Pengertian Epidemiologi Penyakit Paru Kerja Akibat Debu

sehubungan dengan pajanan bahan harus diketahui, serta ditentukan derajat lama pajanan dan penggunaan alat pelindung. Masa antara pajanan yang didapat sampai timbul kelainan mungkin berlangsung lama, sehingga menimbulkan kesulitan dalam menentukan hubungan antara pekerjaan atau penyakit Mangunnegoro H dan Yunus F,2003. Beberapa prinsip yang digunakan secara umum untuk menentukan penyakit paru akibat pajanan bahan di tempat kerja atau lingkungan antara lain : a. Sebagian besar penyakit paru disebabkan atau diperberat oleh pajanan dari tempat kerja atau lingkungan. Jadi pemicu dari tempat kerja dan lingkungan, harus secara terus-menerus diperhatikan dalam evaluasi dan penatalaksanaan penyakit paru. b. Sebagian penyakit paru mungkin disebabkan oleh banyak faktor, dan faktor pekerjaan bias berinteraksi dengan faktor lain. Sebagai contoh : faktor resiko kanker paru pada pekerja yang terpajan asbes sekaligus merokok lebih besar daripada hanya terpajan asbes atau merokok secara sendiri-sendiri. c. Dosis pajanan penting, sebagai faktor pemicu proporsi populasi yang terkena dan derajat keparahan penyakit. Pajanan dengan dosis yang lebih tinggi biasanya menyebabkan lebih banyak individu yang terkena serta derajat yang lebih parah Rampai B,2009.

2.4.1. Pengertian

Istilah pneumokoniosis berasal dari bahasa yunani yaitu “pneumo” berarti paru dan “konis” berarti debu Cowie RL,2005. Pneumokoniosis digunakan untuk menyatakan berbagai keadaan berikut : 1. Kelainan yang terjadi akibat pajanan debu anorganik seperti silika silikosis, asbes asbestosis, dan timah stannosis. 2. Kelainan yang terjadi akibat pekerjaan seperti pneumokoniosis batubara. Universitas Sumatera Utara 3. Kelainan yang timbul oleh debu organik seperti kapas bisinosis Yunus F,2004. International Labour Organization ILO mendefinisikan pneumokoniosis sebagai suatu kelainan yang terjadi akibat penumpukan debu dalam paru yang menyebabkan reaksi jaringan terhadap debu tersebut Agus D.S,2011. Umumnya diperlukan waktu pajanan 10 tahun agar dapat menimbulkan pneumokoniosis.

2.4.2 Epidemiologi

Silikosis, asbestosis, dan pneumokoniosis batu bara merupakan jenis pneumokoniosis terbanyak. Data di Australia tahun 1979-2002 menyebutkan terdapat 1000 kasus pneumokoniosis terdiri dari 56 asbestosis, 38 silikosis, dan 6 pneumokoniosis barubara. Resiko penyakit ini meningkat seiring dengan lama pajanan terhadap partikel silika. Sebanyak 12 pekerja dengan masa kerja lebih dari 30 tahun menderita silikosis Agus D.S,2011. Data prevalensi pneumokoniosis nasional di Indonesia belum ada.Data yang ada hanya data penelitian-penellitain berskala kecil pada berbagai industri yang beresiko terjadi pneumokoniosis. 2.4.3. Sifat Debu dan Hubungannya dengan Penyakit Paru Respon jaringan tubuh terhadap debu yang terinhalasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain : Demedts M,2003 a. Sifat fisik Keadaan fisik yang berupa partikel uap atau gas, ukuran, dan densitasi partikel, bentuk dan kemampuan penetrasi yeng mempengaruhi sifat migrasi dan reaksi tubuh.Sifat kelarutan partikel juga berpengaruh, seperti asbestos dan silika yang merupakan partikel tidak larut. Universitas Sumatera Utara b. Sifat kimia Sifat fibrogenitas merupakan sifat suatu bahan yang menimbulkan fibrosis jaringan.Debu fibrogenik merupakan debu yang dapat menimbulkan reaksi jaringan paru fibrosis seperti batubara, silika bebas dan asbes.Dan debu nonfibrogenik adalah debu besi, kapur dan timah. c. Faktor Penjamu Faktor ini berperan penting pada respon jaringan terhadap agenbahan terinhalasi.Gangguan sistem pertahanan paru alami seperti kelainan genetik, kecepatan bersihan dan fungsi makrofag. Gangguan sistem pertahanan paru didapat contohnya karena obat-obatan, asap rokok, dan alkohol. Kondisi anatomi dan fisiologi saluran napas dan paru mempengaruhi pola pernapasan yang akhirnya mempengaruhi deposit agenbahan terinhalasi. Keadaan imunologi juga berperan, contohnya alergi.

2.4.4. Patogenesis Pneumokoniosis