Jenis Pneumokoniosis Ukuran Debu yang Berpengaruh Tatalaksana

2.4.5. Jenis Pneumokoniosis

Penamaan pneumokoniosis tergantung pada debu penyebabnya. Tabel 2.2 Beberapa Jenis Pneumokoniosis Berdasarkan Debu Penyebabnya Jenis debu Pneumokoniosis Asbes Asbestosis Silika Silikosis Batubara Pneumokoniosis batubara Besi Siderosis Berilium Beriliosis Talk Talkosis talk pneumokoniosis Grafit Pneumokoniosis grafit Debu karbon Pneumokoniosis karbon Sumber :Agus DS,2011

2.4.6. Ukuran Debu yang Berpengaruh

Ukuran debu sangat berpengaruh terhadap terjadinya pneumokoniosis. Dari hasil penelitian, ukuran tersebut dapat mencapai target organ sebagai berikut: a. 5-10 µm : akan tertahan oleh saluran napas atas dan menimbulkan banyak penyakit berupa iritasi sehingga menimbulkan penyakitpharyngitis. b. 3-5 µm : akan tertahan oleh saluran pernapasan broncus bronchioles yang dapat menimbulkan bronchitis, allergis atau asma. c. 1-3 µm : akan mencapai dipermukaan alveoli. d. 0,5-0,1 µm : akan tertinggal dipermukaan alveoliselaput lendir e. sehingga menyebabkan fibrosis paru. f. 0,1-0,5 µm : melayang dipermukaan alveoli. Menurut WHO 2006 ukuran partikel debu yang membahayakan adalah ukuran 0,1-5 atau sampai 10 mikron Pudjiastuti W,2002. Universitas Sumatera Utara

2.4.7. Diagnosis penyakit paru akibat kerja

Diagnosis ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. A. Anamnesis

1. Riwayat pekerjaan

a. Pencatatan pekerjaan dan kegemaran yang terus-menerus atau part time secara kronologis. b. Identifikasi bahan berbahaya di tempat kerja : bahan yang digunakan pekerja. c. Hubungan antara pajanan dan gejalan yang timbul : waktu antara mulai bekerja dan gejala pertama, perkembangan gejala, hubungan antara gejala dengan tugas tertentu, perubahan gejala pada waktu libur jauh dari tempat kerja.

2. Keluhan penyakit

a.Batuk sifat batuk keras tidak keras, waktu batuk pagisiangmalamterus- menerus. b. Dahak pagisiangmalamterus-menerus. c. Napas pendek waktu jalan cepat, waktu berjalan panjang. d. Nyeri dada.

3. Riwayat penyakit

Ditanyakan tentang ada tidaknya penyakitkeluhan yang pernah diderita : a. Batuk 1. Selama 3 tiga bulan, terjadi tiap tahun 2. Sifat batuk keras tidak keras 3. Waktu batuk pagisiangmalamterus-menerus 4. Peningkatan batuk selama 3 minggu atau lebih, selama 1 tahun terakhir b. Dahak 1. Dahak selama 3 bulan, terjadi tiap tahun 2. Waktu terjadinya dahak pagisiangmalam.terus-menerus 3. Peningkatan dahak selama 3 minggu atau lebih, selama 3 tahun terahir Universitas Sumatera Utara c. Napas pendek Selama 12 bulan terakhir pernah mengalamitidak terbangun tidur malam d. Mengi wheezing 1. Sejak 3 bulan terakhir pernah mengalamitidak 2. Waktu mengi disertai napas pendek atau napas normal e. Nyeri dada Sejak 3 tahun terakhir pernah mengalamitidak, lamanya 1 minggu f. Penyakit-penyakit lain yang pernah diderita 1. Kecelakaanoperasi didaerah dada 2. Gangguan jantung 3. Bronchitis 4. Pneumonia 5. Pleuritis 6. TB paru 7. Asma 8. Gangguan dada lainnya

4. Riwayat kebiasaan

Ditanyakan riwayat kebiasaan merokok, meliputi : jumlah rokok yang dihisap, lama merokok, cara mengisap rokok dangkaldalam, umur memulai merokok, jenis rokok buatan sendiripabrik, menggunakan filtertidak dan kontinuiti merokok. B. Pemeriksaan fisik Pada kebanyakan kasus pennyakit paru akibat kerja, hasil pemeriksaan fisik relatif tidak membantu.Pada observasi umum, penyakit paru obstruksi dapat ditemukan sesak napas, saat istirahat maupun setelah melaksanakan aktivitas sedangkan pada kasus pneomokoniosis ditemukan jari-jari tabuh, demam tinggi, takipnoe atau kadang sianosis, dan biasanya ditemukan krepitasi. C. Pemeriksaan penunjang Universitas Sumatera Utara 1. Foto toraks Pada pneumokoniosis digunakan klasifikasi standar menurut ILO untuk interpretasi gambaran radiologi kelainan parenkim difus yang terjadi.Klasifikasi ini digunakan untuk keperluan epidemiologi penyakit paru akibat kerja.Perselubungan pada pneumokoniosis dibagi atas dua golongan, yaitu perselubungan halus dan kasar. Table 2.3 Klasifikasi ILO 2000 Gambaran Radiologi Pneumokoniosis Gambaran radiologi Deskripsi Perselubungan halus a. bercak kecil bulat P Diameter sampai 1,5 mm Q Diameter 1,5 – 3 mm R Diameter 3 – 10 mm b. bercak kecil ireguler S Diameter sampai 1,5 mm T Diameter sampai 1,5 – 3 mm U Diameter 3 – 10 mm Kerapatan Berdasarkan konsentrasi perselubungan pada zona yang terkena 0- 00 01 Kategori 0 – tidak terlihat perselubungan pada zona Universitas Sumatera Utara yang terkena. 10 11 ½ Kategori 1 – terlihat perselubungan lingkar kecil dengan jumlah relatif sedikit. 21 22 23 Kategori 2 – terlihat beberapa perselubungan ireguler kecil. Corakan paru tidak jelas. 32 33 ¾ Kategori 3 – banyak terlihat perselubungan lingkar kecil. Corakan paru sebagian atau keseluruhan tidak jelas. Perselubungan kasar A Satu perselubungan dengan diameter 1-5 cm atau beberapa perselubungan dengan diameter 1cm, tetapi bila dijumlahkan perselubungan tidak melebihi 5cm. B Satu atau beberapa perselubungan yang lebih besar atau lebih banyak dibanding kategori A dengan jumlah luas perselubungan tidak melebihi luas lapangan paru kanan atas. C Satu atau beberapa perselubungan yang jumlah luasnya melebihi luas lapangan paru kanan atas atau sepertiga lapangan kanan. 2. Tes Fungsi Paru Tes fungsi paru merupakan tes kuatitatif dari faal paru, digunakan untuk menentukan kapasitas fungsi paru dan kemampuannya untuk melakukan Universitas Sumatera Utara pekerjaan.Dengan demikian dapat digunakan pula untuk membantu menentukan ciri-ciri dan beratnya penyakit paru kerja. a. Spirometri dapat dihasilkan pengukuran volume ekspirasi dan inspirasi individu. Membandingkan hasilnya dengan nilai normal, hal ini berguna untuk menilai kegagalan fungsi paru ILO,2000. b. Tes pernapasan tunggal dengan menggunakan mini-Wright peak-flow meter portable dapat digunakan untuk tes pernapasan tunggal, yang merefleksikan beratnya obstruksi saluran pernapasan, dengan mengukur kecepatan hembusan ekspirasi paksa peak expiratory flow rate,PEFR. Pengukuran serial PEFR mencatat hembusan ekspirasi paksa sebelum,selama dan setelah jam kerja, serta selama liburan, paling tidak selama 1 minggu Harrianto R,2010. 3. Analisis debu penyebab Pada kondisi tertentu, diperlukan diagnosis pasti pajanan bahan di lingkungan kerja dengan analisis bahan biologi sputum, bronchoalveolar lavageBAL.pemeriksaan BAL membantu menegakkan diagnosis, pemeriksaan ini dapat terlihat debu di dalam makrofag dan jenis debu kemungkinana dapat diidentifikasi menggunakan mikroskop elektron. Pada kasus asbestosis dapat ditemukan serat asbes dan asbestos body AB. AB adalah bahan yang berbentuk secara intraselular dan berasal dari satu atau lebih makrofag alveolar yang bereaksi dengan serat asbes Harrianto R,2010. Pada silikosis, makrofag yang ditemukan dalam BAL berisi partikel granit yang semakin lama riwayat pajanan terdapat debu granit maka akan semakin banyak ditemukan makrofag tersebut. Universitas Sumatera Utara

2.4.8. Tatalaksana

Pneumokoniosis tidak akan mengalami regresi, mengilang ataupun berkurang progresivitas hanya dengan menjauhi pajanan. Tatalaksana medis umumnya terbatas hanya pengobatan bersifat simptomatik. Pemberian oksigen dan bronkodilator bila terdapat keadaan hipoksemia dan obstruksi Cowie RL,2005. Pencegahan penyakit akibat kerja dapat berupa : 1. Bahan penyebab penyakit dapat diidentifikasi, diukur dan dikontrol. 2. Populasi yang beresiko mudah diawasi secara teratur dan diobati. 3. penggunaan APD Alat Pelindung Diri. APD yang baik adalah yang memenihi standart keamanan dan kenyamanan bagi pekerjanya Safety and Acceptation.APD yang tepat bagi tenaga kerja yang berada pada lingkungan kerja dengan paparan debu konsentrasi tinggi adalah : a. Masker untuk melindungi debu atau partikel-partikel yang masuk ke pernapasan dapat terbuat dari kain yang memiliki ukuran pori-pori tertentu. b. Respiratori pemurni udara dapat membersihkan udara dengan cara menyaring atau menyerap toksinitas rendah sebelum memasuki sistem pernapasan Habsari ND,2003. Pencegahan merupakan tindakan yang paling penting. Dapat dilakukan dengan mengurangi kadar debu, lama pajanan, dan melakukan deteksi dini dengan cara pemeriksaan berkala. Universitas Sumatera Utara BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. KERANGKA KONSEP

3.2. DEFINISI OPERASIONAL

1. Tingkat pengetahuan merupakan hasil dari “tahu”dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Pengideraan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. 2. Sikap adalah reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. 3. Penyakit paru kerja akibat debu adalah penyakit atau kelainan pada paru yang timbul sehubungan dengan pekerjaan yang disebabkan oleh debu. Tingkat pengetahuan Penyakit Paru Kerja Akibat Debu Sikap Universitas Sumatera Utara