akan lebih besar. Lebih tingginya karbon pada bagian batang erat kaitannya dengan lebih tingginya biomassa bagian batang jika dibandingkan dengan bagian pohon
lainnya. Faktor ini yang menyebabkan pada kelas diameter yang lebih besar kandungan karbonnya lebih besar. Hasil pengujian keseluruhan sifat fisik dan kimia
tiap-tiap bagian anatomi tanaman sawit Elaeis guineensis Jacq. umur 10 tahun disajikan dalam Gambar 8.
Gambar 8. Variasi Rataan Kadar Air, Kadar Zat Terbang, Kadar Abu, dan Kadar Karbon Terikat Sampel Tebang Pada Setiap Bagian Sawit
C. Model Penduga Biomassa dan Massa Karbon Kelapa Sawit
Pengambilan sampel tanaman sawit Elaeis guineensis Jacq. yang dilakukan secara destruktif dengan menebang tanaman sawit berasal dari berbagai kelas umur
telah menghasilkan persamaan alometrik biomassa dan massa karbon kelapa sawit. Persamaan yang diperoleh tersebut merupakan hubungan antara biomassa atau massa
karbon pada tiap bagian-bagian tanaman sawit dengan diameter, tinggi bebas pelepah, ataupun tinggi total tanaman sawit. Model pendugaan biomassa dan massa karbon ini
menggunakan pendekatan diameter, tinggi bebas pelepah, dan tinggi total hingga diperoleh suatu model terpilih.
50 100
150 200
250 300
350
Kadar Air K. Zat
Terbang Kadar Abu
Berat Kering Kg
Massa Karbon kg
178,12
73,3 2,07
189,41
46,72 316,09
75,74 3,08
54,9 11,61
155,2 72,22
9,56 22,82
4,16 Batang
Pelepah Daun
Persamaan terpilih tersebut selanjutnya dibandingkan dengan persamaan- persamaan lain yang menggunakan beberapa variabel bebas yang berbeda. Model
terbaik dari suatu persamaan yang menggunakan suatu variabel bebas tertentu akan dipilih untuk menduga biomassa dan massa karbon tanaman sawit. Model alometrik
yang berhasil dibangun untuk menduga biomassa dan massa karbon tanaman sawit di PT. Putri Hijau disajikan pada Tabel 13.
Tabel 13. Model Penduga Biomassa Tanaman Sawit Elaeis guineensis Jacq.
Bagian Model Persamaan
S P
R-Sq F hit
Batang
W = -511,054+32,771D-0,269D
2
334,79 0,481
21,7 0,83
W = 37353,687D
-1,217
0,907 0,234
19,5 1,70
W = 0,105+0,00019D
2
H
bp
248,13 0,034
49,8 6,94
W = 0,000312D
1,063
H
bp 1,528
0,16 0,002
88,1 22,20
Pelepah
Daun
Biomassa
W = 1,96789e
-14
D
0,271
H
5,083
W = 135,393-2,958D+0,025D
2
W = 9,223D
0,451
W = 70,586-4,620e
-6
D
2
H
bp
W = 185,78D
0,083
H
bp -0,247
W = 1049,542D
0,284
H
-0,572
W = 13,892+0,326D-0,003D
2
W = 60,889D
-0,259
W = 18,837+1,215e
-6
D
2
H
bp
W = 4,797D
0,052
H
bp 0,209
W = 0,14028D
-0,045
H
0,734
W = -361,767+30,139D-0,247D
2
W = 6486,983D
-0,703
W = 89,525+0,00019D
2
H
bp
W = 0,00597D
1,000
H
bp 1,142
W = 7,8886e
-11
D
0,430
H
3,870
0,20 11,70
0,23 19,76
0,09 0,10
3,75 0,17
3,97 0,06
0,06 332,55
0,70 240,30
0,15 0,16
0,005 0,021
0,100 0,456
0,082 0,175
0,290 0,176
0,336 0,065
0,060 0,536
0,361 0,032
0,005 0,008
83,0 72,4
33,9 8,2
56,5 44,0
33,8 24,5
13,2 59,8
60,9 18,8
12,0 50,5
82,6 79,8
14,62 7,88
3,59 0,62
3,90 2,36
1,53 2,27
1,07 4,46
4,68 0,69
0,96 7,15
14,26 11,89
Keterangan: W = Biomassa kg D = Diameter Setinggi Dada Dbh cm
H = Tinggi Total cm H
bp
= Tinggi Bebas Pelepah cm R-sq = Koefisien Determinasi
P = Signifikansi S = Simpangan Baku
F = Uji F
= Berbeda nyata P 0,01-0,05 pada selang kepercayaan 95
Model persamaan alometrik untuk penaksiran biomassa bagian-bagian tanaman sawit seperti yang disajikan pada Tabel 13 menggunakan model regresi
non linear. Regresi non linear dibangun apabila hubungan antara dua variabel atau lebih setelah dilakukan pengujian hipotesis tidak terjadi kecocokan model sehingga
model tersebut sebenarnya tidak linear. Model penduga biomassa merupakan transformasi dari bentuk logaritma natural. Uji regresi penduga biomassa yang
digunakan menghasilkan 5 lima model yang dihubungkan terhadap peubah bebas diameter D, tinggi bebas pelepah H
bp
, dan tinggi total H. Model-model penduga biomassa yang dihasilkan secara berturut-turut berupa model kuadrat
quadratic, pangkat power, dan berbagai model non linear dua peubah bebas. Pemilihan persamaan alometrik terbaik dapat dilakukan dengan menguji
beberapa persamaan. Persamaan tersebut dibagi menjadi persamaan yang menggunakan satu peubah bebas, yaitu diameter tanaman D, dan persamaan yang
menggunakan dua peubah bebas, yaitu diameter, tinggi total, dan tinggi bebas pelepah tanaman D, H, H
bp
. Model alometrik penduga biomassa yang terbaik akan dipilih berdasarkan kriteria pemilihan model secara statistik, yaitu nilai R-sq
tertinggi dan nilai simpangan baku S terkecil. Berdasarkan Tabel 13, model penduga biomassa yang menggunakan peubah
bebas diameter, tinggi total, dan tinggi bebas pelepah tanaman D, H, H
bp
pada umumnya adalah lebih baik jika dibandingkan dengan model yang hanya
menggunakan variabel bebas diameter tanaman D saja, kecuali pada model W = ß
+ß
1
D
2
H
bp
seperti pada Tabel 13. Hal ini dibuktikan dari nilai R-sq dan nilai simpangan baku S model W = ß
D
ß1
H
ß2
, yang telah memenuhi kriteria pemilihan model secara statistik. Model umum W = ß
+ß
1
D
2
H
bp
seperti pada Tabel 13 tidak
cocok menjadi pemilihan model alometrik terbaik karena memiliki nilai simpangan baku S yang tinggi. Selain itu, nilai R-sq yang dihasilkan model ini secara umum
rendah. Pada model W = ß +ß
1
D
2
H, tidak mencantumkan output penggunaan peubah tinggi total tanaman H karena output menunjukkan kriteria statistik yang lebih buruk
dibandingkan yang menggunakan peubah tinggi bebas pelepah H
bp
. Model penduga biomassa yang berbentuk kuadrat quadratic, yaitu yang
menggunakan peubah diameter tanaman, menghasilkan nilai R-sq tertinggi dibandingkan dengan model pangkat power. Namun, model yang berbentuk
kuadrat quadratic memiliki nilai simpangan baku S selalu lebih tinggi dibandingkan model berbentuk pangkat power. Sedangkan pada model penduga
biomassa yang menggunakan peubah diameter dan tinggi tanaman, seperti pada model non linear W = ß
D
ß1
H
bp ß2
H
bp
= tinggi bebas pelepah di atas, secara umum menghasilkan nilai R-sq tertinggi dan simpangan baku S terendah jika
dibandingkan dengan model non linear W = ß D
ß1
H
ß2
H = tinggi total. Namun pada kasus penduga biomassa bagian daun, model non linear W = ß
D
ß1
H
ß2
H = tinggi total memiliki nilai R-sq yang sedikit lebih tinggi dan nilai simpangan baku S
yang sedikit lebih rendah dibandingkan model W = ß D
ß1
H
bp ß2
H
bp
= tinggi bebas pelepah. Berdasarkan penjelasan di atas, berikut disajikan secara ringkas model
persamaan alometrik terpilih untuk pendugaan biomassa tanaman sawit pada Tabel 14.
Tabel 14. Model Persamaan Alometrik Terpilih Untuk Pendugaan Biomassa Tanaman Sawit Elaeis guineensis Jacq.
No. Bagian
Bentuk Hubungan Persamaan
1 Batang
Dbh-H
bp
-Biomassa Batang W = 0,000312D
1,063
H
bp 1,528
2 Pelepah
Dbh-Biomassa Pelepah W = 135,393-2,958D+0,025D
2
3 Daun
Dbh-H
bp
-Biomassa Daun W = 4,797D
0,052
H
bp 0,209
4 Biomassa Tanaman
Dbh-H
bp
-Biomassa Tanaman W = 0,00597D
1,000
H
bp 1,142
Berdasarkan Tabel 14, dapat disimpulkan bahwa model alometrik terpilih yang memiliki kemampuan terbaik untuk menjelaskan perhitungan biomassa
tanaman adalah dengan menggunakan variabel bebas diameter D dan tinggi bebas pelepah tanaman H
bp
yang dirumuskan dengan W = ß D
ß1
H
bp ß2
. Penelitian Yulianti dkk 2010 pada agroekosistem kelapa sawit PT. Perkebunan Nusantara IV
menyimpulkan bahwa model persamaan alometrik yang terbaik pada penelitiannya adalah model dengan bentuk Ŷ = ß
D
ß1
H
ß2
. Model alometrik terpilih untuk menduga biomassa bagian-bagian tanaman,
seperti batang dan daun adalah model dalam bentuk hubungan Dbh-H
bp
-biomassa batangdaun diameter-tinggi bebas pelepah-biomassa batangdaun. Kecuali pada
model penduga biomassa pelepah yang dapat dijelaskan lebih baik dalam bentuk hubungan Dbh-biomassa pelepah diameter-biomassa pelepah. Sehingga model
alometrik terpilih penduga biomassa pada bagian batang tanaman sawit di areal perkebunan PT. Putri Hijau adalah W = 0,000312D
1,063
H
bp 1,528
dan bagian daun adalah W
= 4,797D
0,052
H
bp 0,209
, sedangkan
pada bagian
pelepah adalah
W = 135,393-2,958D+0,025D
2
. Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 13, bahwa model alometrik terpilih
sebagai penduga biomassa tanaman sawit adalah W = 0,00597D
1,000
H
bp 1,142
dengan nilai R-sq sebesar 82,6, simpangan baku S sebesar 0,15, dan nilai P sebesar 0,005.
Nilai R-sq sebesar 82,6 menujukkan bahwa sebesar 82,6 proporsi keragaman nilai peubah biomassa dapat dijelaskan oleh nilai peubah diameter D dan tinggi bebas
pelepah tanaman H
bp
melalui hubungan linear. Sisanya sebesar 17,4 dijelaskan oleh hal-hal lain seperti jenis tanah, kerapatan individu, iklim, dan perlakuan
silvikultur.
Melalui uji nyata P, model alometrik W = 0,00597D
1,000
H
bp 1,142
memiliki nilai signifikansi sebesar 0,005. Pada tingkat kepercayaan 95, menunjukkan bahwa
nilai P 0,05. Hal ini menyimpulkan bahwa peubah diameter dan tinggi bebas pelepah berpengaruh nyata terhadap persamaan biomassa tanaman sawit. Sehingga bentuk
persamaan penduga
biomassa tanaman
sawit yaitu
W = 0,00597D
1,000
H
bp 1,142
dapat diterapkan.
Tabel 15. Model Penduga Massa Karbon Tanaman Sawit Elaeis guineensis Jacq.
Bagian Model Persamaan
S P
R-Sq F hit
Batang
C = -111,891+7,446D-0,062D
2
75,65 0,452
29,3 0,91
C = 14320,932D
-1,340
0,90 0,193
22,9 2,08
C = 1,677+4,389e
-5
D
2
H
bp
57,05 0,036
49,1 6,75
C = 9,908e
-5
D
0,963
H
bp 1,544
0,15 0,001
90,6 28,96
Pelepah
Daun
Massa Karbon
C = 4,9204e
-15
D
0,164
H
5,135
C = 33,016-0,782D+0,007D
2
C = 1,586D
0,503
C = 16,213-1,505e
-6
D
2
H
bp
C = 137,721D
-0,044
H
bp -0,367
C = 3235,937D
0,233
H
-0,920
C = 2,259+0,075D+0,000678D
2
C = 13,997D
-0,311
C = 3,579+1,841e
-7
D
2
H
bp
C = 1,0617D
0,005
H
bp 0,212
C = 0,0217D
-0,082
H
0,782
C = -76,627+6,739D-0,056D
2
C = 1970,174D
-0,774
C = 21,469+4,257e
-5
D
2
H
bp
C = 0,001559D
0,948
H
bp 1,154
C = 1,49968e
-11
D
0,375
H
3,926
0,18 3,12
0,29 5,01
0,10 0,12
0,68 0,17
0,81 0,06
0,06 74,80
0,70 55,14
0,14 0,15
0,003 0,024
0,140 0,344
0,055 0,157
0,173 0,124
0,468 0,055
0,038 0,512
0,318 0,035
0,004 0,006
85,6 71,0
28,3 12,8
62,0 46,0
44,2 30,4
7,8 62,0
66,3 20,0
14,2 49,3
84,4 82,1
17,79 7,35
2,77 1,03
4,89 2,56
2,38 3,06
0,59 4,89
5,90 0,75
1,16 6,80
16,21 13,80
Keterangan: C = Massa Karbon kg D = Diameter Setinggi Dada Dbh cm
H = Tinggi Total cm H
bp
= Tinggi Bebas Pelepah cm R-sq = Koefisien Determinasi
P = Signifikansi S = Simpangan Baku
F = Uji F
= Berbeda nyata P 0,01-0,05 pada selang kepercayaan 95
Berdasarkan hubungannya dengan biomassa, proporsi massa karbon sangat ditentukan oleh proporsi biomassa tanaman. Pada biomassa tanaman terkandung
karbon dalam proporsi tertentu. Berdasarkan Tabel 15, model penduga massa karbon yang menggunakan peubah bebas diameter, tinggi total, dan tinggi bebas pelepah
tanaman D, H, H
bp
pada umumnya juga lebih baik jika dibandingkan dengan model yang hanya menggunakan peubah bebas diameter tanaman D saja, kecuali
pada model C = ß +ß
1
D
2
H
bp
seperti pada Tabel 15. Hal ini dibuktikan dari nilai R- sq dan nilai simpangan baku S model C = ß
D
ß1
H
ß2
, yang telah memenuhi kriteria pemilihan model secara statistik. Model umum C = ß
+ß
1
D
2
H
bp
seperti pada Tabel 15 tidak cocok menjadi pemilihan model alometrik terbaik karena memiliki
nilai simpangan baku S yang tinggi. Selain itu, nilai R-sq yang dihasilkan model ini secara umum rendah. Pada model C = ß
+ß
1
D
2
H, tidak mencantumkan output penggunaan peubah tinggi total tanaman H karena output menunjukkan kriteria
statistik yang lebih buruk dibandingkan yang menggunakan peubah tinggi bebas pelepah H
bp
. Model penduga massa karbon yang berbentuk kuadrat quadratic, yaitu
yang menggunakan peubah diameter tanaman, menghasilkan nilai R-sq tertinggi dibandingkan dengan model pangkat power. Namun, model yang berbentuk
kuadrat quadratic memiliki nilai simpangan baku S selalu lebih tinggi dibandingkan model berbentuk pangkat power. Sedangkan pada model penduga
massa karbon yang menggunakan peubah diameter dan tinggi tanaman, seperti pada model non linear C = ß
D
ß1
H
bp ß2
H
bp
= tinggi bebas pelepah di atas, secara umum menghasilkan nilai R-sq tertinggi dan simpangan baku S terendah jika
dibandingkan dengan model non linear C = ß D
ß1
H
ß2
H = tinggi total. Namun pada
kasus penduga massa karbon bagian daun, model non linear C = ß D
ß1
H
ß2
H = tinggi total memiliki nilai R-sq yang sedikit lebih tinggi dan nilai simpangan baku S yang sedikit lebih rendah dibandingkan model C = ß
D
ß1
H
bp ß2
H
bp
= tinggi bebas pelepah. Berdasarkan penjelasan di atas, berikut disajikan secara ringkas model
persamaan alometrik terpilih untuk pendugaan massa karbon tanaman sawit.
Tabel 16. Model Persamaan Alometrik Terpilih Untuk Pendugaan Massa Karbon Tanaman Sawit Elaeis guineensis Jacq.
No. Bagian
Bentuk Hubungan Persamaan
1 Batang
Dbh-Karbon Batang C = 9,908e
-5
D
0,963
H
bp 1,544
2 Pelepah
Dbh-Karbon Pelepah C = 33,016-0,782D+0,007D
2
3 Daun
Dbh-Karbon Daun C = 1,0617D
0,005
H
bp 0,212
4 Karbon Tanaman
Dbh-H
bp
-Karbon Tanaman C = 0,001559D
0,948
H
bp 1,154
Berdasarkan Tabel 16, dapat disimpulkan bahwa model alometrik terpilih yang memiliki kemampuan terbaik untuk menjelaskan perhitungan massa karbon
tanaman adalah dengan menggunakan variabel bebas diameter D dan tinggi bebas pelepah tanaman H
bp
yang dirumuskan dengan C = ß D
ß1
H
bp ß2
. Penelitian Yulianti dkk 2010 pada agroekosistem kelapa sawit PT. Perkebunan Nusantara IV
menyimpulkan bahwa model persamaan alometrik yang terbaik pada penelitiannya adalah model dengan bentuk Ŷ = ß
D
ß1
H
ß2
. Model alometrik terpilih untuk menduga massa karbon bagian-bagian
tanaman, seperti batang dan daun adalah model dalam bentuk hubungan Dbh-H
bp
-karbon batangdaun diameter-tinggi bebas pelepah-karbon batangdaun. Kecuali pada model penduga massa karbon pelepah yang dapat dijelaskan lebih baik
dalam bentuk hubungan Dbh-karbon pelepah diameter-karbon pelepah. Sehingga model alometrik terpilih penduga massa karbon pada bagian batang tanaman sawit di
areal perkebunan PT. Putri Hijau adalah C = 9,908e
-5
D
0,963
H
bp 1,544
dan bagian daun adalah
C = 1,0617D
0,005
H
bp 0,212
, sedangkan pada bagian pelepah adalah C = 33,016-0,782D+0,007D
2
.
Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 15, bahwa model alometrik terpilih sebagai penduga massa karbon tanaman sawit adalah C = 0,001559D
0,948
H
bp 1,154
dengan nilai R-sq sebesar 84,4, simpangan baku S sebesar 0,14, dan nilai P sebesar 0,004. Nilai R-sq sebesar 84,4 menujukkan bahwa sebesar 84,4 proporsi
keragaman nilai peubah massa karbon dapat dijelaskan oleh nilai peubah diameter D dan tinggi bebas pelepah tanaman H
bp
melalui hubungan linear. Sisanya sebesar 15,6 dijelaskan oleh hal-hal lain seperti seperti luas permukaan daun, kemampuan
fotosintesis, dan pertumbuhan biomassa. Melalui uji nyata P, model alometrik C = 0,001559D
0,948
H
bp 1,154
memiliki nilai signifikansi sebesar 0,004. Pada tingkat kepercayaan 95, menunjukkan bahwa
nilai P 0,05. Hal ini menyimpulkan bahwa peubah diameter dan tinggi bebas pelepah berpengaruh nyata terhadap persamaan massa karbon tanaman sawit. Sehingga
bentuk persamaan
penduga massa
karbon tanaman
sawit yaitu
C = 0,001559D
0,948
H
bp 1,154
dapat diterapkan. Dengan membandingkan model penduga biomassa dan massa karbon
tanaman sawit pada Tabel 14 dan 16, dapat ditarik kesimpulan bahwa model penduga biomassa dan massa karbon terpilih tanaman sawit menggunakan model non linear
dua peubah bebas diameter dan tinggi bebas pelepah D, H
bp
yang dirumuskan dalam persamaan umum
Ŷ = ß D
ß1
H
bp ß2
. Berbeda halnya dengan penelitian
Muhdi et al. 2014 pada perkebunan kelapa sawit di Sumatera Utara yang memilih persamaan alometrik biomassa terbaik yang menggunakan peubah bebas diameter
tanaman saja, yaitu W = 0,003D
2,761
. Perbedaan ini bisa disebabkan oleh perbedaan pola sebaran tanaman dan diameter di lokasi penelitian karena kondisi tempat tumbuh
yang mempengaruhi pertumbuhan dan kerapatan tegakan. Berdasarkan hasil analisis
statistik model penduga biomassa dan massa karbon tanaman sawit pada Tabel 13 dan 15, nilai koefisien determinasi tertinggi dari kedua model biomassa dan massa karbon
tanaman terpilih yaitu sebesar R-Sq = 84,4, nilai P terkecil 0,004, dan S terkecil 0,14. Hal ini menunjukkan bahwa model tersebut telah memenuhi kriteria
pemilihan model secara statistik dan dapat dipilih sebagai model alometrik terbaik. Dalam pemilihan model alometrik terbaik, selain melihat pertimbangan nilai
R-sq dan nilai simpangan baku S, kepraktisan dalam penggunaan model yang memanfaatkan data peubah bebas juga perlu dipertimbangkan. Jika model yang
menggunakan peubah bebas diameter tanaman menghasilkan nilai R-sq dan simpangan baku S yang tidak terlalu jauh dibandingkan dengan model terpilih yang
menggunakan peubah bebas diameter dan tinggi tanaman, maka dipandang dari segi kepraktisan sebaiknya memilih model dengan peubah diameter saja. Demikian halnya
antara model yang menggunakan peubah tinggi bebas pelepah H
bp
dengan model yang menggunakan peubah tinggi total tanaman H.
Dalam penelitian ini, seperti yang disajikan pada Tabel 13 dan 15 hasil analisis model penduga biomassa dan massa karbon tanaman kelapa sawit, model dengan
peubah diameter saja ternyata memiliki nilai R-sq yang rendah dan simpangan baku S yang tinggi jika dibandingkan dengan model yang menggunakan peubah diameter
dan tinggi tanaman. Sehingga meskipun model dengan peubah diameter dianggap praktis, namun apabila kurang akurat untuk menduga biomassa dan massa karbon
tanaman sawit, maka tidak cocok untuk dipilih. Pengukuran tinggi bebas pelepah H
bp
tidak terlalu sulit jika dibandingkan dengan pengukuran tinggi total tanaman H. Umumnya pengukuran tinggi total
tanaman lebih sulit dilakukan, dimana kemungkinan terjadinya kesalahan sangat
besar dengan kerapatan vegetasi yang tinggi. Adiriono 2009 menyatakan ada beberapa faktor yang dapat mengakibatkan kesalahan dalam kegiatan pengukuran
tinggi tanaman, yaitu: 1. Kesalahan melihat puncak tanaman dikarenakan kondisi tanaman yang rapat
sehingga puncak tanaman tidak terlihat. 2. Tanaman yang akan diukur posisinya miring atau condong. Kesalahan ini dapat
diminimumkan dengan membuat garis tegak lurus terhadap arah condong dan melakukan pengukuran dari garis tersebut.
3. Jarak antara pengukur dengan tanaman yang diukur tidak horizontal, biasanya terjadi pada kondisi lapangan yang miring 15.
4. Tingkat keakuratan alat pengukuran, dimana tiap-tiap alat pengukuran tinggi memiliki keakuratan yang berbeda-beda.
Dalam penelitian ini, tinggi bebas pelepah tanaman sawit diukur dengan cara mengukur sebelum dan setelah tanaman direbahkan ke tanah, sehingga
kesalahan tersebut dapat diusahakan seminimal mungkin. Sedangkan pengukuran tinggi total tanaman kurang tepat diperhitungkan diakibatkan rebahnya bagian
pelepah tanaman mengarah pada topografi yang curam sehingga pengukuran sulit dilakukan. Namun, dalam penelitian ini model alometrik terpilih tidak
menggunakan peubah tinggi total tanaman sehingga kesalahan yang terlalu besar dalam menduga biomassa total dan massa karbon total perkebunan PT. Putri Hijau
dapat dihindari. Untuk pengukuran diameter tanaman dilakukan dengan cara melilitkan phiband ke batang utama setinggi 1,3 m tanpa berganti pengukur
kemudian nilai keliling tanaman tersebut dikonversi untuk mendapatkan data diameter tanaman di lapangan.
Selain persamaan regresi yang telah terbentuk, juga harus adanya pertimbangan mengenai kenormalan dari nilai sisaan terpenuhi sebagai salah satu
asumsi model regresi tersebut dapat dipergunakan dengan baik. Oleh sebab itu perlu dilihat apakah nilai sisaan tersebut menyebar normal atau tidak. Uji visual kenormalan
sisaan persamaan dapat dilihat pada gambar berikut. Nilai sisaan dikatakan menyebar secara normal apabila antara nilai sisaan dengan probability normal-nya membentuk
pola garis linear melalui pusat sumbu seperti yang disajikan pada Gambar 9 dan 10.
Gambar 9. Visualisasi Plot Uji Kenormalan Sisaan Persamaan Alometrik Terbaik Biomassa Tanaman Sawit Elaeis guineensis Jacq.
Gambar 9 menujukkan bahwa pola penyebaran data biomassa tanaman sawit yang dihasilkan membentuk garis lurus, maka syarat data sisaan yang menyebar
secara normal terpenuhi. Interpretasi grafik probability plot PP plot data sampel berada di sekitar garis lurus expected value, ini menunjukkan bahwa data menyebar
normal. Nilai harapan expected value merupakan nilai yang diharapkan mendekati nilai populasi sebenarnya.
W = 0.00597D
1.000
H
bp 1.142
R-Sq = 82.6 S = 0.005
Gambar 10. Visualisasi Plot Uji Kenormalan Sisaan Persamaan Alometrik Terbaik Massa Karbon Tanaman Sawit Elaeis guineensis Jacq.
Gambar 10 menujukkan bahwa pola penyebaran data massa karbon tanaman sawit yang dihasilkan membentuk garis lurus, maka syarat data sisaan yang menyebar
secara normal terpenuhi. Interpretasi grafik probability plot PP plot data sampel berada di sekitar garis lurus expected value, ini menunjukkan bahwa data menyebar
normal. Nilai harapan expected value merupakan nilai yang diharapkan mendekati nilai populasi sebenarnya.
D. Potensi Biomassa dan Karbon Perkebunan Kelapa Sawit PT. Putri Hijau