2.4.7. Diagnosis penyakit paru akibat kerja
Diagnosis ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
A. Anamnesis
1. Riwayat pekerjaan
a. Pencatatan pekerjaan dan kegemaran yang terus-menerus atau part time secara kronologis.
b. Identifikasi bahan berbahaya di tempat kerja : bahan yang digunakan pekerja. c. Hubungan antara pajanan dan gejalan yang timbul : waktu antara mulai bekerja
dan gejala pertama, perkembangan gejala, hubungan antara gejala dengan tugas tertentu, perubahan gejala pada waktu libur jauh dari tempat kerja.
2. Keluhan penyakit
a.Batuk sifat batuk keras tidak keras, waktu batuk pagisiangmalamterus- menerus.
b. Dahak pagisiangmalamterus-menerus. c. Napas pendek waktu jalan cepat, waktu berjalan panjang.
d. Nyeri dada.
3. Riwayat penyakit
Ditanyakan tentang ada tidaknya penyakitkeluhan yang pernah diderita : a. Batuk
1. Selama 3 tiga bulan, terjadi tiap tahun 2. Sifat batuk keras tidak keras
3. Waktu batuk pagisiangmalamterus-menerus 4. Peningkatan batuk selama 3 minggu atau lebih, selama 1 tahun terakhir
b. Dahak 1. Dahak selama 3 bulan, terjadi tiap tahun
2. Waktu terjadinya dahak pagisiangmalam.terus-menerus 3. Peningkatan dahak selama 3 minggu atau lebih, selama 3 tahun terahir
Universitas Sumatera Utara
c. Napas pendek Selama 12 bulan terakhir pernah mengalamitidak terbangun tidur malam
d. Mengi wheezing 1.
Sejak 3 bulan terakhir pernah mengalamitidak 2.
Waktu mengi disertai napas pendek atau napas normal e. Nyeri dada
Sejak 3 tahun terakhir pernah mengalamitidak, lamanya 1 minggu f. Penyakit-penyakit lain yang pernah diderita
1. Kecelakaanoperasi didaerah dada 2. Gangguan jantung
3. Bronchitis 4. Pneumonia
5. Pleuritis 6. TB paru
7. Asma 8. Gangguan dada lainnya
4. Riwayat kebiasaan
Ditanyakan riwayat kebiasaan merokok, meliputi : jumlah rokok yang dihisap, lama merokok, cara mengisap rokok dangkaldalam, umur memulai merokok,
jenis rokok buatan sendiripabrik, menggunakan filtertidak dan kontinuiti
merokok.
B. Pemeriksaan fisik
Pada kebanyakan kasus pennyakit paru akibat kerja, hasil pemeriksaan fisik relatif tidak membantu.Pada observasi umum, penyakit paru obstruksi dapat
ditemukan sesak napas, saat istirahat maupun setelah melaksanakan aktivitas sedangkan pada kasus pneomokoniosis ditemukan jari-jari tabuh, demam tinggi,
takipnoe atau kadang sianosis, dan biasanya ditemukan krepitasi. C.
Pemeriksaan penunjang
Universitas Sumatera Utara
1. Foto toraks
Pada pneumokoniosis digunakan klasifikasi standar menurut ILO untuk interpretasi gambaran
radiologi kelainan parenkim difus yang terjadi.Klasifikasi ini digunakan untuk keperluan epidemiologi penyakit paru
akibat kerja.Perselubungan pada pneumokoniosis dibagi atas dua golongan, yaitu perselubungan halus dan kasar.
Table 2.3 Klasifikasi ILO 2000 Gambaran Radiologi Pneumokoniosis
Gambaran radiologi Deskripsi
Perselubungan halus
a. bercak kecil bulat P
Diameter sampai 1,5 mm Q
Diameter 1,5 – 3 mm R
Diameter 3 – 10 mm b. bercak kecil ireguler
S Diameter sampai 1,5 mm
T Diameter sampai 1,5 – 3 mm
U Diameter 3 – 10 mm
Kerapatan Berdasarkan konsentrasi perselubungan pada
zona yang terkena
0- 00 01 Kategori 0 – tidak terlihat perselubungan pada zona
Universitas Sumatera Utara
yang terkena. 10 11 ½
Kategori 1 – terlihat perselubungan lingkar kecil dengan jumlah relatif sedikit.
21 22 23 Kategori 2 – terlihat beberapa perselubungan
ireguler kecil. Corakan paru tidak jelas. 32 33 ¾
Kategori 3 – banyak terlihat perselubungan lingkar kecil. Corakan paru sebagian atau keseluruhan tidak
jelas.
Perselubungan kasar
A Satu perselubungan dengan diameter 1-5 cm atau
beberapa perselubungan dengan diameter 1cm, tetapi bila dijumlahkan perselubungan tidak
melebihi 5cm. B
Satu atau beberapa perselubungan yang lebih besar atau lebih banyak dibanding kategori A dengan
jumlah luas perselubungan tidak melebihi luas lapangan paru kanan atas.
C Satu atau beberapa perselubungan yang jumlah
luasnya melebihi luas lapangan paru kanan atas atau sepertiga lapangan kanan.
2. Tes Fungsi Paru
Tes fungsi paru merupakan tes kuatitatif dari faal paru, digunakan untuk menentukan kapasitas fungsi paru dan kemampuannya untuk melakukan
Universitas Sumatera Utara
pekerjaan.Dengan demikian dapat digunakan pula untuk membantu menentukan ciri-ciri dan beratnya penyakit paru kerja.
a. Spirometri dapat dihasilkan pengukuran volume ekspirasi dan inspirasi individu. Membandingkan hasilnya dengan nilai normal, hal ini berguna untuk
menilai kegagalan fungsi paru ILO,2000. b. Tes pernapasan tunggal dengan menggunakan mini-Wright peak-flow meter
portable dapat digunakan untuk tes pernapasan tunggal, yang merefleksikan beratnya obstruksi saluran pernapasan, dengan mengukur kecepatan hembusan
ekspirasi paksa peak expiratory flow rate,PEFR. Pengukuran serial PEFR mencatat hembusan ekspirasi paksa sebelum,selama dan setelah jam kerja, serta
selama liburan, paling tidak selama 1 minggu Harrianto R,2010.
3. Analisis debu penyebab
Pada kondisi tertentu, diperlukan diagnosis pasti pajanan bahan di lingkungan kerja dengan analisis bahan biologi sputum, bronchoalveolar
lavageBAL.pemeriksaan BAL membantu menegakkan diagnosis, pemeriksaan ini dapat terlihat debu di dalam makrofag dan jenis debu kemungkinana dapat
diidentifikasi menggunakan mikroskop elektron. Pada kasus asbestosis dapat ditemukan serat asbes dan asbestos body AB. AB adalah bahan yang berbentuk
secara intraselular dan berasal dari satu atau lebih makrofag alveolar yang bereaksi dengan serat asbes Harrianto R,2010.
Pada silikosis, makrofag yang ditemukan dalam BAL berisi partikel granit yang semakin lama riwayat pajanan terdapat debu granit maka akan semakin
banyak ditemukan makrofag tersebut.
Universitas Sumatera Utara
2.4.8. Tatalaksana