BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan rancangan deskriptif analitik dengan pendekatan cross-sectional yang dimana setiap sampel diperiksa satu kali dan pada suatu saat
tertentu.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran USURSUP Haji Adam Malik Medan.
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dimulai dari bulan April 2014 sampai Juni 2014 yang mencakup pengumpulan data, pengumpulan sampel, penelitian, pengolahan data dan hasil
penelitian.
3.3 Populasi, Sampel, dan Besar Sampel Penelitian 3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini mencakup sediaan blok parafin yang berasal dari jaringan biopsi rongga mulut yang telah didiagnosa secara histopatologi dengan
pewarnaan HE KSS rongga mulut pada laboratorium Patologi Anatomi FK USURSUP Haji Adam Malik Medan.
3.3.2 Sampel
Sampel penelitian ini adalah sediaan blok parafin yang berasal dari biopsi jaringan rongga mulut yang sesuai dengan kriteria inklusi dan ekslusi yang sesuai
dengan perhitungan besar sampel penelitian.
Universitas Sumatera Utara
3.3.3 Besar Sampel
Penentuan jumlah sampel menggunakan rumus Penaksiran Proporsi Populasi dengan ketelitian absolut Absolute Precision dengan teknik sampling, consecutive
sampling yaitu non-random sampel yang seperti convenience sampling kecuali consecutive sampling sampel yang tersedia mempunyai kriteria yang telah ditentukan
sampai mencapai besar sampel yang telah ditentukan.
38
Jumlah sampel yang diperlukan berdasarkan hasil perhitungan dengan melihat proporsi yang digunakan pada kasus ini adalah sebesar 50 dengan tingkat
kemaknaan 0,05 dan interval kepercayaan 90 dari tabel yang didapatkan Zα = 1,64.
Keterangan: n = jumlah proporsi
Zα = tingkat kepercayaan 90 Z skor = 1,64 P = proporsi seluruh lesi, bila tidak ada dianggap 50 atau 0,5
d = ketepatan 15
Hasil perhitungan: n = 1,64
2
x 0,5 x 0,5 0,15
2
n = 29,8
Jumlah minimal sampel yang diperlukan adalah 30 sampel KSS rongga mulut.
n = Zα
2
.p 1-p d
2
Universitas Sumatera Utara
3.4 Kriteria Inkusi dan Ekslusi 3.4.1 Kriteria Inklusi
- Blok paraffin yang telah didiagnosa sebagai KSS rongga mulut. - Pengambilan spesimen blok paraffin dari tahun 2009-2013.
- Data rekam medis dari tahun 2009-2013 yang terdiri dari: diagnosa histopatologi, umur pasien, jenis kelamin dan lokasi lesi.
3.4.2 Kriteria Ekslusi
- Blok paraffin KSS rongga mulut yang telah rusak.
3.5 Kerangka Operasional
Blok paraffin dari biopsi lesi rongga mulut di Lab Patologi FK USURSUP Haji Adam Malik Medan yang
didiagnosa secara histopatologi dengan pewarnaan HE sebagai KSS rongga mulut
Pemotongan blok parafin
Perhitungan titik-titik hitam dalam nukleus secara acak pada 100 nuklei di
bawah mikroskop cahaya Olympus CX21 100x
Hasil Pengamatan mAgNOR
Pewarnaan Hematoxylin-Eosin HE Pewarnaan AgNOR
-KSS diferensiasi baik -KSS diferensiasi menengah
-KSS diferensiasi buruk
Universitas Sumatera Utara
3.6 Variabel Penelitian 3.6.1 Variabel Bebas
Karsinoma sel skuamosa rongga mulut.
3.6.2 Variabel Terikat
Hasil distribusi frekuensi mean titik-titik hitam NOR dalam nuklei.
3.6.3 Variabel Terkendali
1. Blok paraffin KSS rongga mulut tahun 2009-2013. 2. Processing laboratorium pewarnaan HE dan histokimia.
3. Data rekam medis pasien dari tahun 2009-2013. 4. Keterampilan operator.
Variabel bebas
Karsinoma sel skuamosa KSS rongga mulut
Variabel terikat
Hasil mean titik-titik hitam NOR dalam nukleus pada
tipe differensiasi KSS rongga mulut
Variabel terkendali
- Blok paraffin karsinoma skuamosa sel rongga mulut tahun 2009-2013.
- Processing laboratorium untuk pewarnaan AgNOR.
- Data rekam medis pasien dari tahun 2009-2013. - Keterampilan operator.
Universitas Sumatera Utara
3.7 Definisi Operasional Blok paraffin merupakan hasil dari proses embedding jaringan-jaringan
biopsi atau lesi keganasan rongga mulut dari operasi dari tahun 2009-2013 yang dikirim ke bagian patologi.
KSS rongga mulut adalah keganasan yang berasal dari sel skuamosa
rongga mulut dimana terdapatnya kelainan seluler yang berupa diskontinuitas membran basalis oleh kelompokan sel-sel tumor yang meluas sampai ke jaringan ikat
dengan ukuran sel beragam, mitosis meningkat, perubahan ukuran dan bentuk inti sel.
Pewarnaan HE
merupakan suatu pewarnaan histokimia yang digunakan untuk mewarnai jaringan histologi agar berbagai unsur jaringan jelas terlihat dan
dapat dibedakan. Hasil pewarnaan HE dapat membantu dalam menilai derajat keganasan suatu karsinoma dengan menilai karakteristik jaringan tersebut.
Derajat diferensiasi KSS dapat dibagi kepada tiga jenis yaitu KSS
berdiferensiasi baik, sedang, dan buruk. Derajat diferensiasi KSS dinilai dengan sistem Bryne menurut karakteristik morfologi masing-masing kategori. Penilaian
hasil derajat diferensiasi KSS adalah melalui skor, yaitu, skor 4-8 diferensiasi baik, skor 9-12 diferensiasi sedang, dan skor 13-16 diferensiasi buruk. KSS diferensiasi
baik selalunya mempunyai keratinisasi yang lebih dari 50, mengandung sel yang mirip sel matur normal asal jaringan pleomorphisme sel ringan dan sel limfosistik
yang banyak. KSS diferensiasi sedang mempunyai keratinisasi yang lebih kurang dari KSS berdiferensiasi baik atau tidak berkeratin, pleomorphisme sel yang sedang dan
sel limfosistik yang sedang. KSS diferensiasi buruk mayoritasnya tidak berkeratin, pleomorphisme sel berat, sel mirip primitif dan tidak spesifik serta sel limfosistik
ringan.
Pewarnaan AgNOR merupakan suatu pewarnaan histokimia dimana larutan
perak nitrat berikatan pada bagian nucleolar organizing region NOR yang bersifat argyrofilik dan pewarnaan ini merupakan suatu marker atau petanda proliferasi sel.
Penilaian hasil pewarnaan AgNOR adalah tampilan titik-titik kecoklatan atau hitam pada inti sel epitel yang dilihat dengan menggunakan mikroskop cahaya Olympus
CX21.
Universitas Sumatera Utara
3.8 Alat dan Bahan 3.8.1 Alat-alat Penelitian