta kematian yang disebabkan oleh penyakit atau yang di sebabkan oleh pekerjaan. Sekitar 300.000 kematian terjadi dari 250 juta kecelakaan dan sisanya adalah kematian karena penyakit akibat kerja dimana diperkirakan terjadi 160 juta penyakit akibat hubungan kerja baru setiap tahunnya Buchari,2007. Di Amerika, The National Institute for Occupational Safety and Health NIOSH memperkirakan bahwa angka kematian yang terkait dengan Penyakit Paru Akibat Kerja atau dalam publikasi internasional disebut dengan Occupational Lung Diseases OLD sekitar 30 yang disebabkakan oleh pajanan di tempat kerja. Lebih dari 20 juta pekerja di Amerika Serikat telah terpajan bahan material yang dapat menyebabkan penyakit sistem pernapasan.Hampir 100.000 kematian akibat kecelakaan atau penyakit akibat kerja, sebagai konsekuensinya banyak perusahaan beroperasi sederhana, hal ini karena kekhawatiran kesehatan dan keselamatan. Menurut WHO World Health Organization tahun 2007, diantara semua penyakit akibat kerja 30 sampai 50 adalah penyakit pneumokoniosis. Selain itu ILO international Labour Organization mendeteksi bahwa sekitar 40.000 Universitas Sumatera Utara kasus baru pneumokoniosis penyakit saluran napas yang disebabkan oleh paparan debu tempat kerja terjadi di seluruh dunia setiap tahunnya. Hazard atau faktor resiko penyakit paru di tempat kerja bersumber dari bahan baku, bahan sampingan, proses produksi, produk atau limbah. Hazard kesehatan paru yang berbentuk debupartikel yang berasal dari alam atau buatan akan terpajan tenaga kerja melalui inhalasi udara di tempat kerja, maka penyakit paru akibat kerja dapat timbul dengan gejala yang bervariasi yaitu dari ringan hanya batuk-batuk sampai sesak tidak dapat bernapas dengan segala konsekuensinya : pekerja mungkin jatuh sakit, cacat dan sampai meninggal sehingga suatu perusahaan akan merugi akibat produktivitas pekerja menurun. Hal ini dikarenakan adanya penyempitan pada jalan napas Yunus F,2006. Kasus pneumokoniosis menempati urutan pertama Occupational Diseases OD di Negara Jepang dan China ILO,2005. Lebih dari 3 kematian akibat penyakit paru kronik di New York berhubungan dengan pekerjaan WHO,2007. Sebuah studi di Mesir pada pekerjaan keramik lebih banyak ditemukan gejala terhadap saluran pernapasan seprti batuk, demam, dan produksi sputum Agus D.S,2011. Kasus pneumokoniosis Program Perlindungan Kesehatan Respirasi PPKR merupakan upaya komprehensif yang bertujuan menurunkan bahkan menghilangkan resiko penyakit paru akibat pajanan hazard kesehatan di dunia usaha dan dunia kerja. Dari segi manajemen dan ketenagakerjaan , program ini bermanfaat bagi pekerja yang layak decent work dan terlindung dari risiko menderita sakit, cacat atau kematian yang berkaitan dengan penyakit paru akibat kerja PAK Paru Kurniawidjaja L.M,2010. Pabrik keramik PT Prima Indah Sanitoun merupakan pabrik yang bergerak dalam bidang industri closet, dengan jumlah pekerja 57 orang yang mendominasi pekerjanya adalah laki-laki.Closet tersebut terbuat dari keramik yang berbahan Universitas Sumatera Utara baku dari tanah liat, pasir dan feldspar. Bahan baku tersebut akan menghasilkan debu dan akan menimbulkan pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan pada pekerjanya. Hal ini disebabkan keramik menghasilkan silika sehingga dapat mengganggu kesehatan paru. Secara umum, tingkat pengetahuan pekerja tentang kegunaan alat pelindung diri keselamatan dan kesehatan kerja sudah cukup tinggi 82,3, serta tingkat penyediaan alat pelindung diri oleh perusahaan juga sudah cukup memadai 87,6. Namun, pekerja yang mengaku selalu mempergunakan alat pelindung hanya 41,7 . Hal ini lah yang menandakan rendahnya tingkat pengetahuan dan kesadaran menggunakan alat pelindung terhadap bahan-bahan berbahaya pada pekerja pabrik Yunus F,2006. Salah satu penyebab minimnya pekerja yang selalu mempergunakan alat pelindung adalah masih rendahnya kesadaran pekerja dalam memakai alat pelindung diri dan mematuhinya.Hal ini juga tak terlepas dari faktor pendidikan, sosial budaya, sikap dan perilaku para pekerja.

1.2 RUMUSAN MASALAH