Pengertian Kredit dan Perjanjian Kredit

BAB II ASPEK – ASPEK HUKUM DALAM AKTA PERJANJIAN KREDIT

A. Pengertian Kredit dan Perjanjian Kredit

Dalam kehidupan kita sehari-hari, setiap orang di belahan dunia manapun pasti saling membutuhkan satu dengan yang lainnya. Antara manusia yang satu dengan manusia yang lain saling berinteraksi guna mendapatkan kebutuhan masing-masing yang tentu berbeda-beda dengan jumlah dan kualitas yang juga tidak sama. Melalui kebutuhan dan saling ingin memenuhi kebutuhan masing-masing, maka setiap manusia tentu membutuhkan alat yang bisa memenuhi kebutuhan masing-masing dari mereka. Jika pada zaman dahulu kala, sistem barter dijadikan sistem transaksi yang maju, maka di zaman yang sekarang sudah ada alat tukar menukar untuk melakukan transaksi yang dinamakan uang. Uang sampai saat ini adalah salah satu alat pembayaran yang sah dan dapat digunakan dengan lebih mudah karena tidak perlu membawa barang yang ingin kita tukarkan dengan barang yang kita butuhkan kepada orang lain. Namun, ternyata ada kebutuhan yang apabila ingin kita raih ternyata tidak mempunyai uang yang cukup untuk membeli atau mendapatkan barang tersebut. Atau bisa saja kita ingin membuat usaha dan kita tidak mempunyai modal yang Universitas Sumatera Utara cukup, bahkan tidak ada modal sekalipun tetapi dengan keinginan yang kuat saja tentu kita tidak bisa mendirikan usaha yang kita inginkan. Perlu diketahui bahwa kondisi masyarakat dapat dibagi kedalam tiga golongan sehingga kita dapat memahami golongan mana sebenarnya yang dimaksud sebagai masyarakat yang membutuhkan uang tetapi tidak mempunyai uang atau bahkan kekurangan uang. Adapun pembagian golongan itu adalah sebagai berikut: 1. Golongan masyarakat yang mempunyai pendapatan atau penghasilan yang lebih tinggi dari kebutuhan sehari-harinya. Kelompok masayarakat ini sangat tidak mungkin sekali kekurangan uang dikarenakan uang yang ada pun masih berlebih sehingga bisa menutupi kekurangan dana yang ada. 2. Golongan masyarakat yang mempunyai pendapatan atau penghasilan yang sama dengan pengeluaran sehari-harinya. Golongan masyarakat seperti ini mempunyai kemungkinan yang besar juga untuk tidak kekurangan uang karena mempunyai pendapatan yang masih cukup untuk membiayai keperluannya. 3. Golongan masyarakat yang pendapatan atau penghasilannya jauh dibawah pengeluaran sehari-harinya. Golongan masyarakat inilah yang dimaksud dimana setiap saat masyarakat seperti ini selalu kekurangan modal untuk memulai usaha atau pemenuhan terhadap kebutuhan hidupnya sehingga ia harus berpikir untuk melakukan cara-cara guna menutupi kekurangan dana nya. Universitas Sumatera Utara Hal yang menjadi poin ketiga diatas tentu yang menjadi penghambat pertumbuhan ekonomi individu bahkan sampai perkenomian suatu bangsa bisa maju dan meningkat dikarenakan masyarakat dunia mayoritas berada pada posisi golongan ketiga. Maka, manusia dengan segala daya upaya menggunakan akal pikirannya untuk menemukan cara atau solusi guna mendapatkan dana guna merubah kondisi perekonomian. Seiring dengan berkembangnya pola perekonomian masyarakat, maka ada salah satu cara yang bisa digunakan untuk membuat usaha tanpa mempunyai seluruh dana yang dibutuhkan. Cara yang dimaksud disini adalah dengan cara kredit. Dikaji dari sudut pandang sejarah kata, maka kredit sebenarnya sudah ada di negara lain pada dahulu kala. Dahulu, kredit dikenal dengan istilah “credere” atau credo. Istilah ini diambil dari bahasa Latin yang menganut pengertian yang cukup sederhana yaitu saya percaya dimana dalam artian bahwa apabila seseorang telah memperoleh kredit, maka ia percaya 12 12 H. Hadiwidjaja, EC. R.A. Rivai Wirasasmita, ANALISIS KREDIT Dilengkapi Telaah Kasus, cetakan pertama, Pionir Jaya, Bandung, Maret 1991, hal. 4 . Bila dijabarkan lebih lanjut, maka yang dimaksud dengan kepercayaan adalah dalam hal pinjam meminjam uang, dimana ada seseorang yang membutuhkan uang kemudian meminta pinjaman kepada orang lain dan dengan janji untuk mengembalikan uang tersebut pada suatu saat yang telah ditentukan dengan bunga dan pinjaman pokok yang diberikan oleh peminjam. Universitas Sumatera Utara Ada istilah yang perlu untuk dipahami yang kemudian timbul untuk pemberi pinjaman dan penerima pinjaman yaitu kreditur dan debitur. Berikut akan diberikan pengertian berupa gambar di bawah ini: Hal diatas merupakan dasar yang menjadikan kredit menjadi istilah yang digunakan dalam istilah ekonomi dalam pinjam meminjam uang. Sementara itu, di Indonesia, kredit mempunyai beberapa pengertian, diantaranya berdasarkan Peraturan Perundang-undangan yang didalam Undang- Undang 10 tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-Undang nomor 7 tahun 1992 yang mengatakan bahwa defenisi kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Maksud dari defenisi kredit berdasarkan undang-undang diatas adalah bahwa ada sebuah lembaga dalam hal ini adalah sebuah bank yang menyediakan sejumlah dana untuk dipinjamkan kepada pihak lain dengan melalui sebuah perjanjian yang telah dilakukan antara kedua belah pihak dan telah mencapai kesepakatan dimana pihak peminjam wajib untuk membayar sejumlah uang yang telah dipinjamnya dari bank atau lembaga pemberi pinjaman tersebut dengan satu Pemberi Pinjaman Kreditur Penerima Pinjaman Debitur Terjadi Perjanjian Universitas Sumatera Utara rentang periode tertentu dengan membayar juga bunga atas jumlah pinjaman yang telah dipinjamnya. Sementara itu, beberapa pengertian yang didapat dari kredit menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah 13 1. cara menjual barang dengan pembayaran secara tidak tunai pembayaran ditangguhkan atau diangsur; : 2. pinjaman uang dengan pembayaran pengembalian secara mengangsur; 3. pinjaman sampai batas jumlah tertentu yg diizinkan oleh bank atau badan lain. Ada pula pengertian yang sama dari Sudarsono tentang kredit 14 Sarjana Amir R. Batubara memberikan pengertian kredit adalah suatu pemberian prestasi yang kontra prestasinya akan terjadi pada suatu waktu di hari yang akan datang yang mengatakan sama persis dengan apa yang dikatakan oleh Kamus Besar Bahasa Indonesia. 15 Rolling G. Thomas juga memberikan pengertian kredit yaitu dalam pengertian umum, kredit itu didasarkan kepada kepercayaan atas kemampuan si peminjam untuk membayar sejumlah uang pada masa yang akan datang in general sense, credit is a based on confidence in the debtor ability to make a money payment a some future time . 16 13 Kamus Besar Bahasa Indonesia online, . http:pusatbahasa.kemdiknas.go.idkbbi , diakses pada tanggal 15 Februari 2012 14 Sudarsono, op. cit., hal. 232 15 H.Hadiwidjaja, EC. R.A. Rivai Wirasasmita, op cit, hal. 6 16 Ibid Universitas Sumatera Utara Sementara itu, beberapa pengertian lain dari beberapa sarjana terkemuka pada zamannya tentang kredit, yaitu sebagai berikut: 17 1. Savelberg, menyatakan bahwa kredit mempunyai arti: a. Sebagai dasar dari setiap perikatan verbintenis dimana seseorang berhak menuntut sesuatu dari orang lain. Pada poin ini mempunyai penjelasan bahwa setiap perikatan berisi antara hak seseorang atau sebuah pihak dengan pihak yang lain dimana didalamnya ada kewajiban yang harus dijalankan; b. Sebagai jaminan, dimana seseorang menyerahkan sesuatu kepada orang lain dengan tujuan untuk memperoleh kembali apa yang diserahkan itu commodatus, depositus, regulare, pignus. Uraian dari poin ini adalah bahwa apabila ada seseorang yang dengan sengaja dan sadar menyerahkan sesuatu barang kepunyaannya dalam hal ini adalah miliknya, maka orang tersebut mengharapkan imbalan atas penyerahan barangnya itu berupa pengembalian barangnya itu dengan kelebihan-kelebihan yang ada dan disepakati sebelumnya. 2. Levy, mengatakan bahwa kredit adalah menyerahkan secara sukarela sejumlah uang untuk dipergunakan secara bebas oleh penerima kredit. Penjelasan yang dapat penulis berikan adalah bahwa penerima kredit berhak mempergunakan pinjaman itu untuk hal-hal pribadi si penerima kredit apakah kredit itu hendak dipergunakan untuk sesuatu yang positif 17 Mariam Darus Badrulzaman, Beberapa Masalah Hukum Dalam Perjanjian Kredit Bank Dengan Jaminan Hypotek Serta Hambatan-Hambatannya Dalam Praktek di Medan, Alumni, Bandung, 1978, hal. 21 Universitas Sumatera Utara atau tidak tetapi dengan pertanggungjawaban bahwa kredit itu nanti dengan periode tertentu harus dikembalikan kepada si pemberi kredit dengan bunga-bunga yang juga telah disepakati. 3. Jakile, menyatakan bahwa kredit itu adalah suatu ukuran kemampuan dari seseorang untuk mendapatkan sesuatu yang bernilai ekonomis sebagai ganti dari janjinya untuk membayar kembali utangnya pada tanggal tertentu. Pengertiannya tidak jauh beda dari pengertian kredit pada umumnya yaitu bahwa seseorang yang ingin mendapatkan kredit berjanji untuk membayar kembali utangnya pada satuan periode tertentu. Hal-hal mengenai pengertian kredit diatas dapat diperoleh sebuah pemikiran bahwa kredit itu merupakan kejadian atau peristiwa dimana seseorang memberi pinjaman berupa uang yang merupakan barang yang dinilai mempunyai nilai ekonomis yang kemudian diberikan kepada seseorang yang dengan sadar dan sengaja untuk meminta uang itu untuk kebutuhan yang jauh lebih penting bagi si penerima pinjaman dengan kesepakatan bahwa si peminjam haruslah mengembalikan uang tersebut dengan rentang waktu yang telah disepakati sebelumnya dan dengan bunga yang telah ditentukan jumlahnya. Kemudian, setelah kita memperoleh pengertian tentang kredit, maka hal yang perlu diketahui adalah unsur-unsur kredit itu sendiri. Ada beberapa sarjana yang menulis unsur-unsur kredit itu, diantaranya adalah H. Hadiwidjaja dan Abdul Kadir Muhammad. Para sarjana ini mempunyai pandangan yang tidak jauh berbeda tentang unsur-unsur kredit ini. Universitas Sumatera Utara H. Hadiwidjaja menyebutkan unsur-unsur kredit itu dalam 6 pokok bahasan yang penting, yaitu 18 Sementara itu, menurut tuan Abdul Kadir Muhammad yang menelaah UU Perbankan, unsur-unsur kredit itu secara yuridis dapat disederhanakan kedalam 4 bagian penting saja, yaitu : 1. Adanya orangbadan yang memiliki uang, barang atau jasa, dan bersedia untuk meminjamkannya kepada pihak lain. Orang ini disebut Kreditur; 2. Adanya orangbadan sebagai pihak yang memerlukanmeminjam uang, barang atau jasa. Orang ini disebut Debitur; 3. Adanya kepercayaan kreditur terhadap debitur; 4. Adanya janji dan kesanggupan membayar dari debitur kepada krditur. Hal inilah yang nantinya akan dituangkan didalam perjanjian secara tertulis; 5. Adanya perbedaan waktu, yaitu perbedaan antara saat penyerahan uang, barang atau jasa, oleh kreditur dengan saat pembayaran kembali oleh debitur; dan, 6. Adanya resiko, sebagai akibat dari adanya perbedaan waktu, karena terbayang jelas ketidakpastian untuk masa yang akan datang. Maksudnya adalah kedua belah pihak tidak bisa menebak apa yang akan terjadi dimasa yang akan datang sehingga berpengaruh terhadap isi kesepakatan. 19 18 Hadi Widjaja, EC. R.A. Rivai Wirasasmita, op cit, hal. 7 : Universitas Sumatera Utara 1. Penyediaan uang sebagai hutang oleh pihak bank; 2. Tagihan yang dapat dipersamakan dengan penyediaan uang sebagai pembiayaan, misalnya pembiayaan kenderaan bermotor dan tempat tinggal; 3. Kewajiban peminjam untuk melunasi hutangnya menurut jangka waktu yang telah ditentukan beserta bunga-bunganya; dan, 4. Berdasarkan persetujuan pinjam meminjam uang antara banklembaga pemberi pinjaman dan peminjam dengan persyaratan yang disepakati bersama. Hal diatas merupakan unsur-unsur dari kredit. Ada persamaan yang mendasar dari kedua pendapat sarjana-sarjana diatas. Persamaan itu adalah mengenai kewajiban peminjam untuk membayar kembali utang-utangnya kepada pemberi pinjaman dengan jangka waktu yang ditetapkan dan dengan sejumlah bunga yang kemudian ditulis dalam sebuah perjanjian tertulis. Didalam perjanjian itu juga nantinya ada syarat-syarat tambahan agar terjadi kesepakatan yang sama-sama menyenangkan kedua belah pihak. Kemudian, setelah selesai menguraikan tentang krdit, maka perlu dijelaskan pengertian dari perjanjian kredit. Perlu diketahui bahwa perjanjian kredit berasal dua suku kata yang berbeda, perjanjian dan kredit. Jika pada kredit telah diberi penjelasan sebelumnya dibagian awal bab ini, maka sekarang akan diberi penjelasan mengenai perjanjian. 19 Abdul Kadir Muhammad dan Rilda Marniati, Segi Hukum Lembaga Keuangan dan Pembiayaan, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2004, hal. 59 Universitas Sumatera Utara Kalau dilihat pengertian perjanjian pada Kamus Besar Bahasa Indonesia, kita dapat memperoleh pengertian perjanjian yaitu persetujuan tertulis atau dengan lisan yg dibuat oleh dua pihak atau lebih, masing-masing bersepakat akan menaati apa yg tersebut didalam persetujuan itu. Maksud dari pengertian diatas adalah bahwa perjanjian merupakan hasil dari kedua belah pihak yang telah menyetujui untuk melakukan sebuah kesepakatan yang kemudian dituangkan baik dalam bentuk lisan maupun tulisan yang kemudian kedua belah pihak terrsebut harus bertanggungjawab terhadap isi perjanjian itu dengan kemudian menaatinya. Sedangkan menurut Pasal 1313 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata menyebutkan bahwa perjanjian adalah perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih. Pada pasal di atas, pengertian perjanjian dapat dijelaskan secara sederhana yaitu kesediaan seseorang dengan sadar dan sengaja untuk mengikatkan dirinya yang dalam hal ini adalah bersedia membuat kesepakatan dengan orang lain. Sementara itu, R. Subekti mempunyai pengertian lain yang cukup mudah dimengerti tentang defenisi dari perjanjian yaitu suatu peristiwa dimana seseorang berjanji kepada orang lain, atau dimana dua orang saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu 20 Maka diperoleh inti dari beberapa penjelasan singkat mengenai perjanjian yaitu berupa kesimpulan singkat yaitu bahwa perjanjian adalah suatu peristiwa dimana ada seseorang atau lebih yang dengan sengaja dan sadar untuk membuat . 20 R. Subekti, Hukum Perjanjian, op. cit., hal. 36 Universitas Sumatera Utara kesepakatan dengan orang lain untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu hal dimana keduanya wajib untuk menaati perjanjian itu karena perjanjian itu merupakan undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Adapun perbuatan perjanjian ini ada beberapa macam ditinjau dari jenis macam perjanjian itu dilaksanakan, yaitu 21 1. Perjanjian untuk memberikanmenyerahkan suatu barang. : Maksudnya adalah perjanjian ini dibuat oleh kedua belah pihak yang isinya untuk memberikan atau menyerahkan barang baik antara pihak yang satu kepada pihak yang lain demikian juga sebaliknya. Jenis-jenis dari perjanjian ini adalah perjanjian jual beli, tukar menukar, pemberian atau penghibahan, sewa menyewa, dan lainnya yang termasuk kepada pemberian atau menyerahkan suatu barang dari satu pihak kepada pihak lain. 2. Perjanjian untuk berbuat sesuatu. Maksudnya adalah pihak yang satu bersedia mengikatkan diri dengan pihak yang lain dimana pihak pertama bersedia melakukan sesuatu untuk pihak yang lain selama itu tidak melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan yang telah ditetapkan. Adapun jenis-jenis perjanjian dari perjanjian untuk berbuat sesuatu ini adalah perjanjian untuk membuat suatu benda, perjanjian pekerja, perjanjian untuk membuat rumah, dan perjanjian yang lain yang isinya untuk melakukan pembuatan terhadap sesuatu. 3. Perjanjian untuk tidak berbuat sesuatu. 21 Ibid Universitas Sumatera Utara Maksud dari perjanjian ini adalah bahwa seseorang atau lebih berjanji kepada orang lain atau lebih untuk tidak melakukan sesuatu hal yang mana perbuatan itu tidak dilarang oleh undang-undang. Adapun perjanjian ini contohnya adalah perjanjian untuk tidak mendirikan pembatasan rumah yang satu dengan yang lainnya, perjanjian untuk tidak mendirikan perusahaan yang sama dengan temaannya dimana perusahaan tersebut sejenis usahanya. Ketiga macam perjanjian diatas adalah jenis-jenis perjanjian yang telah ditinjau dari segi macamnya. Ada isitilah yang perlu diketahui tentang pelaksanaan perjanjian. Istilah itu disebut dengan “prestasi”. Prestasi ini juga dapat dibagi kedalam dua macam prestasi, yaitu prestasi primer dan prestasi subsidair 22 Wanprestasi ini terjadi biasanya dengan beberapa alasan, yaitu . Prestasi primer adalah barang yang diperjanjikan itu untuk kemudian dilaksanakan oleh pihak yang seharusnya melaksanakannya. Sedangkan prestasi subsidair adalah ganti rugi barang yang telah diperjanjikan yang nilainya diperkirakan bisa sama dengan barang yang pertama. Sedangkan pelanggaran terhadap ketentuan perjanjian yang telah diperjanjikan biasanya disebut dengan wanprestasi. 23 22 Ibid., hal. 36 23 Ibid, hal 45 : Universitas Sumatera Utara 1. Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukannya, artinya adalah pihak yang harus melakukan apa yang telah diperjanjikan ternyata tidak dapat melakukan isi dari perjanjian itu; 2. Melaksanakan apa yang dijanjikannya, tetapi tidak sebagaimana diperjanjikan artinya adalah bahwa pihak yang akan melaksanakan prestasi tidak melaksanakan sesuai isi dari yang diperjanjikan dan bahkan lain dari yang diperjanjikan; 3. Melakukan apa yang diperjanjikannya tetapi terlambat artinya adalah bahwa yang melaksanakan prestasi tidak melakukannya tepat waktu sesuai dengan butir perjanjian; dan 4. Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukannya artinya adalah si pelaksana isi perjanjian melanggar isi dari ketentuan yang telah diperjanjikan. Terhadap apa yang menjadi wanprestasi diatas, maka seharusnya diberlakukan beberapa macam sanksi yang dapat dikenakan kepada pihak yang melanggar perjanjian, sanksi-sanksi itu dapat berupa 24 1. Membayar kerugian yang diderita oleh kreditur ganti rugi. : Pada umumnya ganti rugi ini harus senilai dengan tindakan wanprestasi yang telah dilakukannya. Ganti rugi ini jika dilihat dari unsur katanya mempunyai tiga unsur yaitu: biaya, rugi, dan bunga. 24 Ibid Universitas Sumatera Utara Jika yang dimaksud pada biaya adalah segala macam pengeluaran atau perongkosan yang nyata-nyata sudah dikeluarkan oleh suatu pihak selama perjanjian ini berlangsung. Sedangkan rugi adalah kerugian yang diderita oleh salah satu pihak karena kerusakan barang-barang kepunyaan salah satu pihak yang diakibatkan kelalaian oleh pihak lain yang ada didalam perjanjian. Dan kemudian bunga. Bunga adalah kerugian yang didapat karena kehilangan keuntungan yang sudah dibayangkan oleh pihak yang memberikan pinjaman. 2. Pembatalan perjanjian pemecahan perjanjian. Pembatalan perjanjian ini dapat dilakukan dengan kesepakatan kedua belah pihak, tidak boleh hanya sepihak saja; 3. Peralihan resiko; 4. Membayar biaya perkara, kalau sampai diperkarakan didepan hakim. Tetapi satu hal yang perlu juga untuk diingat bahwa harus bisa dilihat juga si debitur melakukan wanprestasi atau tidak karena hal ini sering sekali menjadi perdebatan yang mengakibatkan ketidakrelaan sidebitur membayar ganti kerugian. Kalau perkara sampai kedepan hakim, maka hakim harus pandai melihat isi dari perjanjian itu pasal demi pasal, karena sering sekali hal-hal sepele tidak diperjanjikan kedua belah pihak, padahal hal itu menjadi permasalahan besar dibelakang hari. Misalnya saja, ada seorang kontraktor rumah menjanjikan akan menyelesaikan rumah yang telah dibeli oleh seorang pembeli tepat pada waktunya Universitas Sumatera Utara tetapi waktu yang diperjanjikan tidak jelas kapan, maka disini kontraktor rumah tidak bisa dipersalahkan dan dianggap lalai karena tidak ada dibuat didalam perjanjian kapan tepatnya rumah yang akan diselesaikan itu selesai hanya dikatakan didalam perjanjian itu akan diselesaikan tepat pada waktunya. Namun, bila si debitur yang dianggap lalai oleh kreditur tidak menerima bahwa dirinya lalai, ada beberapa cara yang dapat dilakukan debitur untuk membela dirinya, antara lain 25 1. Debitur dapat mengajukan tuntutan adanya keadaan memaksa. : Istilah asing dari keadaan memaksa ini adalah overmacht. Dalam keadan memaksa ini debitur dapat mengatakan bahwa sebenarnya debitur mempunyai suatu keadaan dimana ia tidak dapat melaksanakan isi perjanjian dikarenakan keadaan yang sungguh-sungguh tidak dapat dihindarinya karena keadaan itu diluar ekspektasi atau dugaannya. Maka perjanjian itu menjadi tidak dapat dilaksanakannya. 2. Mengajukan bahwa kreditur sendiri juga telah lalai Istilah asing untuk hal ini adalah exception non adimpleti contractus. Hal ini dapat dilakukan debitur dalam pembelaannya dengan mengatkan kreditur juga telah lalai dalam melaksanakan isi dari perjanjian dimana ada didalam Pasal 1478 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang menyatakan bahwa “Si penjual tidak diwajibkan menyerahkan barangnya, jika si pembeli belum membayar harganya, sedangkan si penjual tidak mengizinkan penundaan pembayaran tersebut”. 25 Ibid, hal. 55 Universitas Sumatera Utara Hal diatas merupakan kata lain bahwa setiap pihak harus secara bersama- sama melaksanakan perjanjian dengan tidak ada kata terlambat satu dengan yang lainnya. 3. Mengajukan bahwa kreditur telah melepaskan haknya untuk menuntut ganti rugi. Istilah yang dapat digunakan untuk pelepasan hak ini adalah rechtsverweking, dimana didalam poin nomor tiga ini menjelaskan bahwa si kreditur telah dianggap melepaskan haknya untuk meminta ganti rugi. Sebagai contoh bahwa apabila ada pembeli memakai barang yang telah dibelinya dari penjual namun ternyata barang itu mengalami cacat tersembunyi dan sipembeli tidak mengetahui dan malah memesan lagi barang tersebut dengan spesifikasi yang sama, maka dalam hal ini si pembeli telah dianggap melepaskan haknya terhadap sipenjual karena dengan cara memesan barang tersebut maka dianggap sipembeli telah puas memakai barang yang dijual oleh sipenjual. Hal itulah yang bisa dijelaskan mengenai perjanjian dan secara umum perjanjian kredit sebenarnya adalah nama lain dari perjanjian pinjam meminjam. Perjanjian pinjam meminjam dalam hal ini yang dimaksudkan adalah dalam hal uang. Uang yang dipinjam oleh debitur dari kreditur haruslah dibuat perjanjian yang baku sehingga semua jelas dan tidak absurd isinya. Nama perjanjian pinjam meminjam uang ini berubah menjadi perjanjian kredit dikarenakan hanya factor perkembangan zaman dan kosa kata yang kini mulai banyak dipergunakan oleh khalayak ramai. Objek yang diperjanjikan pun tetaplah tidak berbeda, yaitu uang. Universitas Sumatera Utara

B. Jenis-Jenis Kredit