Tabel 2. Sistem penilaian derajat diferensiasi KSS rongga mulut dengan parameter Bryne.
21
Parameter morfologi
Skor 1
2 3
4
Derajat keratinisasi
50 berkeratinisasi
20-50 berkeratinisasi
5-20 berkeratinisasi
0-5 berkeratinisasi
Pleomorphisme inti
Sedikit Sedang
Banyak Sangat
banyak
Bentuk invasi
Mendorong, berbatas tegas
Berinfiltrasi, bentuk
benang padat Kumpulan
sel-sel kecil yang
berinfiltrasi Kumpulan
sel-sel kecil tersebar luas
dan berinfiltrasi
Infiltrasi limphoplas-
masistik
Berat Sedang
Ringan Tidak ada
2.1.2 Etiologi
Penyebab karsinoma sel skuamosa yang pasti belum diketahui. Penyebabnya diduga berhubungan dengan bahan karsinogen dan faktor predisposisi. Kanker rongga
mulut memiliki penyebab yang multifaktorial dan suatu proses yang terdiri dari beberapa langkah yang melibatkan inisiasi, promosi dan perkembangan tumor.
Faktor-faktor etiologi tersebut tidak bekerja secara terpisah, kombinasi dari berbagai faktor sering ditemukan bersama-sama. Secara garis besar, etiologi kanker rongga
mulut dapat dikelompokkan atas faktor lokal, faktor luar, dan faktor pejamu host.
2,5
Faktor lokal seperti iritasi kronis umumnya dapat menyebabkan kanker seperti trauma mekanis dari gigitiruan yang tidak pas, restorasi yang tidak tepat, oral hygiene
yang buruk dan tepi-tepi gigi yang tajam. Faktor luar meliputi kebiasaan merokok dan minum alkohol. Asap rokok mengandung bahan karsinogen nitrosamine dan
alkohol menyebabkan rasa panas yang mempengaruhi selaput lendir mulut.
Universitas Sumatera Utara
Terjadinya rangsangan menahun menyebabkan kerusakan jaringan berulang-ulang sehingga mengganggu keseimbangan sel dan terjadinya displasia. Selain itu, sinar
ultraviolet UV seringkali dianggap sebagai faktor penting yang dapat menyebabkan mutasi gen jika terpapar untuk jangka waktu yang panjang. Infeksi virus dan jamur
yang tidak sembuh-sembuh meskipun telah diobati juga dapat menyebabkan kanker apabila infeksi tersebut berkelanjutan dalam jangka waktu yang panjang sehingga
memicu terjadinya karsinoma. Faktor host seperti nutrisi yang dikonsumsi dapat mempengaruhi terjadinya kanker seperti kekurangan zat anti-oksidan seperti Vitamin
A, C dan E. Selain itu, unsur lain seperti usia, jenis kelamin, imunologi dan genetik seseorang dapat juga meningkatkan risiko terjadinya kanker.
2,5
2.1.3 Patogenesis dan Siklus Sel
KSS muncul sebagai akibat dari berbagai kejadian molekular yang menyebabkan kerusakan genetik yang mempengaruhi kromosom dan gen, yang
akhirnya menuju kepada perubahan DNA. Akumulasi perubahan tersebut memicu terjadinya disregulasi sel pada batas dimana terjadinya pertumbuhan otonom dan
perkembangan yang invasif. Proses neoplastik mula-mula bermanifestasi secara intraepitel dekat membran dasar sebagai suatu hal yang fokal, kemudian terjadi
pertumbuhan klonal keratinosit sel yang berubah secara berlebihan, menggantikan epitelium normal. Setelah beberapa waktu atau beberapa tahun, terjadi invasi
membran dasar jaringan epitel menandakan awal kanker invasif.
5,26
Karsinogenesis merupakan proses genetik yang memicu perubahan morfologi dan tingkah laku seluler. Analisis perubahan di tingkat molekuler dapat menjadi alat
diagnosis utama dan pemandu untuk melakukan perawatan, karena perubahan morfologis terjadi setelah adanya perubahan genetik. Kanker dan lesi prekanker
rongga mulut berkembang sebagai akibat dari siklus sel yang tidak terkontrol dikarenakan multiple mutations. Proto-onkogen, Tumor supresor gen TSG, dan
molekul gatekeeper cyclins dan CDK merupakan kelompok gen DNA perbaikan yang dapat bermutasi di karsinoma sel skuamosa.
25
Universitas Sumatera Utara
Siklus sel normal dikendalikan oleh suatu kelompok protein yang secara umum disebut cyclin. Siklus berlangsung melalui fase mitosis M, gap-1 G1, sintesis DNA
fase S, gap-2 G2, mitosis M dan seterusnya. Sel anak hasil mitosis secara teratur masuk ke siklus dalam fase G1, sebagian sel anak masuk ke fase istirahat G0. Sel
pada fase G0 dapat aktif kembali masuk ke fase G1 siklus sel. Masuknya kelompok sel ke fase istirahat, kemudian aktif kembali menyebabkan proses regenerasi tubuh
berlangsung cepat.
27
Masing-masing fase memiliki fungsi untuk mengaktivasi dan melengkapi fase sebelumnya, dan siklus sel akan berhenti jika fungsinya sudah terganggu. Diantara
G1S terdapat checkpoint untuk memonitor DNA sebelum replikasi dan G2M untuk memonitor DNA setelah replikasi. Checkpoint dilakukan oleh Tumor supresor gen
TSG salah satunya gen p53 atau dikenal sebagai master guardian of the genome dan merupakan unsur utama dalam memelihara keseimbangan genetik. Fungsi gen p53
mendeteksi sintesis DNA yang salah atau kerusakan DNA kemudian menginduksi gen reparasi DNA serta menginduksi apoptosis.
27
Gambar 4. Skema ilustrasi p53 checkpoint
27
Universitas Sumatera Utara
Pada gambar di atas Gambar 4 menunjukkan internal control checkpoint. Terdapat dua checkpoint inti, satu terdapat pada masa transisi antara G1S checkpoint
dan G2M checkpoint yang berfungsi untuk memeriksa kerusakan DNA, jika ditemukan adanya kerusakan, maka sirkulasi sel akan melambat, waktu ini akan
digunakan untuk memperbaiki DNA yang rusak, jika tidak dapat diperbaiki maka jalan untuk terjadinya apoptosis akan aktif dan DNA yang rusak akan dihancurkan.
Gen p53 seharusnya merangsang p21 menekan semua cyclin dependent kinase agar cyclin tidak bekerja, sehingga siklus sel akan terhenti. Pada saat terhentinya siklus sel
akan memberikan waktu terjadinya perbaikan DNA sehingga dapat dihindari terbentuknya sel yang mengandung defek DNA.
27
2.2 Onkogen