Tujuan Penelitian Tinjauan Pustaka

commit to user 6 jika air irigai sulit atau tidak dapat diperoleh dari jaringan irigasi maka petani harus menggunakan pompa air untuk mencukupi kebutuhan air tanaman padi yang nilainya jauh lebih besar dibandingkan iuran irigasi. Berdasarkan uraian tersebut, permasalahan yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut : 1. Apakah produktivitas lahan usahatani padi sawah irigasi bagian hulu lebih tinggi dibandingkan produktivitas lahan usahatani padi sawah irigasi bagian hilir Daerah Irigasi Bapang Kabupaten Sragen? 2. Apakah pendapatan usahatani padi sawah irigasi bagian hulu lebih tinggi dibandingkan pendapatan usahatani padi sawah irigasi bagian hilir Daerah Irigasi Bapang Kabupaten Sragen? 3. Apakah usahatani padi sawah irigasi bagian hulu lebih efisien dibandingkan usahatani padi sawah irigasi bagian hilir Daerah Irigasi Bapang Kabupaten Sragen? 4. Apakah usahatani padi sawah irigasi bagian hulu lebih memberikan kemanfaatan dibandingkan usahatani padi sawah irigasi bagian hilir Daerah Irigasi Bapang Kabupaten Sragen?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini antara lain sebagai berikut : 1. Mengetahui dan membandingkan produktivitas lahan usahatani padi sawah irigasi bagian hulu dengan produktivitas lahan usahatani padi sawah irigasi bagian hilir Daerah Irigasi Bapang Kabupaten Sragen. 2. Mengetahui dan membandingkan pendapatan usahatani padi sawah irigasi bagian hulu dengan pendapatan usahatani padi sawah irigasi bagian hilir Daerah Irigasi Bapang Kabupaten Sragen. 3. Mengetahui dan membandingkan efisiensi usahatani padi sawah irigasi bagian hulu dengan efisiensi usahatani padi sawah irigasi bagian hilir Daerah Irigasi Bapang Kabupaten Sragen. 4. Mengetahui dan membandingkan kemanfaatan usahatani padi sawah irigasi bagian hulu dengan kemanfaatan usahatani padi sawah irigasi bagian hilir Daerah Irigasi Bapang Kabupaten Sragen . commit to user 7

D. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini antara lain sebagai berikut : 1. Bagi peneliti, penelitian ini dilaksanakan untuk menambah wawasan tentang penelitian dan melengkapi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Bagi pemerintah, sebagai sumbangan pemikiran dan bahan pertimbangan pengambilan kebijakan dalam upaya pembangunan sektor pertanian, terutama dalam penyediaan kebutuhan air untuk tanaman komoditas pertanian melalui pembangunan dan rehabilitasi saluran irigasi 3. Bagi petani, khusus di Daerah Irigasi Bapang Kabupaten Sragen sebagai salah satu bahan evaluasi untuk perbaikan dalam pengelolaan irigasi. 4. Bagi pihak lain, sebagai bahan informasi dan referensi dalam penelitian selanjutnya. commit to user

II. LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Penelitian Terdahulu Dampak pembangunan jaringan irigasi terhadap usahatani padi sawah dapat diketahui berdasarkan hasil penelitian oleh Dwi Haryono 2004 dengan judul “Dampak Pembangunan Jaringan Irigasi Terhadap Produksi, Pendapatan dan Distribusi Pendapatan” yang mengambil lokasi penelitian di Daerah Irigasi DI Punggur Utara Kabupaten Lampung Tengah, Provinsi Lampung dan mempergunakan data sekunder mengenai analisis usahatani padi dari Dinas Pengairan Kabupaten Lampung Tengah sebelum pembangunan jaringan irigasi tahun 19911992 dan Lembaga Penelitian Universitas Lampung setelah pembangunan jaringan irigasi tahun 19961997, dapat diketahui bahwa dengan dibangunnya jaringan irigasi mampu meningkatkan jumlah penggunaan input produksi. Penggunaan benih meningkat dari 28,84 KgHa menjadi 57,67 KgHa, pupuk dari 227,74 KgHa menjadi 455,48 KgHa, dan pestisida dari 1,39 gbaHa menjadi 2,78 gbaHa. Konsekuensi logis dari peningkatan input produksi ini adalah terjadinya peningkatan produktivitas padi sawah hampir dua kali lipat, dari 1.408,90 KgHa menjadi 2.617,81 KgHa. Peningkatan produktivitas padi sawah tersebut diikuti dengan peningkatan pendapatan usahatani padi sawah, yaitu dari Rp 216.308,13Ha menjadi Rp1.211.219,35Ha. Pembangunan jaringan irigasi sebagai suatu teknologi baru, secara ekonomis juga layak untuk dilakukan. Hal ini dapat dilihat dari nilai BC rasio sebesar 1,99 1 yang berarti kemanfaatan usahatani padi yang diberikan kepada petani setelah pembangunan irigasi lebih tinggi daripada sebelum pembangunan irigasi. Selanjutnya untuk mengetahui kondisi jaringan irigasi di Daerah Irigasi Bapang, dapat diketahui berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh I’ied Tunas Atmaja 2009 yang berjudul “Evaluasi dan Peningkatan 8 commit to user 9 Kinerja Jaringan Irigasi Bapang Kabupaten Sragen”. Daerah Irigasi DI Bapang terletak dalam Wilayah Kerja Administrasi Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen. DI Bapang berada di bawah pengelolaan Satuan Kerja DPS Daerah Pengelolaan Sungai Cemoro, Balai PSDA Pengelola Sumber Daya Air Bengawan Solo, Dinas PSDA Propinsi Jawa Tengah. Fungsi DI Bapang adalah untuk mengairi sawah di Kecamatan Plupuh dan Kecamatan Tanon. Dalam perkembangannya kerusakan yang terjadi di DI Bapang juga tidak dapat diabaikan. Kerusakan-kerusakan yang terdapat di DI Bapang antara lain pendangkalan saluran irigasi yang diakibatkan oleh sedimentasi. Longsornya saluran irigasi serta kerusakan pada bangunan utama, bangunan pengambilan, bagi dan sadap. Namun demikian dana rehabilitasi dari pemerintah yang tersedia belum tentu mencukupi untuk seluruh kebutuhan sehingga diperlukan analisis prioritas. Kondisi usahatani padi sawah di bagian hulu dan bagian hilir yang dipengaruhi oleh perbedaan ketersediaan air irigasi dapat digambarkan berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Fatimah Rambe yang berjudul “Analisis Komparatif Usahatani Padi Sawah antara Petani Pengguna Pompa Air dan Petani Pengguna Irigasi pada Lahan Irigasi di Kabupaten Deli Serdang”. Hasil penelitian tersebut, diketahui rata-rata biaya usahatani padi dengan pompa air Rp 5.400.870,00Ha lebih besar daripada rata-rata biaya usahatani padi irigasi Rp 5.170.720,00Ha. Rata-rata produktivitas padi sawah dengan pompa air sebesar 7.505,09 KgHa lebih rendah daripada rata-rata produktivitas padi usahatani padi irigasi sebesar 9.577 KgHa. Rata-rata penerimaan usahatani padi dengan pompa air, Rp 8.282.780,00Ha lebih rendah dari rata-rata penerimaan usahatani padi irigasi sebesar Rp 10.712.360,00Ha, menyebabkan rata-rata pendapatan bersih usahatani padi dengan pompa air Rp 2.881.910,00Ha lebih rendah dari rata-rata pendapatan bersih usahatani padi irigasi Rp 5.541.670,00. commit to user 10 2. Tanaman Padi Oryza sativa L. Tanaman padi merupakan tanaman semusim, termasuk golongan rumput-rumputan dengan klasifikasi sebagai berikut : Kingdom : Plantae Divisio : Spermatophyta Subdiviso : Angiospermae Kelas : Monotyledonae Ordo : Poales Famili : Gramineae Poaceae Genus : Oryza Species : Oryza spp. Terdapat 25 species Oryza, dua di antaranya ialah : Oryza sativa L. Dan Oryza glaberima Steund Sedangkan subspecies Oryza sativa L, dua di antaranya ialah : a. Indica padi bulu b. Sinica padi cere, dahulu dikenal Japonica. Anonim, 1990 : 172. Tumbuhan padi adalah tumbuhan yang tergolong tanaman air waterplant. Sebagai tanaman air bukan berarti tanaman padi itu hanya bisa tumbuh di atas tanah yang terus menerus digenangi air, baik penggenangan itu terjadi secara alamiah sebagaimana terjadi pada tanah rawa-rawa, maupun penggenangan itu disengaja sebagaimana terjadi pada tanah-tanah sawah. Dengan megahnya juga tanaman padi itu dapat tumbuh di tanah daratan atau tanah kering, asalkan curah hujan mencukupi kebutuhan tanaman akan air Siregar, 1981 : 39. 3. Sawah Menurut Wirawan dalam Pasandaran 1991 : 41, sawah adalah lahan usahatani yang secara fisik permukaannya rata, dibatasi oleh pematang yang berfungsi untuk menahan dan mengatur permukaan air guna tujuan pengusahaan tanaman padi. Pada lahan sawah, padi merupakan tanaman utama. Tanaman pangan lain diusahakan sebagai tanaman ikutan. commit to user 11 Areal persawahan menurut pengairannya dapat dibagi dalam beberapa golongan, yaitu : 1. Sawah Irigasi, yaitu sawah yang memperoleh kebutuhan akan airnya dari saluran irigasi yang diselenggarakan oleh Dinas Irigasi dan Departemen Pekerjaan Umum 2. Sawah Irigasi Desa, yaitu sawah yang memperoleh kebutuhan akan airnya dari saluran-saluran bandar-bandar parit-parit yang diselenggarakan dan dipelihara oleh masyarakat desa petani di suatu daerah tertentu 3. Sawah Irigasi Hilir, atau di luar Jawa dan Madura disebut “sawah berbandar langit”, yaitu sawah yang memperoleh kebutuhan airnya semata-mata dari curah hujan Siregar, 1981 : 269 4. Irigasi Definisi irigasi atau pengairan adalah suatu usaha untuk memberikan air guna keperluan pertanian, pemberian mana dilakukan secara tertib dan teratur untuk daerah pertanian yang membutuhkannya dan kemudian setelah air itu dipergunakan sebaik-baiknya secara tertib dan teratur pula mengalirnya ke saluran pembuangan air Siregar, 1981 : 269 Air irigasi merupakan sumberdaya pertanian yang sangat strategis. Berbeda dengan input lain seperti pupuk ataupun pestisida yang dimensi peranannya relatif terbatas pada proses produksi yang telah dipilih, peranan air irigasi mempunyai dimensi yang lebih luas. Sumberdaya ini tidak hanya mempengaruhi produktivitas tetapi juga mempengaruhi spektrum pengusahaan komoditas pertanian. Oleh karena itu kinerja irigasi bukan hanya berpengaruh pada pertumbuhan produksi pertanian tetapi juga berimplikasi pada strategi pengusahaan komoditas pertanian dalam arti luas Sumaryanto, 2006 Suatu sistem produksi pertanian khususnya produksi tanaman pangan yang tangguh perlu didukung oleh sistem irigasi yang tangguh. Suatu sistem irigasi yang tangguh mempunyai ciri-ciri keterandalan, ketahanan, kemantapan dan keluwesan dalam menangani berbagai gejolak commit to user 12 yang terjadi, baik dari dalam maupun dari luar sistem irigasi yang bersangkutan. Gejolak-gejolak yang terjadi apabila tidak dapat diatasi dapat menurunkan tingkat keragaan di bawah suatu ambang keragaan yang ditentukan dalam sistem irigasi Pasandaran, 1991 : 23. Menurut Wirawan dalam Pasandaran 1991 : 148, dilihat dari segi konstruksi jaringan irigasinya, Direktorat Jendral Pengairan mengklasifikasikan sistem irigasi menjadi 4 macam, yaitu : a. Irigasi sederhana, yaitu sistem irigasi yang konstruksinya dilakukan dengan sederhana tidak dilengkapi dengan pintu pengaturan dan alat pengukuran sehingga air irigasinya tidak dapat diatur dan tidak terukur, dan disadari efisiensinya rendah. b. Irigasi setengah teknis, yaitu suatu sistem irigasi dengan konstruksi pintu pengatur dan alat ukur pada bangunan pengambil saja, sehingga air hanya teratur dan terukur pada bangunan pengambilan saja dan diharapkan efisiensinya sedang. c. Irigasi teknis yaitu suatu sistem irigasi yang dilengkapi alat pengatur dan pengukur air pada bangunan pengambilan, bangunan bagi dan bangunan sadap sehingga air terukur dan teratur sampai bangunan bagi dan sadap, diharapkan efisiensinya tinggi. d. Irigasi teknis maju yaitu sistem irigasi yang airnya dapat diatur dan teratur pada seluruh jaringan dan diharapkan efisiensinya tinggi sekali. Pada saat ini yang ada di lapang adalah irigasi teknis, setengah teknis dan sederhana, sedangkan irigasi teknis maju belum ada. Menurut Dibyo Prabowo dalam Mardikanto 1994 : 21, berbagai faktor yang menyebabkan terjadinya pemborosan dalam penggunaa air pengairan irigasi oleh petani, yakni sebagai berikut : a. Faktor ekonomi : keroyalan petani dalam menggunakan air karena tidak perlu “membayar” b. Faktor fisik : rusaknya beberapa bangunan dan saluran serta alat-alat pengukur pengairan commit to user 13 c. Faktor sosial institusionil : kurangnya integritas pejabat setempat untuk meningkatkan efisiensi penggunaan air irigasi di wilayahnya. 5. Produksi dan Produktivitas Produksi adalah suatu proses dimana beberapa barang dan jasa yang disebut input diubah menjadi barang dan jasa lain yang disebut output. Hubungan antara input dan output ini dapat diberi ciri dengan menggunakan suatu fungsi produksi. Bishop dan Taussaint, 1979 : 47 Menurut Mubyarto 1989 : 68, Produktivitas dapat pula diartikan sebagai efisiensi usaha fisik yaitu banyaknya hasil produksi fisik yang ddapat diperoleh dari satu kesatuan faktor produksi input. Usahatani yang produktif berarti usahatani itu produktivitasnya tinggi. Pengertian produktivitas ini merupakan penggabungan antara konsepsi efisiensi usaha fisik dengan kapasitas tanah, secara matematis dapat dituliskan : garapan lahan Luas usahatani produksi Hasil Lahan tas Produktivi = 6. Biaya, Penerimaan dan Pendapatan Usahatani a. Biaya Usahatani Menurut Hadisapoetra 1973 : 6, biaya yang digunakan dalam usahatani dapat dibedakan atas : 1 Biaya alat-alat luar, yaitu semua pengorbanan yang diberikan dalam usahatani untuk memperoleh pendapatan kotor, kecuali bunga seluruh aktiva yang dipergunakan dan biaya untuk kegiatan pengusaha keuntungan pengusaha dan upah tenaga keluarga sendiri. Biaya alat-alat luar terdiri dari : a Jumlah upah tenaga kerja luar yang berupa uang, bahan makanan, perumahan, premi, dan lain-lain b Pengeluaran-pengeluaran untuk benih, pupuk, obat-obatan, dan pengeluaran-pengeluaran lain yang berupa uang, misalnya untuk pajak, pengangkutan, dan sebagainya c Pengeluaran tertentu berupa bahan untuk kepentingan usahatani, misalnya untuk slametan dan sebagainya commit to user 14 d Pengurangan dari persediaan akhir tahun e Penyusutan, yaitu pengganti kerugian atau pengurangan nilai disebabkan karena waktu dan cara penggunaan modal tetap seperti bangunan-bangunan, alat-alat dan mesin-mesin, ternak, dan sebagainya. 2 Biaya mengusahakan, yaitu biaya alat-alat luar ditambah dengan upah tenaga keluarga sendiri, yang diperhitungkan berdasarkan upah yang dibayarkan kepada tenaga luar. 3 Biaya menghasilkan, yaitu biaya mengusahakan ditambah dengan bunga dari aktiva yang dipergunakan di dalam usahatani. b. Penerimaan Usahatani Menurut Bishop dan Toussaint 1979 : 67, sekali suatu fungsi produksi fisik diperoleh, jumlah penerimaan yang akan diterima dari suatu proses produksi tertentu dapat ditentukan dengan mengalikan jumlah hasil produksi yang dihasilkan dengan harga produksi tersebut. Pernyataan tersebut dapat dinyatakan dalam rumus sebagai berikut : TR = Y x Py dimana : TR : total penerimaan total revenue Y : produksi yang diperoleh dalam suatu usahatani Py : harga produksi c. Pendapatan Usahatani Menurut Soekartawi 2001 : 60 pendapatan diperoleh dari total penerimaan dikurangi dengan total biaya dalam suatu proses produksi. Pendapatan usahatani dapat dirumuskan sebagai berikut : Pd = TR – TC, dimana : Pd : pendapatan usahatani TR : total penerimaan total revenue TC : total biaya total cost commit to user 15 7. Efisiensi dan Kemanfaatan Usahatani a. Efisiensi Usahatani Efisiensi pada umumnya menunjukkan perbandingan antara nilai-nilai output terhadap nilai-nilai input. Suatu metode produksi dikatakan lebih efisien daripada yang lain apabila metode itu menghasilkan output yang lebih tinggi nilainya untuk per kesatuan input yang digunakan Bishop dan Toussaint, 1979 : 48. RC ratio adalah perbandingan antara total penerimaan dengan total biaya. Semakin besar RC ratio maka akan semakin besar pula keuntungan yang diperoleh petani Soekartawi, 2001 : 62. RC ratio dirumuskan sebagai berikut : C R Ratio C R = , dimana R = Besarnya penerimaan usahatani C = Besarnya biaya usahatani Dengan kriteria jika nilai RC ratio 1, maka usahatani telah efisien dan jika nilai RC ratio ≤ 1, maka usahatani tidak efisien Menurut Mubyarto 1989 : 70 apabila hasil bersih usahatani besar maka ini mencerminkan rasio yang baik dari nilai hasil dan biaya. Makin tinggi rasio ini berarti usahatani yang dilakukan makin efisien. b. Kemanfaatan Usahatani Kemanfaatan usahatani dapat diketahui dengan menggunakan Net Benefit-Cost Ratio Net BC Ratio. Menurut Kadariah 1988, Net Benefit-Cost Ratio Net BC Ratio menunjukkan gambaran berapa kali lipat benefit dapat diperoleh dari cost yang dikelurkan, sehingga Net Benefit-Cost Ratio Net BC Ratio dirumuskan sebagai berikut : Net B C Ratio = C B , dimana : B = Pendapatan bersih C = Biaya commit to user 16 Kriteria Net BC Ratio adalah jika nilai Net BC Ratio lebih dari satu 1 maka usahatani layak dijalankan memberikan kemanfaatan sedangkan jika nilai Net BC Ratio kurang dari satu 1 maka usahatani tidak layak dijalankan tidak memberikan kemanfaatan.

B. Kerangka Teori Pendekatan Masalah