Pemilihan Model Alometrik Terbaik Kadar Zat Terbang Kadar Abu

bagian-bagian tanaman sawit menggunakan satu atau lebih peubah dimensi tanaman berikut. Ŷ = ß + ß 1 D+ ß 2 D 2 Ŷ = ß D ß1 Ŷ = ß + ß 1 D 2 H Ŷ = ß D ß1 H ß2 Keterangan: Ŷ = Taksiran nilai biomassa atau karbon tanaman kelapa sawit kgtanaman D = Diameter tanaman dbh cm H = Tinggi tanaman m ß 0, ß 1, ß 2 = Konstanta parameter regresi

5. Pemilihan Model Alometrik Terbaik

Persamaan regresi terbaik akan dipilih dari model-model hipotetik di atas dengan menggunakan berbagai kriteria statistik, yakni goodness of fit, koefisien determinasi R 2 , analisis sisaan serta pertimbangan kepraktisan untuk pemakaian. Model akan diolah menggunakan software SPSS 16.0.

6. Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan adalah: i. Analisis deskriptif dan penyajian dalam bentuk gambar pie, diagram batang, dan scatter. ii. Analisis perbedaan kadar karbon pada bagian-bagian pohon dilakukan analisis statistik dengan uji beda rata-rata menggunakan uji one way anova, yaitu berdasarkan uji lanjut Tukey HSD. Adapun parameter yang diuji adalah: Perbedaan kadar karbon rata-rata setiap bagian tanaman yaitu pada bagian batang, pelepah, dan daun. Prosedur uji statistiknya adalah sebagai berikut: 1. Menentukan formulasi hipotesis Ho : Tidak ada perbedaan rata-rata karbon antar setiap bagian tanaman H1 : Ada perbedaan rata-rata karbon antar setiap bagian tanaman 2. Menentukan taraf nyata pada selang kepercayaan 95 3. Menentukan kriteria pengujian Ho diterima H1 ditolak apabila P 0,05 Ho ditolak H1 diterima apabila P 0,05 4. Membuat kesimpulan Menyimpulkan Ho diterima atau ditolak. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Karakteristik Tanaman Sawit Elaeis guineensis Jacq. Terpilih

Karakteristik tanaman sawit terpilih berdasarkan data diameter, tinggi tanaman, dan berat basah masing-masing bagian tanaman sawit umur 10 tahun pada masing-masing plot 20 m x 20 m dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Karakteristik Tanaman Sawit Elaeis guineensis Jacq. Terpilih No. Plot DBH cm H bp m H m Berat Basah Kg Total Berat Basah Kg Batang Pelepah Daun 1 36,94 58,92 54,14 5,13 6,10 4,04 11,59 533,52 234,0 58,5 826,02 2 13,33 634,40 254,8 63,7 952,90 3 11,27 420,16 197,6 49,4 667,16 Rataan 50 5,09 12,06 529,36 228,8 57,2 815,36 Keterangan: DBH = Diameter at Breast Height Diameter Setinggi Dada H bp = Tinggi Bebas Pelepah H = Tinggi Total Hasil inventarisasi tanaman contoh terpilih dengan metode purposive sampling menunjukkan bahwa kelas diameter terkecil tanaman sawit terpilih yaitu sebesar 36,94 cm dan diameter terbesarnya sebesar 58,92 cm. Pada diameter sebesar 36,94 cm memiliki tinggi total sebesar 11,59 m, sedangkan pada diameter 58,92 cm memiliki tinggi total sebesar 13,33 m, dan pada diameter 54,14 cm memiliki tinggi total sebesar 11,27 m. Rataan kelas diameter tanaman sawit yang ditebang sebagai tanaman contoh terpilih yaitu sebesar 50 cm, rataan tinggi bebas pelepah tanaman sebesar 5,09 m, dan rataan tinggi total tanaman sebesar 12,06 m. Berdasarkan Tabel 5 menunjukkan bahwa berat basah masing-masing tanaman dan bagian-bagian tanaman sawit juga berbeda-beda. Perbedaan tersebut disebabkan komposisi penyusun tiap-tiap bagian tanaman tersebut. Batang lebih banyak diisi oleh selulosa, hemiselulosa, lignin, dan zat ekstraktif dibandingkan 42 pelepah. Sementara daun tersusun atas rongga stomata menyebabkan strukturnya menjadi kurang padat sehingga memiliki bobot yang ringan. Berat basah tertinggi terdapat pada tanaman contoh terpilih 2 dua dengan diameter 58,92 cm yaitu sebesar 952,90 kg. Sedangkan berat basah terendah terdapat pada tanaman contoh terpilih 3 tiga dengan diameter 54,14 cm yaitu sebesar 667,16 kg. Untuk bagian-bagian tanamannya, berat basah tertinggi terdapat pada batang, kemudian pelepah, dan yang terkecil adalah daun. Gambar 5. Berat Basah Sampel Tebang Berdasarkan Berat Basah Setiap Anatomi Tanaman Rataan berat basah masing-masing tanaman sawit terpilih yaitu batang sebesar 529,36 kg, pelepah sebesar 228,8 kg, dan daun sebesar 57,2 kg. Sehingga rataan total berat basah ketiga tanaman contoh terpilih yaitu sebesar 815,36 kg . Penelitian Muhdi et al. 2014 pada perkebunan kelapa sawit di Sumatera Utara menyatakan bahwa rata-rata berat basah terbesar pohon berasal dari batang, yakni 1.400,4 kg atau 84,45 dari total biomassa pohon. Selanjutnya berat basah pelepah sebesar 157,9 kg 9,52, dan daun 72,4 kg 4,37. Batang memiliki berat basah yang tinggi disebabkan selain ukurannya yang besar, kemampuan menyimpan airnya juga tinggi. 100 200 300 400 500 600 700 Batang Pelepah Daun 533,52 234 58,5 634,4 254,8 63,7 420,16 197,6 49,4 B er at B as ah Kg Bagian Tegakan Tegakan 1 Tegakan 2 Tegakan 3 Sedangkan daun selain ukurannya yang kecil, daun juga mengandung lebih banyak bahan anorganik. Berdasarkan hubungan diameter dan tinggi tanaman sawit terhadap berat basahnya nampaknya tidak selalu linear. Hal ini dapat dilihat bahwa pada diameter terkecil yaitu 36,94 cm dengan tinggi total sebesar 11,59 m memiliki total berat basah sebesar 826,02 kg, sedangkan pada diameter 54,14 cm dengan tinggi total sebesar 11,27 m memiliki total berat basah sebesar 667,16 kg. Untuk itu diperlukan suatu model non linear yang tepat untuk menduga biomassa dan massa karbon tanaman sawit umur 10 tahun yang dijelaskan dalam bahasan berikutnya.

B. Sifat Fisik dan Kimia Bagian Sawit Elaeis guineensis Jacq. 1. Kadar Air

Kadar air didefenisikan sebagai berat air yang terdapat di dalam kayu terhadap berat kering tanur yang dinyatakan dalam persen. Hasil analisis laboratorium menunjukkan bahwa terdapat variasi kadar air berdasarkan bagian anatomi sawit yang disajikan pada Tabel 6. Tabel 6. Variasi Rata-Rata Kadar Air Sampel Tebang Pada Berbagai Anatomi Tanaman Sawit Elaeis guineensis Jacq. No. Sampel Tebang Kadar Air Batang Pelepah Daun 1 1 192,30 315,98 177,67 2 2 187,61 325,52 120,29 3 3 154,44 306,77 167,63 Rataan 178,12 316,09 155,20 Bagian anatomi sawit yang paling tinggi kadar airnya yaitu pada bagian pelepah dengan rataan kadar air sebesar 316,09. Kadar air untuk batang memiliki rataan sebesar 178,12. Kadar air terendah terdapat pada bagian daun dengan persentase rataan sebesar 155,20. Hasil ini sejalan dengan penelitian Muhdi et al. 2014 pada perkebunan sawit di Sumatera Utara yang menyatakan bahwa rata-rata kadar air tertinggi terdapat pada pelepah, yakni sebesar 261,9, sedangkan kadar air terendah terdapat pada bagian daun, yakni sebesar 143,9. Kadar air tertinggi pada pelepah sawit disebabkan karena pelepah sawit merupakan unit yang berongga yang tersusun sedikit atas bahan penyusun kayu, seperti selulosa, hemiselulosa, dan lignin dan bersifat lunak. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Onrizal 2004 dan Hilmi 2003 menunjukkan bahwa kadar air terendah terdapat pada batang. Hal ini disebabkan karena batang lebih banyak disusun oleh selulosa, hemiselulosa, lignin, dan zat ekstraktif sehingga rongga sel batang sedikit terisi oleh air. Sedangkan struktur daun tersusun atas rongga stomata yang diisi oleh sedikit bahan penyusun kayu seperti selulosa, hemiselulosa, dan lignin. Hasil penelitian Iswanto et al. 2010 yang menyatakan bahwa besarnya kadar air tanaman kelapa sawit berkisar antara 219,9-379,4.

2. Kadar Zat Terbang

Zat terbang menunjukkan kandungan zat-zat yang mudah menguap dan hilang pada pemanasan 950 o C yang tersusun dari senyawa alifatik, terpena, dan fenolik. Rata-rata kadar zat terbang berbagai bagian anatomi tanaman sawit memiliki persentase rataan yang berbeda-beda yang disajikan pada Tabel 7. Tabel 7. Variasi Rata-Rata Kadar Zat Terbang Sampel Tebang Pada Berbagai Anatomi Tanaman Sawit Elaeis guineensis Jacq. No. Sampel Tebang Zat Terbang Batang Pelepah Daun 1 1 73,18 76,18 73,85 2 2 72,97 76,48 72,50 3 3 73,76 74,56 70,30 Rataan 73,30 75,74 72.22 Berdasarkan hasil analisis laboratorium yang disajikan pada Tabel 7, kadar zat terbang terbesar terdapat pada bagian pelepah dengan persentase rataan sebesar 75,74. Persentase rataan kadar zat terbang pada bagian batang yaitu sebesar 73,30. Sedangkan kadar zat terbang terkecil terdapat pada bagian daun dengan persentase rataan sebesar 72,22. Persentase rataan kadar zat terbang pada bagian daun tersebut tidak jauh berbeda dengan kadar terbang pada bagian batang. Menurut Hilmi 2003, daun memiliki kadar zat terbang terendah karena daun tersusun atas klorofil a C 55 H 72 O 5 N 4 Mg dan klorofil b C 55 H 70 O 6 N 4 Mg dengan berat molekul tinggi sehingga meningkatkan kadar abu pada proses karbonisasi.

3. Kadar Abu

Kadar karbon memiliki hubungan negatif dengan kadar abu dan kadar zat terbang. Artinya, semakin tinggi kadar karbon terikat dalam kayu, maka semakin rendah kadar abu dan kadar zat terbang. Kadar abu adalah kadar oksida logam yang tersisa pada pemanasan tinggi, yang terdiri dari mineral-mineral terikat kuat pada arang seperti kalsium, kalium, dan magnesium. Abu adalah sisa dari pembakaran bahan yang mengandung bahan-bahan anorganik. Variasi rata-rata kadar abu pada setiap bagian tanaman sawit disajikan dalam Tabel 8. Tabel 8. Variasi Rata-Rata Kadar Abu Sampel Tebang Pada Berbagai Anatomi Tanaman Sawit Elaeis guineensis Jacq. No. Sampel Tebang Abu Batang Pelepah Daun 1 1 2,24 2,75 8,39 2 2 2,02 2,89 9,19 3 3 1,95 3,60 11,09 Rataan 2,07 3,08 9,56 Berdasarkan hasil analisis laboratorium yang disajikan pada Tabel 8, kadar abu terbesar terdapat pada bagian daun dengan persentase rataan sebesar 9,56. Persentase rataan kadar abu pada bagian pelepah yaitu sebesar 3,08. Sedangkan persentase rataan kadar abu terkecil terdapat pada bagian batang yaitu sebesar 2,07. Pada penelitian ini, daun memiliki kadar abu terbesar karena daun mengandung lebih banyak bahan anorganik dibandingkan bagian anatomi tanaman lainnya. Persentase rataan kadar zat terbang dan kadar abu pada pelepah dan daun yang besar menjadikan kadar karbon pada batang menjadi lebih tinggi dibandingkan bagian anatomi tanaman lainnya.

4. Kadar Karbon

Dokumen yang terkait

Model pendugaan cadangan karbon pada kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) umur 5 tahun di perkebunan kelapa sawit PT. Putri Hijau, Kabupaten Langkat.

6 77 76

Pendugaan Cadangan Karbon Pada Tegakan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Umur 15 Tahun di Perkebunan Kelapa Sawit Putri Hijau, Besitang Sumatera Utara

5 61 75

Model pendugaan cadangan karbon pada kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) umur 5 tahun di perkebunan kelapa sawit PT. Putri Hijau, Kabupaten Langkat.

0 0 12

Model pendugaan cadangan karbon pada kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) umur 5 tahun di perkebunan kelapa sawit PT. Putri Hijau, Kabupaten Langkat.

0 0 2

Model pendugaan cadangan karbon pada kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) umur 5 tahun di perkebunan kelapa sawit PT. Putri Hijau, Kabupaten Langkat.

0 0 5

Model pendugaan cadangan karbon pada kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) umur 5 tahun di perkebunan kelapa sawit PT. Putri Hijau, Kabupaten Langkat.

0 0 18

Model pendugaan cadangan karbon pada kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) umur 5 tahun di perkebunan kelapa sawit PT. Putri Hijau, Kabupaten Langkat.

0 0 4

Pendugaan Cadangan Karbon Pada Tegakan Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Umur 10 Tahun di Perkebunan Kelapa Sawit PT. Putri Hijau, Kabupaten Langkat

0 0 6

Pendugaan Cadangan Karbon Pada Tegakan Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Umur 10 Tahun di Perkebunan Kelapa Sawit PT. Putri Hijau, Kabupaten Langkat

0 0 29

Pendugaan Cadangan Karbon Pada Tegakan Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Umur 10 Tahun di Perkebunan Kelapa Sawit PT. Putri Hijau, Kabupaten Langkat

0 0 12