Pertanggungjawaban Akta Perjanjian Yang Dibuat Oleh Notaris

sejumlah barang yang dijadikan agunan dan barang tersebut tidak bergerak, maka kreditur berhak menarik agunan tersebut untuk kemudian dapat dilelang. Biasanya memang didalam klausul Pasal tersebut selalu ada jalan tengah dimana ada istilah pembaharuan perjanjian yang merupakan pembaharuan dari jumlah hutang ditambah dengan biaya bunga yang macet selama ini. Dan biasanya biaya ini ditambahkan lagi kepada si debitur agar perjanjian kredit yang baru dapat diperbuat dan dilaksanakan lagi. Apabila terjadi kemacetan lagi, maka tidak menutup kemungkinan untuk ditarik apa yang menjadi agunan si debitur kepada si debitur. Hal itulah yang menjadi kekuatan akta otentik yang dibuat notaris terhadap perjanjian kredit.

B. Pertanggungjawaban Akta Perjanjian Yang Dibuat Oleh Notaris

Seperti yang telah kita ketahui bersama, bahwa akta perjanjian sesungguhnya adalah akta otentik ataupun akta yang dibuat di bawah tangan oleh kedua belah pihak dimana notaris disini berperan sebagai pihak ketiga dan tidak berpihak ke salah satu pihak agar tetap terjafga kenetralannya. Pihak-pihak yang membuat perjanjian ini apabila membuatnya dihadapan notaris dan menginginkan akta tersebut bersifat otentik, maka notaris akan membantu dalam hal teknisnya sesuai dengan Pasal 38 sampai dengan Pasal 53 Undang-Undang nomor 30 tahun 2004 tentang Jabatan Notaris. Terhadap persyaratan fisik penghadap dimana apabila penghadap dilihat belum cukup usianya dan mungkin belum mempunyai Kartu Tanda Penduduk, Universitas Sumatera Utara terhadap pembuatan suatu perjanjian yang sah maka si anak harus didampingi oleh orangtuanya dan apabila tidak, maka notaris berhak untuk tidak membuat perjanjiannya dikarenakan anak tersebut belum cukup umur. Hal ini berlaku juga terhadap mereka yang menurut Pasal 1330 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dimana didalamnya dimuat mereka yang tidak bisa membuat perjanjian termasuk didalamnya orang yang belum dewasa, di bawah pengampuan, dan lain sebagainya. Kemudian, apabila akta otentik itu semisal akta perjanjian kredit dan telah dibuat dengan memenuhi syarat-syarat yang telah diperuntukkan untuk itu, maka akta otentik itu harus kemudian diperhatikan dari segi isinya. Disinilah letak tanggungjawab seorang notaris terhadap isi akta itu. Didalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata juga telah diatur, misalnya apabila telah terpenuhi keempat unsur perjanjian didalam Pasal 1320 nya, maka akta perjanjian kredit itu yang berupa akta otentik haruslah mempunyai isi yang juga sesuai dengan perjanjian kredit. Isinya yang harus diperbuat oleh notaris terhadap permintaan para pihak yang tidak melanggar undang-undang juga haruslah meliputi identitas para pihak yang ingin membuat kesepakatan itu, jumlah hutang yang akan diberikan oleh kreditur kepada debitur, lamanya jangka waktu hutang tersebut, jumlah bunga yang ditetapkan terhadap hutang tersebut, besarnya angsuran termasuk bunga yang harus dibayar si debitur dalam satu satuan waktu, hal-hal yang perlu disiapkan apabila si debitur lalai membayar hutang, hak dari si debitur apabila kreditur lalai dalam melaksanakan isi perjanjian, pembatalan perjanjian sepihak Universitas Sumatera Utara yang biasanya dilakukan kreditur terhadap perjanjian dikarenakan beberapa hal, sanksi yang diberikan kepada pihak-pihak yang dianggap lalai, bisa juga dimasukkan cara penanganan yang dipilih kedua belah pihak terhadap kelalaian atau pelanggaran masing-masing pihak dan domisili hukum yang dipilih kedua belah pihak. Disini, notaris yang membuat akta otentik perjanjian kredit itu sudah jelas bertanggung jawab terhadap kebenaran isi akta itu. Namun apabila si debitur tidak melakukan kewajibannya, notaris sudah pasti tidak ikut bertanggungjawab terhadap kelalaian itu apabila akta otentik yang dibuat notaris itu sudah benar dan mengikuti prosedur yang telah ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan. Hal ini juga berlaku apabila si kreditur lalai dalam melaksanakan kewajibannya yang mengakibatkan debitur menderita kerugian, notaris tidak bertanggung jawab terhadap hal itu. Mengapa hal itu bisa terjadi? Hal itu terjadi dikarenakan notaris hanyalah pihak ketiga yang membantu membuat agar supaya perjanjian kredit itu menjadi sempurna dan dapat dijadikan alat bukti yang sah apabila dibelakang hari terjadi sengketa terhadap isi perjanjian. Namun, terhadap isi perjanjian selama hal tersebut tidak melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan, notaris tidak bertanggung jawab, tetapi notaris dapat diminta keterangannya terkait siapa saja yang memang membuat akta notaris itu dana apa benar notaris tersebut yang membuatnya. Misalnya sebagai contoh, bunga yang ditentukan oleh si kreditur terhadap isi dari perjanjian melewati ambang batas bunga yang ditentukan oleh peraturan Universitas Sumatera Utara perundang-undangan mengenai besaran bunga, maka dalam hal ini apabila notaris tetap memaksakan kehendaknya untuk membuat bunga yang sudah melewati ambang batas tersebut, notaris dapat dikenakan sanksi terhadap akta otentik itu bahkan bisa dicabut izin prakteknya dikarenakan notaris tersebut tidak bisa membuat akta yang benar. Contoh yang lain yang lebih sederhana lagi, seorang atau sebuah lembaga pemberi pinjaman seperti koperasi simpan pinjam tidak bisa meminta tanggung jawab dari notaris apabila kemudian si anggota yang meminjam uang senilai milyaran rupiah kabur dan tidak tahu kemana sehingga tidak bisa membayar hutang-hutangnya. Notaris tidak bisa dipersalahkan dikarenakan perjanjian yang sudah diperbuat sudah benar dan sempurna, tetapi langkah yang bisa diambil si koperasi simpan pinjam adalah dengan mulai mencari jejak si anggota yang kabur melalui identitas lengkapnya. Disini memang ada tanggung jawab notaris dalam memeriksa kebenaran dari identitas si peminjam. Notaris harus jeli melihat apakah kartu identitas si peminjam itu telah habis atau belum masa berlakunya. Terkadang banyak dari debitur yang memalsukan identitasnya hanya untuk supaya memenuhi persyaratan formal, apabila notaris bisa terkelabui dan ternyata dikemudian hari terjadi permasalahan terhadap perjanjian tersebut, maka notaris tetap tidak bertanggung jawab dikarenakan tugas notaris sudah dilaksanakan sepenuhnya bahkana apabila akta tersebut dijadikan alat bukti. Hakim juga tidak bisa mempersalahkan notaris, si debitur lah yang terlibat kesalahan berlipat dikarenakan terjadi kasus pemalsuan identitas, bukan notaris. Universitas Sumatera Utara Lain hal, apabila ternyata si notaris ada melakukan pemufakatan jelek dengan salah satu pihak misalnya debitur untuk mengelabui kreditur. Maka, disini notaris tentu sudah menyalahgunakan wewenang yang dimilikinya. Misalnya didalam butir perjanjian yang merupakan akta otentik si notaris ada membuat Pasal yang menguntungkan salah satu pihak katakanlah si debitur, dan Pasal itu diketahui si kreditur, maka si kreditur berhak menggugat si notaris dan debitur. Maka, Majelis Pengawas Daerah dimana si notaris bekerja terlebih dahulu memeriksa kasus ini karena itu merupakan salah satu tugas Majelis Pengawas Daerah, lalu kemudian bisa ditingkatakan ke kepolisian karena sudah terkait ranah pidana. Sanksi yang diberikan kepada notaris pun bisa beragam tergantung dari tingkat kejahatan atau penyalahgunaan wewenang yang dibuat. Ada sanksi berupa teguran lisan, teguran tertulis, pemecatan sementara, bahkan sampai pemecatan permanen, tergantung dari kesalahan yang diperbuat notaris tersebut. Itulah mengapa notaris jangan sekali-sekali melakukan perbuatan tercela, karena apabila sempat melakukan perbuatan tercela itu, selain bisa merugikan dirinya sendiri juga dapat merusak citra notaris di mata masayarakat sehingga menurunkan harkat dan martabat notaris. Universitas Sumatera Utara C. Akta Perjanjian Kredit Notaris Sebagai Alat Pengikat Antara Kedua Belah Pihak Yang Membuat Perjanjian Sama halnya seperti akta otentik perjanjian lainnya, namun sekarang lebih difokuskan kepada akta otentik perjanjian kredit, seperti yang telah kita ketahui bersama bahwa perjanjian merupakan sebuah undang-undang yang sederhana yang berlaku dan harus dilaksanakan oleh para pihak yang membuatnya. Itulah dasar dari sub bab ini, di Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Pasal 1338 yang sangat jelas mengatakan hal yang ditulis diatas dimana semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Perjanjian itu termasuklah didalamnya akta otentik perjanjian kredit. Kalau pada akta otentik perjanjian sewa menyewa, maka pihak-pihaknya adalah si penyewa dan pemilik bangunan, pada akta otentik perjanjian jual beli, maka pihak-pihaknya adalah penjual dan pembeli dan akta otentik perjanjian kredit atau bisa juga dikatakan perjanjian pinjam meminjam dalam hal ini uangg, maka para pihaknya adalah kreditur dan debitur. Kesemua akta otentik yang merupakan perjanjian haruslah dilaksanakan kedua belah pihak karena didalamnya terdapat hak-hak dan kewajiban-kewajiban para pihak yang harus dipenuhi dimana hak dan kewajiban tersebut dibuat oleh para pihak itu sendiri secara sadar dan mempunyai itikad baik untuk dipatuhi. Maka, secara langsung sejak ditandatanganinya akta otentik perjanjian kredit itu dihadapan notaris, maka berlakulah isi dari perjanjian itu karena akta otentik notaris merupakan akta yang mempunyai kekuatan eksekutorial yang Universitas Sumatera Utara berarti seluruh isi akta dapat berlaku tanpa harus menunggu keputusan dari pengadilan. Ketika ada pemberlakuan dari seluruh isi akta itu, maka para pihak yang terkait didalamnya haruslah mulaik melaksanakan isi dari perjanjian. Misalnya dalam akta otetentik perjanjian kredit, si debitur mulai melakukan angsuran sesuai dengan yang ditetapkan beserta bunga yang ditetapkan, sementara si kreditur mulai memberikan pinjaman yang telah disepakati dan mulai menagih hutang si debitur serta mengontrol perkembangan angsuran si debitur. Secara tidak sadar, maka kedua belah pihak mulai terikat dengan kesepakatan yang telah mereka tuangkan didalam akta otentik tersebut. Mereka juga harus melaksanakannya agar tidak merugikan pihak yang satu dengan pihak yang lainnya. Sementara akta otentik tersebut merupakan alat pengikat antara kedua belah pihak sampai terlaksananya maksud dan tujuan dari akta otentik tersebut. Ketika maksud dan tujuan dari kedua belah pihak tersebut telah terlaksana dan tidak ada permasalahan yang berarti yang perlu untuk diselesaikan, maka akta otentik tersebut tidak lagi menjadi alat pengikat terkecuali ada butir yang mencantumkan akan adanya penambahan jangka waktu atau adanya akta susulan yang merupakan kesatuan dari akta itu yang membuat tambahan waktu terhadap akta itu diperpanjang dan akta itu tetap menjadi alat pengikat kedua belah pihak, misalnya adanya perpanjangan pinjaman kredit yang dilakukan. Universitas Sumatera Utara

D. Notaris Sebagai Penasehat Hukum Bagi Kedua Belah Pihak Yang Ingin Membuat Perjanjian Kredit