Metode Penelitian Obyek Penelitian Sumber Data

commit to user 49

2. Metode Penelitian

Penelitian ini dimaksudkan untuk menguak makna-makna dan maksud-maksud tertentu dari suatu wacana. Untuk itu, metode yang digunakan adalah analisis wacana. Analisis wacana memungkinkan kita melihat bagaimana pesan-pesan diorganisasikan, digunakan, dan dipahami. Di samping itu, analisis wacana juga dapat memungkinkan kita melacak variasi cara yang digunakan oleh komunikator dalam upaya mencapai tujuan atau maksud-maksud tertentu melalui pesan-pesan berisi wacana-wacana tertentu yang disampaikan. 95

3. Obyek Penelitian

Obyek dalam penelitian ini adalah berita-berita yang dimuat Kompas di rubrik Nasonalisme di Tapal Batas dari edisi 10 - 21 Agustus 2009 sepuluh hari.

4. Sumber Data

Data merupakan seluruh unit pengamatan, yaitu keterangan-keterangan yang berhasil kita catat. 96 Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan cara dokumentasi. Menurut Sugiyono, dokumen bisa berbentuk tulisan misalnya catatan harian, cerita, peraturan, biografi, dan sebagainya, gambar misalnya 95 Pawito. loc. cit. 96 Sugiyanto. 2004. Analisis Statistik Sosial. Malang: Bayumedia Publishing. Hal 7 commit to user 50 foto, sketsa, dan sebagainya, atau karya-karya monumental dari seseorang misalnya film, patung, dan sebagainya. 97 Dilihat dari sumbernya, data terbagi menjadi dua, yaitu data primer utama dan data sekunder tambahan. 98 Sumber data utama dalam penelitian ini adalah terbitan surat kabar harian Kompas selama periode 10 - 21 Agustus 2009 yang memuat berita-berita di rubrik Nasionalisme di Tapal Batas. Sedangkan data tambahan yang digunakan untuk membantu penelitian ini diperoleh dari buku-buku literature, kamus, surat kabar, jurnal, skripsi, makalah, dan website. 5. Teknik Analisis Data Analisis data dalam penelitian ini menggunakan model analisis Teun A. Van Dijk. Ia mengelaborasi elemen-elemen analisisi wacana sehingga bisa digunakan dan dipakai secara praktis. Model yang dipakai oleh Van Dijk ini sering disebut sebagai “kognisi sosial”, dimana penelitian wacana tidak cukup hanya didasarkan pada analisis atas teks semata, tetapi juga melihat bagaimana teks diproduksi, sehingga memperoleh pengetahuan kenapa teks bisa semacam itu. Wacana oleh Van Dijk dikelompokan menjadi tiga dimensibangunan: teks, kognisi sosial dan konteks sosial. Inti analisis wacana Van Dijk adalah menggabungkan ketiga aspek tersebut ke dalam kesatuan analisis. 99 97 Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif , Kualitatif, dan R D. Bandung: Penerbit Alfabeta. Hal 240 98 Sugiyono. 2009. Op.Cit. Hal 225 99 Eriyanto. 2005. Op.Cit. Hal 221 commit to user 51 Van Dijk melihat suatu teks terdiri atas beberapa struktur tingkatan yang masing-masing bagian saling mendukung. Ketiga struktur itu ialah: 100 a. Struktur makro. Ini merupakan makna global umum dari suatu teks yang dapat diamati dengan melihat topik atau tema yang dikedepankan dalam suatu berita. b. Superstruktur. Ini merupakan struktur wacana yang menghubungkan dengan kerangka suatu teks, bagaimana bagian- bagian teks tersusun ke dalam berita secra utuh. c. Struktur mikro adalah makna wacana yang dapat diamati dari bagian kecil dari suatu teks yakni kata, kalimat, proposisi, anak kalimat, parafrase, dan gambar. Berikut uraian elemen wacana Van Dijk: 101 Tabel I. 1 Elemen Wacana Van Dijk Struktur Wacana Hal Yang Diamati Elemen Struktur Makro Tematik Tema topik yang dikedepankan dalm suatu berita Topik Superstruktur Skematik Bagaimana bagian dan urutan berita dikemas dalam teks berita utuh Skema Struktur Mikro Semantik makna yang ingin ditekankan dalam teks berita. Misal dengan memberi detil pada satu sisi atau membuat eksplisit satu sisi dan mengurangi detil sisi lain Latar, Detil, Maksud, Struktur Mikro Sintaksis Bentuk kalimat, 100 Ibid. Hal 225-226 101 Eriyanto. 2005. Op.Cit. Hal 228-229 commit to user 52 Bagaimana kalimat meliputi bentuk, susunan yang dipilih Koherensi, Kata Ganti Struktur Mikro Stilistik Bagaimana pilihan kata yang dipakai dalam teks berita. Leksikon Struktur Mikro Retoris Bagaimana dan dengan cara penekanan dilakukan Grafis, Metafora, Analisis Van Dijk di sini menghubungkan analisis tekstual – yang memusatkan melulu pada tekstual – ke arah analisis yang komprehensif bagaimana teks berita itu diproduksi baik dalam hubungannya dengan individu wartawan maupun dengan masyarakat. Penelitian ini akan difokuskan pada analisis wacana dari dimensi teks. Menurutnya meskipun terdapat berbagai elemen, semua elemen tersebut merupakan satu kesatuan, saling berhubungan dan saling mendukung satu sama lainnya. Berikut uraian elemen-elemen wacana Van Dijk: a. Tematik Elemen tematik menunjukan pada gambaran umum dari suatu teks. Bisa juga disebut gagasan inti, ringkasan atau yang utama dari suatu teks. Topik menggambarkan apa yang ingin diungkapkan oleh wartawan dalam pemberitaannnya. Topik menunjukan konsep dominan, sentral dan paling penting dari isi suatu berita. Topik ini akan didukung oleh subtopik-subtopik yang saling mendukung terbentuknya topik umum. Subtopik ini juga didukung oleh serangkaian fakta yang ditampilkan yang menunjuk dan commit to user 53 menggambarkan subtopik, sehingga dengan subbagian yang saling mendukung antara satu bagian dengan bagian yang lain, teks secara keseluruhan membentuk teks yang koheren dan utuh. 102 b. Skematik Teks atau wacana umumnya mempunyai skema atau alur dari pendahuluan sampai akhir. Alur tersebut menunjukan bagaimana bagian-bagian dari teks disusun dan diurutkan sehingga membentuk kesatuan arti meskipun mempunyai bentuk dan skema yang beragam, berita umumnya secara hipotetik mempunyai dua kategori skema besar. Pertama, summary yang umumnya ditandai dengan adanya dua elemen yakni judul dan lead. Kedua story, yakni isi berita secara keseluruhan. Isi berita ini secara hipotetik juga mempunyai subkategori. Yang pertama berupa situasi yakni proses atau jalannya peristiwa, sedang yang kedua komentar yang ditampilkan dalam teks. 103 c. Latar Latar merupakan bagian berita yang dapat mempengaruhi semantik arti yang ingin ditampilkan. Latar yang dipilih menentukan ke arah mana pandangan hendak dibawa. Ini merupakan cerminan ideologis, di mana wartawan dapat menyajikan latar belakang dapat juga tidak, tergantung pada kepentingan mereka. 104 102 Eriyanto. 2005. Op.Cit. Hal 229-230 103 Ibid. Hal 231-232 104 Ibid. Hal 235 commit to user 54 d. Detil Elemen wacana detil berhubungan dengan kontrol informasi yang ditampilkan seseorang. Komunikator akan menampilkan secara berlebihan informasi yang menguntungkan dirinya atau citra yang baik. Sebaliknya, ia akan menampilkan informasi dalam jumlah yang sedikit bahkan kalau perlu tidak disampaikan kalau hal itu merugikan kedudukannya. Informasi yang menguntungkan komunikator, bukan hanya ditampilkan secara berlebihan tetapi juga dengan detil yang lengkap kalau perlu dengan data-data. Detil yang lengkap dan panjang lebar merupakan penonjolan yang dilakukan secara sengaja untuk menciptakan citra tertentu kepada khalayak. 105 e. Maksud Elemen maksud melihat informasi yang menguntungkan komunikator akan diuraikan secara eksplisit dan jelas. Sebaliknya informasi yang merugikan akan diuraikan secara tersamar, implisit dan tersembunyi. Tujuannya adalah publik hanya disajikan informasi yang menguntungkan komunikator. Dalam konteks media, elemen maksud menunjukan bagaimana secara implisit dan tersembunyi wartawan menggunakan praktek bahasa tertentu untuk 105 Eriyanto. 2005. Op.Cit. Hal 238 commit to user 55 menonjolkan basis kebenarannya dan secara implisit pula menyingkirkan versi kebenaran lain. 106 f. Bentuk Kalimat Bentuk kalimat adalah segi sintaksis yang berhubungan dengan cara berfikir logis, yaitu prinsip kasualitas. Logika kasualitas ini kalau diterjemahkan ke dalam bahasa menjadi susunan subjek yang menerangkan atau objek yang diterangkan. Bentuk kalimat ini bukan hanya teknis kebenaran tata bahasa, tetapi menentukan makna yang dibentuk oleh susunan kalimat. Yang juga penting dalam sintaksis selain bentuk kalimat adalah proposisi dalam kalimat. Bagaimana proposisi-proposisi diatur dalam rangkaian kalimat. Penempatan itu dapat mempengaruh makna yang timbul karena akan menunjukan bagian mana yang lebih ditonjolkan kepada khalayak. 107 g. Koherensi Koherensi adalah pertalian atau jalinan antarkata, atau kalimat dalam teks. Dua kalimat yang menggambarkan fakta yang berbeda dapat dihubungkan sehingga nampak koheren, sehingga fakta yang tidak berhubungan sekalipun dapat menjadi berhubungan ketika seseorang menghubungkannya. Koherensi ini secara mudah dapat diamati diantaranya dari kata hubung konjungsi yang dipakai untuk menghubungkan fakta. Apakah dua kalimat dipandang 106 Eriyanto. 2005. Op.Cit. Hal 240-241 107 Ibid. Hal 251-253 commit to user 56 sebagian hubungan kausal sebab-akibat, hubungan keadaan, waktu, kondisi dan sebagainya. 108 h. Koherensi Kondisional Koherensi kondisional ditandai dengan pemakaian anak kalimat sebagai penjelas. Di sini ada dua kalimat, di mana kalimat kedua menjadi penjelas atau keterangan dari proposisi pertama, yang dihubungkan dengan kata hubung. Kalimat kedua fungsinya dalam kalimat semata hanya penjelas anak kalimat, sehingga ada atau tidak ada anak kalimat tidak mempengaruhi arti kalimat. Anak kalimat itu menjadi kepentingan komunikator karena ia dapat memberikan keterangan yang baikburuk terhadap suatu pernyataan. 109 i. Koherensi Pembeda Koherensi Pembeda ini berhubungan dengan pertanyaan bagaimana dua peristiwa atau fakta itu hendak dibedakan. Dua buah peristiwa dapat dibuat seolah-olah saling bertentangan bersebrangan contrast dengan koherensi ini. Efek koherensi pembeda ini bermacam- macam. Akan tetapi yang terlihat nyata adalah bagaimana pemaknaan yang diterima oleh khalayak berbeda. Karena satu fakta atau realitas dibandingkan dengan realitas yang lain. Di sini yang harus dikritisi adalah bagaimana realitas yang perbandingkan dan dengan cara apa perbandingan itu dilakukan. 108 Eriyanto. 2005. Op.Cit. Hal 242-243 109 Ibid. Hal 244 commit to user 57 Apa efek dari perbandingan tersebut, apakah membuat satu fakta menjadi lebih baik atau bertambah buruk. 110 j. Pengingkaran Elemen wacana pengingkaran adalah bentuk praktek wacana yang menggambarkan bagaimana wartawan menyembunyikan apa yang ingin diekspresikan secara implisit. Pengingkaran merupakan bentuk strategi wacana di mana wartawan tidak secara tegas dan eksplisit menyampaikan pendapat dan gagasannya kepada khalayak. Pengingkaran adalah sebuah elemen di mana kita bisa membongkar sikap atau ekspresi wartawan yang disampaikan secara tersembunyi itu dilakukan oleh wartawan seolah ia menyetujui pendapat, padahal yang ia inginkan adalah sebaliknya. Oleh karena itu, perlu dikritisi apa maksud yang sesungguhnya dari penulis atau wartawan dan bagaimana pengingkaran itu dilakukan. 111 k. Kata Ganti Elemen kata ganti merupakan elemen yang memanipulasi bahasa dengan menciptakan suatu komunitas imajinatif. Kata ganti merupakan alat yang dipakai oleh komunikator untuk menunjukan di mana posisi seseorang dalam wacana. 112 110 Eriyanto. 2005. Op.Cit. Hal 247-248 111 Ibid. Hal 249-250 112 Ibid. Hal 253 commit to user 58 l. Leksikon Leksikon Pada dasarnya elemen ini menandakan bagaimana seseorang melakukan pemilihan kata atas berbagai kemungkinan kata yang tersedia. Pemilihan kata bukan terjadi secara kebetulan tetapi juga secara ideologis menunjukan bagaimana pemaknaan seseorang terhadap fakta atau realitas. 113 m. Grafis Elemen ini merupakan bagian untuk memeriksa apa yang ditekankan atau yang ditonjolkan yang berarti dianggap penting oleh seseorang yang diamati dari teks. Dalam wacana berita, grafis ini biasanya muncul lewat tulisan atau bagian yang ditulis lain dibandingkan dengan lain. Bagian yang dicetak berbeda adalah bagian yang dipandang penting oleh komunikator, di mana ia menginginkan khalayak menaruh perhatian lebih pada bagian tersebut. 114 n. Metafora Dalam suatu wacana, seorang wartawan tidak hanya menyampaikan pesan pokok lewat teks, tetapi juga kiasan, ungkapan, metafora, juga sebagai ornamen atau bumbu dari suatu 113 Eriyanto. 2005. Op.Cit. Hal 255 114 Ibid. Hal 257-258 commit to user 59 berita. Akan tetapi pemakaian metafora tertentu bisa jadi menjadi petunjuk utama untuk mengerti makna suatu teks. 115

6. Validitas dan Triangulasi Penelitian