Tema: Daerah Tapal Batas Indonesia yang Dituntut Mandiri, Tanpa

commit to user 80 Untuk memudahkan dan lebih memfokuskan pembedahan wacana yang ada dalam sajian berita-berita Kompas, maka analisis tema pertama diikuti langsung analisis dari elemen superstruktur dan struktur mikro yang ada. Kemudian dilanjutkan ke tema yang kedua hingga tema kelima.

B. ANALISIS WACANA BERITA KOMPAS

1. Tema: Daerah Tapal Batas Indonesia yang Dituntut Mandiri, Tanpa

Kehadiran Serius dari Negara a. Analisis Struktur Makro Dalam tema pertama tersebut Kompas menyajikan empat berita. Ketua Tim Pemantau Pelaksanaan UU Pemerintahan Aceh Feery Mursyidan Baldan mengakui, tiga tahun perjalanan UU Pemerintahan Aceh, pelaksanaannya belum mencapai tujuan. Di antara penyebabnya adalah harmonisasi penyelenggara pemerintahan pusat, Provinsi Aceh, dan kabupatenkota. Korpus 1: Kompas, 10 Agustus 2009 Ketidakharmonisan antara pemerintah pusat dan daerah membuat daerah tapal batas Indonesia masih sulit berkembang. Mereka dituntut untuk mandiri, padahal butuh waktu yang tidak singkat dan juga keberpihakan negara untuk mewujudkannya. Korpus 1 menunjukkan bahwa meski Aceh sudah terbebas dari konflik dan kembali bisa melanjutkan pembangunan, bukan berarti Aceh bisa berjalan sendiri, melainkan masih perlu kawalan serius dari pemerintah pusat. “Bagi warga perbatasan, NKRI adalah harga mati. Namun, jika perbatasan tidak diurus, yang bisa digeser tidak hanya tanah, tetapi juga warganya ke negeri seberang,” kata Raden Thalib, tokoh masyarakat Entikong. Korpus 2: Kompas, 13 Agustus 2009 commit to user 81 Bagi warga Entikong perbatasan Kalbar-Malaysia, kemandirian untuk sekedar bisa hidup layak benar-benar dituntut tanpa perhatian serius pemerintah. Sehingga bekerja di Malaysia menjadi satu-satunya pilihan. Transportasi laut yang dibangun oleh masyarakat inilah yang selama ini menghubungkan Morotai di bibir Samudra Pasifik dengan pusat perekonomian di Maluku Utara, seperti Tobelo dan Ternate, serta Bitung di Sulawesi Utara. Lalu lintas barang dan penumpang serta geliat perekonomian sengat bergantung pada pelayaran rakyat. Korpus 3: Kompas, 16 Agustus 2009 Meski keperpihakan pemerintah masih terbatas, namun hal ini tak menyurutkan para penduduk Morotai untuk mengembangkan perekonomiannya. Mereka membangun pelayaran rakyat agar bisa menjalankan roda perekonomian, sehingga kebutuhan-kebutuhan untuk pemenuhan kesejahteraan bisa tercapai. Seharusnya, dengan modal kreativitas yang dimiliki warga Morotai, pemerintah akan lebih mudah mengembangkan pembangunan, bukannya membiarkan Morotai berjalan sendiri. Dulu orang-orang perbatasan juga kerap berkomentar mengenai keragu-raguan atas kehidupan mereka. “Mereka bilang ‘kaki di Indonesia, tetapi perut di Filipina,” kata Shelley Sondakh, Kepala BIMP EAGA Perwakilan Sulawesi Utara. Korpus 7: Kompas, 21 Agustus 2009 Pemerintah Indonesia tidak mau repot mengurus warga Sangihe dan talaud, toh selama ini jarang muncul kasus tenaga kerja seprti dialami pekerja kita di Malaysia. Program repatriasi, pemulangan ke Tanah Air, yang pernah disampaikan beberapa pejabat Departemen Luar Negeri sangat sulit dilakukan. Korpus 8: Kompas, 21 Agustus 2009 “Semua pembangunan baik, tetapi lebih baik jika kami diberi kail untuk hidup,” kata Betoel Dalupa. Kail dimaksud adalah kapal-kapal penampung ikan dan pabrik es untuk menampung ikan-ikan tengkapan nelayan perbatasan. Korpus 9: Kompas, 21 Agustus 2009 Ketidakhadiran negara pun semakin terasa bagi masyarakat Miangas. Hanya untuk bisa bertahan dan memperoleh taraf hidup yang commit to user 82 layak, mereka masih bergantung ke negara tetangga Filipina. Sebagai bagian dari kedaulatan NKRI, mereka juga memiliki hak untuk memperoleh kehidupan yang baik yang tertera di UUD ’45. Oleh karena itu, pemerintah harus lebih konkret memperhatikan daerah dengan karakteristik pantai terbuka tersebut. Sebab secara politis Pulau Miangas memiliki nilai strategis, sebagai penjaga kedaulatan negara. Namun realitas kehidupan yang ada, nilai strategis itu hanya jargon usang karena jaminan kesejahteraan dari negara belum bisa mereka rasakan.

b. Analisis Superstruktur

Teks atau wacana umumnya mempunyai skema atau alur dari pendahuluan sampai akhir. Alur tersebut menunjukkan bagaimana bagian- bagian dalam teks disusun dan diurutkan diurutkan sehingga membentuk kesatuan arti. Berita juga mempunyai skematik meskipun tidak disusun dengan kerangka yang linier seperti halnya tulisan dalam jurnal ilmiah. 120 Secara hipotetik, berita umumnya memiliki dua kategori skema besar. 121 Pertama, summary yang umumnya ditandai dengan dua elemen yakni judul dan lead. Elemen skema ini yang dipandang paling penting. Judul dan lead menunjukkan tema yang ingin ditampilkan oleh wartawan dalam pemberitaannya. Lead ini umumnya sebagai pengantar ringkasan apa yang ingin dikatakan sebelum masul dalam isi berita secara lengkap. Kedua, story yakni isi berita secara keseluruhan. Isi berita ini secara hipotetik juga mempunyai dua subkategori. Yang pertama berupa situasi 120 Eriyanto. 2005. Op.Cit. Hal 231-232 121 Teun A. van Dijk, “News as Discourse”, dalam Eriyanto. 2005. Op.Cit. Hal 232 commit to user 83 yakni proses atau jalannya peristiwa, sedang yang kedua komentar yang ditampilkan dalam teks. Seperti juga pada struktur tematik, supertruktur ini dalam pandangan van Dijk, dilihat sebagai suatu kesatuan yang koheren dan padu. Apa yang diungkapkan dalam superstruktur pertama akan diikuti dan didukung oleh bagian-bagian lain dalam berita. Apa yang diungkapkan dalam lead dan menjadi gagasan utama dalam teks berita akan diikuti dan didukung oleh bagian skema berita yang lain seperti dalam kisah dan kutipan. Arti penting dari skematik adalah strategi wartawan untuk mendukung topik tertentu yang ingin disampaikan dengan menyusun bagian-bagian dengan urutan tertentu. Skematik memberikan tekanan mana yang didahulukan, dan bagian mana yang bisa kemudian sebagai strategi untuk menyembunyikan informasi penting. 122 Berikut skematik berita-berita yang terdapat dalam tema pertama rubrik “Nasionalime di Tapal Batas”: Tabel III.2 Skematik Tema Pertama No. Edisi Judul Berita Skematik 1. Kompas, 10 Agustus 2009 Menguji “Kreativitas” Di Aceh Jenis berita features. Lead menggoda keingintahuan pembaca. Bagian awal dipaparkan kesulitannya lembaga-lembaga pemerintah untuk melanjutkan pembangunan di Aceh. Kemudian dijelaskan kurang harmonisnya koordinasi antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah sehingga semakin menyulitkan pembangunan di Aceh. Di bagian akhir dipaparkan bahwa kesempatan Aceh untuk memanfaatkan peluang-peluang sekecil apapun untuk pembangunan. 122 Eriyanto. 2005. Op.Cit. Hal 233-234 commit to user 84 2. Kompas, 13 Agustus 2009 Mereka Yang Ingin Meraih Kemandirian Jenis berita features. Keberadaan lead menggoda keingintahuan pembaca. Dilanjutkan penjelasan pengalaman TKI yang meloloskan diri dari Malaysia karena menjadi korban TKI ilegal. Tidak adanya lapangan kerja serta minimnya penghasilan di negeri sendiri membuat masyarakat di perbatasan Kalbar menggantungkan diri di Malaysia. Di bagian akhir, mempertanyaan keberpihakan pemerintah bagi masyarakat perbatasan Kalbar- Malaysia. 3. Kompas, 16 Agustus 2009 Warga Kepulauan Yang Dibiarkan Berjalan Sendiri Jenis berita features. Lead mendiskripsikan keadaan Pelabuhan HMS Lastory menunggu kapal berlabuh. Dilanjutkan penjelasan aktivitas ekonomi dari masyarakat sekitar. Minimnya perhatian dan infrastruktur pemerintah tidak menghentikan kreativitas dari masyarakat Morotai hanya untuk sekedar bisa tetap bertahan hidup. Di bagian akhir ditutup dengan ketidakseriusan pemerintah daerah Morotai untuk memajukan daerahnya yang merupakan daerah pemekaran. 4. Kompas, 21 Agustus 2009 Kehadiran Negara Miangas Nun Jauh Di Mata Jenis berita features. Lead berisi ringkasan dari features. Bagian awal berisi pemaparan kondisi warga Miangas yang masih bergantung dengan Filipina. Dilanjutkan penjelasan masih minimnya perhatian pemerintah Indonesia dalam pembangunan perekonomian di daerah tersebut. Di bagian akhir dipaparkan sikap apatis masyarakat Miangas yang hanya menunggu janji-janji pemerintah yang tak kunjung terwujud.

c. Analisis Struktur Mikro

Dalam model analisis Teun A van Dijk, mikrostruktur terdiri dari 4 elemen yaitu: semantik, sintaksis, stilistik, dan retoris.

c. 1. Semantik

Dalam pengertian umum, semantik adalah disiplin ilmu bahasa yang menelaah makna satuan lingual, baik makna leksikal maupun commit to user 85 makna gramatikal. Semantik dalam skema van Dijk dikategorikan sebagai makna lokal, yakni makna yang muncul dari hubungan antarkalimat, hubungan antarproposisi yang membangun makna tertentu dalam suatu bangunan teks. Semantik tidak hanya mendefinisikan bagian mana yang penting dari struktur wacana, tapi juga menggiring ke arah sisi tertentu dari suatu peristiwa. 123 Elemen dari semantik ini adalah: latar, detil, dan maksud.

c. 1.1. Latar

Latar merupakan bagian berita yang dapat mempengaruhi semantik arti yang ingin ditampilkan. Latar yang dipilih menentukan ke arah mana pandangan hendak dibawa. Ini merupakan cerminan ideologis, di mana wartawan dapat menyajikan latar belakang dapat juga tidak, tergantung pada kepentingan mereka. 124 Elemen latar digunakan sebagai penguat dan mendukung pendapat yang disampaikan sang penulis agar terkesan beralasan. Dengan demikian latar dapat digunakan untuk menyelidiki bagaimana seseorang memberikan makna atas suatu peristiwa. Berikut pemaparan latar yang terdapat di tema pertama rubrik “Nasionalisme di Tapal Batas”: Salah satu yang acap dikeluhkan soal penyelenggaraan pemerintahan di Aceh adalah belum tuntasnya peraturan pelaksanaan yag diamanatkan UU Nomor 11 Tahun 2006 mengenai Pemerintahan Aceh… 123 Alex Sobur. 2006. Op.Cit. Hal 78 124 Eriyanto. 2005. Op.Cit. Hal 235 commit to user 86 Merujuk surat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kepada Ketua DPR, Maret 2009, baru 2 peraturan pelaksanaan UU No. 112006 yang telah ditetapkan, dan masih tersisa 10 perturan pelaksanaan lainnya. Korpus 10: Kompas, 10 Agustus 2009 Sebagai pemerintahan yang tergolong baru karena baru saja lepas dari konflik, Nanggroe Aceh Darussalam NAD masih banyak berbenah agar bisa membentuk pemerintahan yang maju dan berkembang. Sektor pembangunan menjadi sasaran utama pemerintah Aceh. Namun belum tuntasnya penetapan UU No. 112006 tentang Pemerintahan Aceh yang menjadi wewenang pemerintah pusat, membuat Aceh kesulitan untuk mengembangkan pembangunan tersebut. Hal inilah yang melatarbelakangi ketidakharmonisan pemerintah Aceh dengan pemerintah pusat sehingga berimbas pada tidak maksimalnya proses pembangunan di Aceh. Pemerintah dan masyarakat Aceh dituntut kreatif dalam melanjutkan pembangunan dengan masih minimnya peraturan yang ada. Para gadis remaja ini – rata-rata beraparas cantik – umumnya lulusan SMP dan kurang keterampilan, dan kedai atau pelayan toko menjadi kesempatan pertama mereka sekadar bisa mandiri. Lia, misalnya, sudah berpenghasilan Rp 500.000 di kedai, tetapi ingin ke Malaysia hanya untuk mencari 250 ringgit per bulan sekitar Rp 650.000. Korpus 13: Kompas, 13 Agustus 2009 Beruntung ada inisiatif sejumlah pihak. Lembaga Pengkajian dan Pendidikan Mata Pencaharian LPPMP memberi beasiswa penuh bagi 26 anak putus sekolah di perbatasan Entikong untuk belajar di SMP Taruna Mandiri di Kabupaten Malang Jatim. “Pendidikan siswa di perbatasan harus diperhatikan benar. Kalau tidak ada yang peduli, jangan salahkan mereka kalau tidak sekolah atau malah bekerja di Malaysia,” kata Ketua LPPMP Ishaq Maulana. Korpus 14: Kompas, 13 Agustus 2009 Keadaan yang memaksa untuk memilih bekerja di Malaysia hanya sekedar untuk bisa mandiri ditempuh para remaja di commit to user 87 perbatasan Kalimantan Barat. Bukan hanya dari terbatasnya lapangan pekerjaan dan minimnya upah yang diterima, namun belum terpenuhinya kebutuhan pendidikan membuat mereka tidak bisa bersaing untuk mendapatkan pekerjaan yang layak. Dengan pertimbangan upah yang didapat lebih besar, para remaja yang rata- rata lulusan SMP lebih memilih bekerja di Malaysia. Kedatangan kapal selalu menggairahkan masyarakat Pulau Morotai di Kabupaten Morotai, Provinsi Maluku Utara, yang berbatasan laut dengan Republik Palau. Kapal pelayaran rakyat selalu membawa rezeki bagi buruh angkut, ojek, dan pelaku ekonomi mikro lainnya. Korpus 15: Kompas, 16 Agustus 2009 Minimnya infrastruktur yang disediakan pemerintah itu telah memicu perdagangan dengan masyarakat di Timor Leste. Mereka menukar hasil bumi dan beras dengan minyak atau barang lain. Bahkan, sebagian warga Wetar jika sakit berobat ke Dili karena hanya 4 jam perjalanan kapal. Barter juga terjadi antara warga Sopi di ujung Morotai dan para nelayan Filipina. Korpus 16: Kompas, 16 Agustus 2009 Minimnya fasilitas transportasi laut di Pulau Morotai, Maluku Utara, tidak menyiutkan kreativitas masyarakat di pulau tersebut untuk membangun sarana transportasi laut yang menghubungkan Pulau Morotai dengan daerah yang menjadi pusat perekonomian di Maluku Utara. Dengan begitu, masyarakat bisa memiliki perekonomian yang lebih baik. Selain itu, minimnya infrastruktur yang disediakan pemerintah juga memicu masyarakat untuk melakukan perdagangan lintas batas dengan negara Timor Leste. Gambaran kehidupan ini menjadi latar pemberitaan Kompas, dimana masyarakat perbatasan dibiarkan berjalan sendiri untuk commit to user 88 mewujudkan kesejahteraan, dan belum ada keperpihakan yang cukup dari pemerintah. Hal itu dipengaruhi banyak faktor, terutama ketersediaan lapangan kerja dan lahan ekonomi yang digarap. Lagi pula aspek interaksi di bidang sosial budaya terjadi proses kawin-mawin membuat banyak warga Sangihe enggan kembali ke wilayah leluhurnya. Korpus 19: Kompas, 21 Agustus 2009 Kenyataannya, perhitungan ekonomis pragmatis yang selalu menjadi jenderal di atas segalanya, termasuk nasionalisme. Masalahnya, kebijakan ekonomi yang pragmatis itu pun sering tidak cocok seperti berlakunya pola pikir kontinental untuk negara kepualuan ini. Belum lagi masalah yang timbul di lapangan, termasuk penyelewengan dan upaya mengejar proyek semata. Korpus 20: Kompas, 21 Agustus 2009 Masyarakat Miangas semakin merasakan jauhnya peran negara. Mereka lebih menggatungkan kehidupannya dengan negara tetangga, Filipina. Hal ini berasalan karena di Filipina mereka memperoleh pekerjaan yang lebih baik dibandingkan di Miangas sendiri. Kebijakan ekonomi yang diterapkan oleh pemerintah juga tidak memperhatikan keadaan alam Miangas yang merupakan kepulauan dengan laut terbuka di bibir samudera Pasifik. Sehingga arus pemenuhan barang-barang kebutuhan pokok sering tersendat kondisional alam. Imbasnya mereka semakin terisolasi dan dibiarkan hidup sendiri.

c. 1.2. Detil

Elemen wacana detil berhubungan dengan kontrol informasi yang ditampilkan seseorang. Komunikator akan menampilkan secara berlebihan informasi yang menguntungkan dirinya atau citra yang baik. Sebaliknya, ia akan menampilkan informasi dalam commit to user 89 jumlah yang sedikit bahkan kalau perlu tidak disampaikan kalau hal itu merugikan kedudukannya. Informasi yang menguntungkan komunikator, bukan hanya ditampilkan secara berlebihan tetapi juga dengan detil yang lengkap kalau perlu dengan data-data. Detil yang lengkap dan panjang lebar merupakan penonjolan yang dilakukan secara sengaja untuk menciptakan citra tertentu kepada khalayak. Detil yang lengkap itu akan dihilangkan kalau berhubungan dengan sesuatu yang menyangkut kelemahan atau kegagalan dirinya. 125 Penggunaan detil pada tema pertama rubrik “Nasionalisme di Tapal Batas ” adalah sebagai berikut: …Misalnya, Kepala Badan Pengelola Kawasan Bebas Sabang T Syaiful Ahmad mengatakan, ketiadaan peraturan peralihan pengelolaan aset dari PT Pelindo II kepada lembaganya untuk mengelola pelabuhan Sabang menjadi salah satu penghambat pengembangan perekonomian kawasan ini. Ketiadaan peraturan peralihan membuat calon investor pelabuhan Sabang mundur. Korpus 21: Kompas, 10 Agustus 2009 Dalam korpus 21 tersebut, Kompas menunjukkan detil kesulitan pengembangan perkenomian di Sabang NAD yang disebabkan belum jelasnya peraturan yang ada. Hal ini membuat calon investor mundur dari proyek pembangunan di kawasan pelabuhan Sabang karena jaminan payung hukum kepada calon investor tidak terpebuhi. Gairah seperti itu juga dijumpai di sebagian besar wilayah Maluku dan Maluku Utara yang berisi 954 pulau. Kapal selalu dinanti, mulai dari Pulau Wetar di ujung tenggara yang berbatasan dengan Timor Leste hingga Morotai di ujung utara di perbatasan Indonesia-Palau. Pelayaran 125 Eriyanto. 2005. Op.Cit. Hal 238 commit to user 90 rakyat mengisi ruang kosong jalur pelayaran kapal-kapal PT Pelni dan perintis. Korpus 22: Kompas, 16 Agustus 2009 Setali tiga uang, di Morotai kondisi transportasi antarpulau sangat minim. Transportasi laut yang lancar hanya di Daruba. Setiap hari ada pelayaran rakyat bolak-balik rute Daruba-Tobelo. Kapal perintis KM Kie Raha 2 dari Ternate datang sekali sebukan. Ada juga feri penyeberangan Tobelo-Daruba. Ibu kota kecamatan lain, yaitu Sangowo Morotai Timur, Berebere Morotai Utara, Wayabula Morotai Selatan Barat, dan Sopi Morotai Jaya, sangat bergantung pada pelayaran rakyat. Itu pun macet total saat musim gelombang besar, seperti Juli- Agustus. Pada Oktober-Desember pelayaran macet karena ombak Pasifik sekitar 4 meter tingginya… Korpus 23: Kompas, 16 Agustus 2009 Dalam korpus 22 dan 23, detil berkisar tentang keberadaan pelayaran rakyat di Morotai yang menjadi tulang punggung sarana transportasi di daerah tersebut. Secara kreatif masyarakat membangun pelayaran rakyat sendiri untuk mengisi kekosongan jalur kekosongan kapal-kapal PT Pelni dan perintis yang disediakan pemerintah. Dengan seperti itu, seharusnya pemerintah lebih bisa memperhatikan pembangunan infrastruktur di Morotai terutama fasilitas transportasi, karena para penduduk di pulau tersebut sudah bisa berpikir maju dan mandiri meskipun itu masih dalam lingkup kecil.

c. 1.3. Maksud

Elemen maksud melihat informasi yang menguntungkan komunikator akan diuraikan secara eksplisit dan jelas. Sebaliknya informasi yang merugikan akan diuraikan secara tersamar, implisit dan tersembunyi. Tujuannya adalah publik hanya disajikan informasi yang menguntungkan komunikator. commit to user 91 Penggunaan strategi maksud pada tema pertama rubrik “Nasionalisme di Tapal Batas” adalah sebagai berikut: Pemerintah pusat juga terlambat menelurkan peraturan pemerintah sebagai pelaksanaan UU Pemerintahan Aceh UUPA. Jajaran pemerintah pusat mesti memahami kondisi psikopolitik masyarakat Aceh dengan kebijakan khususnya. Keterlambatan itu karena sebagian jajaran pemerintah pusat menerapkan kebijakan sektoral tidak dengan mengacu kepada UU PA. Keterlambatan tersebut menimbulkan pertanyaan mengenai kesungguhan pemerintah pusat. Korpus 24: Kompas, 10 Agustus 2009 Dalam korpus 24, elemen maksud Kompas menjelaskan pemerintah pusat seharusnya memahami keadaan pemerintah Aceh pasca konflik dan tsunami. Meski sudah mengakui keberadaan eks GAM dalam konstitusi NKRI melalui keterlibatan mereka dalam struktur pemerintahan di Aceh, namun keadaan psikopolitik di NAD masih belum kondusif. Hal tersebut seharusnya menjadi pertimbangan pemerintah pusat untuk lebih memperhatikan Aceh dengan melihat keadaan dan mengacu kepentingan di daerah tersebut. Keterlambatan dalam menetapkan peraturan-perturan, membuat pemerintah pusat terkesan tidak sungguh-sungguh dalam memperhatikan Aceh. Dalam konteks perbatasan negara, pemerintah selalu gandrung dengan slogan nasionalisme. Masyarakat pun selalu terguncang dengan isu-isu pencaplokan sumber daya alam dan wilayah yang dilakukan negara tetangga. Namun, bercermin pada masyarakat Pulau Miangas yang masyarakatnya bertahan hidup di tengah bahan bakar minyak yang nyaris tak ada air bersih susah, listrik hanya enam jam sehari, serta sinyal dari operator seluler yang terbatas untuk tujuh pengguna pada aera tertentu, muncul sebuah pertanyaan, siapa yang peduli pada nasionalisme? Korpus 25: Kompas, 21 Agustus 2009 commit to user 92 Elemen maksud dalam korpus 25 menjelaskan melalui pertanyaan retoris Kompas terkait nasonalisme di daerah tapal batas. Ketika muncul isu-isu terkait pencaplokan sumber daya dan wilayah melalui klaim-klaim dari negara tetangga tetangga pemerintah dengan tegas meneriakkan slogan nasionalisme, dengan mengajak masyarakat perbatasan untuk berjuang mempertahankan kedaulatan NKRI. Namun perhatian yang selama ini diberikan pemerintah masih belum dirasakan para penduduk Pulau Miangas. Masyarakat Miangas tetap terbelakang dan masih menggantungkan Filipina sebagai tempat untuk mencari penghidupan. Bagi masyarakat perbatasan seperti Pulau Miangas, mereka bukan tidak memiliki jiwa nasionalisme untuk menjaga keutuhan NKRI, namun ketika perhatian pemerintah masih minim sehingga mereka hanya bisa bergantung ke negara untuk sekedar mencari penghidupan yang lebih baik, tidak sepantasnya mereka disebut warga Indonesia yang tidak nasionalis. Pemerintah seharusnya bisa menyadari bahwa keperpihakan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat di perbatasan harus nyata sehingga isu-isu terkait nasionalisme di daerah perbatasan yang kian menipis bisa dipupuk kembali.

c. 2. Sintaksis

Dimensi sintaksis adalah dimensi untuk melihat makna dari sebuah kalimat. Unit pengamatan dari sintaksis adalah melihat makna rubrik “Nasionalisme di Tapal Batas” dari level teks selama periode commit to user 93 penelitian. Terdapat beberapa strategi dari Kompas sebagai komunikator dalam level sintaksis ini, seperti: penggunaan bentuk kalimat tertentu, koherensi, dan kata ganti. Tujuan dari strategi ini adalah untuk menciptakan citra yang baik di depan khalayak dari kelompok atau orang yang didukungnya.

c. 2.1. Bentuk Kalimat

Bentuk kalimat adalah segi sintaksis yang berhubungan dengan cara berfikir logis, yaitu prinsip kasualitas. Logika kasualitas ini kalau diterjemahkan ke dalam bahasa menjadi susunan subjek yang menerangkan atau objek yang diterangkan. Bentuk kalimat ini bukan hanya teknis kebenaran tata bahasa, tetapi menentukan makna yang dibentuk oleh susunan kalimat. Yang juga penting dalam sintaksis selain bentuk kalimat adalah proposisi dalam kalimat. Bagaimana proposisi-proposisi diatur dalam rangkaian kalimat. Penempatan itu dapat mempengaruh makna yang timbul karena akan menunjukan bagian mana yang lebih ditonjolkan kepada khalayak. 126 Berikut penggunaan bentuk kalimat dalam teks dalam tema pertama rubrik “Nasionalisme di Tapal Batas”: Yang mengherankan, aparat keamanan tak juga menindak para pedagang manusia itu meski para korban melaporkannya. Korpus 26: Kompas, 13 Agustus 2009 “Kalau pemerintah mau melarang, sebaiknya berkaca dulu. Kehadiran pemerintah sudah bisa menjamin kebutuhan masyarakat apa belum,” kata Simon. Korpus 27: Kompas, 16 Agustus 2009 126 Eriyanto. 2005. Op.Cit. Hal 251-253 commit to user 94 Pemerintah Indonesia tidak mau repot mengurus warga Sangihe dan talaud, toh selama ini jarang muncul kasus tenaga kerja seperti dialami pekerja kita di Malaysia. Korpus 28: Kompas, 21 Agustus 2009 Pada korpus 26, 27, dan 28 bentuk kalimat yang digunakan adalah kalimat aktif. Dari semua korpus tersebut memberikan kesan bahwa pemerintah berada dalam posisi aktifdi atas. Sedangkan rakyat kecil dalam hal ini masyarakat tapal batas berada dalam posisi yang pasifdi bawah. Kata “menindak”, “melarang”, dan “mengurus” memberi kesan pemerintah berada posisi aktif. Walaupun sajian berita dalam ketiga korpus di atas menjelaskan peran pemerintah yang masih minim, namun untuk menunjukkan citra sebagai penguasa, Kompas menggunakan bentuk kalimat aktif dalam menjelaskan hal-hal yang dilakukan pemerintah. Selain menggunakan bentuk kalimat aktif, Kompas juga menggunakan kalimat-kalimat pasif sebagai strategi sintaksis dalam pemeritaannya: Perlu diintensifkan komunikasi antara jajaran pemerintah pusat dan Pemerintah Aceh berikut kabupatenkota untuk mengurangi ketidakpercayaan antarpihak. Korpus 29: Kompas, 10 Agustus 2009 Lia dan Yunita, yang kemudian juga ditampung selama dua minggu di kantor LAB, menunggu sidang kasus mereka sebagai korban trafficking. Korpus 30: Kompas, 13 Agustus 2009 Betapa mahal ongkos transportasi yang dibayar rakyat Maluku Utara. Korpus 31: Kompas, 16 Agustus 2009 “Mereka dimanfaatkan oleh juragan-juragan kapal Filipina dalam rangka kegiatan penangkapan ikan di laut teritorial,” katanya. Korpus 32: Kompas, 21 Agustus 2009 commit to user 95 Korpus 29, 30, 31, dan 32 menunjukkan bentuk kalimat yang digunakan adalah kalimat pasif. Pada korpus 29, bentuk kalimat pasif yang digunakan adalah bentuk kalimat pasif tanpa subyek, hal ini dimaksudkan agar sang komunikator Kompas terhindar dari kesan “menuduh” pihak-pihak tertentu. Sedangkan korpus 30, 31, dan 32 menunjukkan rakyat perbatasan yang tidak berdaya dan hanya menjadi obyek belaka.

c. 2.2. Koherensi

Koherensi adalah pertalian atau jalinan antar kata, atau antar kalimat dalam teks. Dua buah kalimat yang menggambarkan fakta yang berbeda dapat dihubungkan sehingga tampak koheren. 127 Ada beberapa koherensi yang digunakan komunikator Kompas sebagai strategi dalam mengutarakan maksudnya, antara lain koherensi sebab-akibat, koherensi kondisional, koherensi pembeda, dan pengingkaran. Dalam tema pertama, strategi koherensi yang digunakan Kompas adalah koherensi sebab-akibat, dengan beberapa contoh kalimat sebagai berikut: Ketua Badan Pengembangan Perkebunan Aceh BPPA Rustam Effendi pusing. Nota kesepahaman yang akan dibuat antara pemerintah Aceh dan lembaga asal Malaysia itu tidak bisa ditandatangani hingga saat ini. Alhasil , lembaga ini belum bisa melaksanakan program kerjanya untuk membangun perkebunan, terutama kelapa sawit. Korpus 33: Kompas, 10 Agustus 2009 127 Eriyanto. 2005. Op.Cit. Hal 242 commit to user 96 “Kalau pemerintah mau melarang, sebaiknya berkaca dulu. Kehadiran pemerintah sudah bisa menjamin kebutuhan masyarakat apa belum,” kata Simon. Korpus 34: Kompas, 16 Agustus 2009 “kalau omba’ tinggi tra tidak bisa berangkat. Harga barang dan jasa jadi mahal,” kata Bahrudin, nakhoda KM Sandra Jaya, rute Daruba- Tobelo. Korpus 35: Kompas, 16 Agustus 2009 Menurut Victor, kehidupan mereka di Balut jauh lebih baik jika dibandingkan tinggal di Sangihe karena pendapatannya lebih besar. Korpus 36: Kompas, 21 Agustus 2009 Dari korpus-korpus di atas, penggunaan koherensi sebab- akibat digunakan untuk menggabungkan dua buah secara sebab- akibat dengan menggunakan kata hubung tertentu. Seperti pada korpus 33, Kompas menggunakan kata hubung “alhasil” untuk menggabungkan fakta kesulitan yang dialami pemerintah Aceh dan lembaga asal Malaysia dalam menandatangani nota kesepahaman pembangunan perkebunan sawit sehingga mengakibatkan program pengembangan yang ditujukan untuk kesejahteraan masyarakat Aceh tersebut belum bisa dilaksanakan. Kesulitan itu karena belum adanya kejelasan UU PA yang bisa dijadikan payung hukum dalam mengatur kesepakatan tersebut. Pada korpus 34 dan 35, Kompas menggunakan kata hubung “kalau”. Melalui korpus 34, Kompas ingin menyampaikan wacana bahwa kehadiran pemerintah masih menjadi pertanyaan besar bagi masyarakat perbatasan. Salah satu tokoh masyarakat Morotai, Simon, menolak larangan pemerintah terkait perdagangan lintas batas yang dilakukan masyarakat Morotai dengan Timor Leste. Hal commit to user 97 itu karena pemerintah masih minim memberikan perhatian dan jaminan kesejahteraan masyarakat Morotai. Larangan itu bisa saja dilakukan oleh masyarakat Morotai asalkan pemerintah bisa menjamin kebutuhan untuk menungjang kesejahteraan masyarakat Morotai. Namun yang selama ini terjadi masyarakat Morotai dibiarkan berjalan sendiri, salah satunya dengan melalukan perdagangan lintas batas dengan Timor Leste. Sedangkan korpus 35, menjelaskan fakta yang dihadapi nahkoda kapal di Daruba, Morotai. Karakter perairan laut yang tidak menentu membuat kapal-kapal berlayar menyesuaikan kondisi ombak. Ketika ombak tinggi, kapal-kapal baik itu kapal penumpang ataupun barang tidak bisa berlayar. Akibatnya barang- barang untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat perbatasan di Morotai tersebut menjadi mahal karena terbatas. Sedangkan tarif kapal penumpang menjadi mahal karena kadang para nahkoda memaksa untuk berlayar ketika keadaan perairan berbahaya. Sebagai kompensasi resiko tersebut, tarif angkutan menjadi semakin mahal. Dengan fakta-fakta tersebut Kompas kembali menegaskan wacana masyarakat perbatasan yang dibiarkan dan dituntut mandiri tanpa ada kehadiran serius dari negara. Seharusnya pemerintah memberikan solusi dengan membangun infrastruktur dan sarana publik di daerah tapal batas yang disesuaikan dengan karakter daerah yang bersangkutan. commit to user 98 Pada korpus 36, Kompas menggunakan kata penghubung “jika” untuk menggabungkan dua fakta yang saling kausal. Kompas menjelaskan warga Sangihe Miangas yang lebih memilih hidup dan tinggal di Balut Filipina daripada di Sangihe karena pendapatan di Balut lebih besar. Kompas ingin menunjukkan belum optimalnya kehadiran pemerintah membuat masyarakat tapal batas Indonesia menggantungkan hidup dengan negara tetangga.

c. 2.3. Kata Ganti

Elemen kata ganti merupakan elemen yang memanipulasi bahasa dengan menciptakan suatu komunitas imajinatif. Kata ganti merupakan alat yang dipakai oleh komunikator untuk menunjukan di mana posisi seseorang dalam wacana. 128 Dalam tema pertama rubrik “Nasionalisme di Tapal Batas”, Kompas menggunakan kata ganti “kami”. Di Desa Melenggang, Kecamatan Sekayam, Kabupaten Sanggau, kami bertemu puluhan warga tua dan muda hilir-mudik siang dan petang berkubang di penggalan aliran sungai, mendulang emas. Korpus 37: Kompas, 13 Agustus 2009 Dalam korpus 37 di atas, penggunaan kata ganti “kami” memberikan kesan Kompas selaku komunikator sebagai “pengamat”. Kata ganti “kami” digunakan Kompas untuk menunjukkan Kompas sebagai satu-satunya “pengamat” yang mengamati kehidupan masyarakat Melenggang, Kecamatan Sekayam, Kabupaten Sanggau, perbatasan Kalbar-Kuching. 128 Eriyanto. 2005. Op.Cit. Hal 253 commit to user 99 Sehingga Kompas terkesan dekat dengan masyarakat kecil, dalam hal ini masyarakat yang mendiami tapal batas Indonesia. Selain kata ganti “kami”, Kompas juga menggunakan kata ganti “kita”. Penggunaan kata ganti tersebut tampak dalam korpus sebagai berikut: Pemerintah Indonesia tidak mau repot mengurus warga Sangihe dan talaud, toh selama ini jarang muncul kasus tenaga kerja seperti dialami pekerja kita di Malaysia. Korpus 38: Kompas, 21 Agustus 2009 Penggunaan kata ganti “kita” dalam korpus 38 di atas menunjukkan apa yang disampaikan Kompas menumbuhkan kesan solidaritas bersama, perasaan bersama, dan refleksi bersama. Hal tersebut bertujuan untuk mengurangi kritik atau oposisi atas apa yang Kompas sampaikan karena seolah-olah itu bukan pendapat pribadi Kompas sebagai penulis, melainkan sebuah refleksi bersama antara komunikator dengan khalayak.

c. 3. Leksikon

Elemen ini menandakan bagaimana seseorang melakukan pemilihan kata atas berbagai kemungkinan kata yang tersedia. Pemilihan kata bukan terjadi secara kebetulan tetapi juga secara ideologis menunjukan bagaimana pemaknaan seseorang terhadap fakta atau realitas. 129 Penggunaan strategi leksikon dalam pemberitaan Kompas adalah sebagai berikut: 129 Eriyanto. 2005. Op.Cit. Hal 255 commit to user 100 Padahal, rencananya, lembaga itu akan mengelola 150.000 hektar kebun sawit yang akan dibagikan kepada ribuan mantan kombatan Gerakan Aceh Merdeka. Korpus 39: Kompas, 10 Agustus 2009 Bobolnya kas Pemerintah Kabupaten Aceh Utara senilai Rp 220 miliar, dan salah satu tersangkanya anggota tim asistensi Bupati Aceh Utara, menurut dosen Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala Unsyiah Mawardi Ismail menunjukkan bentuk kinerja buruk tim asistensi di daerah. Korpus 40: Kompas, 10 Agustus 2009 Pemerintah pusat juga terlambat menelurkan peraturan pemerintah sebagai pelaksanaan UU Pemerintahan Aceh UUPA. Korpus 41: Kompas, 10 Agustus 2009 Keduanya urung menjadi korban perdagangan perempuan ke Malaysia setelah Kepolisian Sektor Entikong menangkap Mursid, agen yang hendak menyelundupkan mereka melewati PPLB Entikong. Korpus 42: Kompas, 13 Agustus 2009 Alasan konsultasi penyusunan program kerja itu ditertawakan oleh seorang staf perencanaan di Bappeda Maluku Utara sebab para pejabat baru itu ternyata tak pernah muncul untuk berkonsultasi. Korpus 43: Kompas, 16 Agustus 2009 Nasionalisme akan jadi jargon usang saat dibenturkan dengan perhitungan ekonomis. Korpus 44: Kompas, 21 Agustus 2009 Pada korpus 39, Kompas memilih kata “kombatan”. Dengan menggunakan kata tersebut Kompas ingin menunjukkan citra negatif yaitu Gerakan Aceh Merdeka GAM sebagai salah satu gerakan pemberontak yang menentang keutuhan NKRI. Pada korpus 40, 41, dan 43, Kompas menunjukkan citra negatif pemerintah. Penggunaan kata “bobolnya” menunjukkan kinerja pemerintah yang buruk. Kata “menelorkan” memberi kesan kritik kepada kinerja pemerintah pusat yang belum optimal. Sedangkan kata “ditertawakan” memberi kesan pemerintah diremehkan. Hal tersebut terjadi karena pemerintah memang masih minim dalam memperhatikan masyarakat tapal batas Indonesia. commit to user 101 Selanjutnya, pada korpus 42 Kompas memilih kata “perdagangan manusia” dalam sajian pemberitaannya. Dengan kata itu Kompas seakan memposisikan masyarakat tapal batas Indonesia yang menjadi korban TKI ilegal sebagai sosok lemah, tidak berdaya, hanya menjadi obyek perdagangan yang menguntungkan segelintir orang tak bertanggung jawab. Dengan begitu mereka para korban TKI ilegal tersebut selayaknya mendapat perhatian lebih dari pemerintah. Sedangkan pada korpus 44 Kompas menggunakan kata “jargon usang”. Kompas memberi kesan negatif bagi mereka yang mempertanyakan jiwa nasionalisme masyarakat tapal batas. c. 4. Retoris Dalam dimensi ini yang diamati adalah gaya bahasa yang dipakai oleh Kompas selaku komunikator. Stategi ini digunakan untuk memberikan tekanan tertentu pada teks, sehingga pembaca atau khalayak mempunyai perhatian yang lebih terhadap teks, kemudian makna yang dikehendaki oleh komunikator akan sampai kepada khalayak. Strategi ini menggunakan elemen grafis dan metafora.

c. 4.1. Grafis

Elemen ini merupakan bagian untuk memeriksa apa yang ditekankan atau yang ditonjolkan yang berarti dianggap penting oleh seseorang yang diamati dari teks. Dalam wacana berita, grafis ini biasanya muncul lewat tulisan atau bagian yang ditulis lain dibandingkan dengan lain. Bagian yang dicetak berbeda adalah commit to user 102 bagian yang dipandang penting oleh komunikator, di mana ia menginginkan khalayak menaruh perhatian lebih pada bagian tersebut. 130 Strategi grafis Kompas tersaji dalam beberapa kalimat sebagai berikut: Minggu 12 pukul 05.00 menjadi momentum “kemerdekaan” bagi Juliana 19. Korpus 45: Kompas, 13 Agustus 2009 Mereka sadar, Pemerintah RI tidak jarang sekadar menyorongkan janji- janji surga demi kepentingan politik sesaat. Sebaliknya, masyarakat menyambut baik “bantuan pura-pura” ini sekenanya. Korpus 46: Kompas, 21 Agustus 2009 Pada korpus 45, Kompas memakai tanda “ untuk menandai kata “kemerdekaan” dan “bantuan pura-pura”. Kompas memberi penekanan pada kata “kemerdekaan” tersebut, karena dalam kasus tersebut Juliana bisa lepas dari tindak sewenang- wenang majikannya ketika bekerja sebagai TKI di Malaysia. Dengan memberi tekanan pada kata tersebut, Kompas terkesan memberi simpati lebih kepada Juliana, masyarakat perbatasan Kalbar-Kuching. Sedangkan dalam kata “bantuan pura-pura”, Kompas memberi penekanan pada kata tersebut karena ingin menunjukkan kepada publik bahwa selama ini perhatian pemerintah masih sekedar janji-janji belaka untuk menyejahterakan masyarakat perbatasan, tanpa ada bukti yang nyata. “Dua minggu lalau kami nyaris celaka, sepanjang perjalanan kapal dihantam ombak 3 meteran. Setiap kali anjungan naik, air masuk di 130 Eriyanto. 2005. Op.Cit. Hal 257-258 commit to user 103 bagian belakang. Kondisi seperti itu sudah jadi ‘makanan’ kami,” ujar Atta 34, awak KM Sandra Jaya. Korpus 46: Kompas, 16 Agustus 2009 “Mereka bilang ‘kaki di Indonesia, tetapi perut di Filipina’,” kata Shelley Sondakh, Kepala BIMP EAGA Perwakilan Sulawesi Utara. Korpus 47: Kompas, 21 Agustus 2009 Pada korpus 46 dan 47, Kompas menggunakan tanda ‘ untuk memberikan penekanan pada kata “makanan” dan kalimat “kaki di Indonesia, tetapi perut di Filipina”. Penekanan pada kata “makanan” memberi kesan Kompas ingin menonjolkan kepada khalayak tentang kesulitan berlayar para nahkoda dan awak kapal yang disebabkan karakter perairan Morotai dengan gelombang lautnya yang ekstrim, sehingga perlu perhatian pemerintah dalam penyediaan sarana transportasi yang cocok untuk perairan terbuka seperti Morotai. Sedangkan penekanan Kompas dalam kalimat “kaki di Indonesia, tetapi perut di Filipina” memberi kesan Kompas menonjolkan kehidupan masyarakat perbatasan yang masih menggantungkan dengan negara tetangga, belum ada perhatian dan keberpihakan yang optimal dari pemerintah Indonesia.

c. 4.2. Metafora

Dalam suatu wacana, seorang wartawan tidak hanya menyampaikan pesan pokok lewat teks, tetapi juga kiasan, ungkapan, metafora, juga sebagai ornamen atau bumbu dari suatu berita. Akan tetapi pemakaian metafora tertentu bisa jadi menjadi petunjuk utama untuk mengerti makna suatu teks. Metafora tertentu dipakai oleh wartawan secara strategis sebagai landasan berfikir, commit to user 104 alasan pembenar atas pendapat atau gagasan tertentu kepada publik. 131 Berikut penggunaan strategi metafora dalam sajian pemberitaan-pemberitaan Kompas: Harapan perbaikan nasib dari pemekaran pun masih kabur, seperti Pulau Morotai dari kejauan yang tertutup buih-buih ombak. Korpus 48: Kompas, 16 Agustus 2009 Ibarat sebuah rumah, rona kehidupan Miangas dan Marore masih bergerak di dapur, bukan berada sebagaimana slogan pembangunan wilayah perbatasan. Miangas seperti berada nun jauh di mata. Korpus 49: Kompas, 21 Agustus 2009 Pada kedua korpus di atas, penggunakan ungkapan dalam menggambarkan Pulau Morotai dan Pulau Miangas, sekali lagi menunjukkan Kompas ingin menonjolkan daerah perbatasan yang masih terbelakang dan tidak ada perhatian dari pemerintah, seperti ungkapan “tertutup buih-buih ombak” dan “berada nun jauh di mata”.

2. Tema: Stigmatisasi dan Ketakutan yang Dirasakan Masyarakat di