Kekakuan Upah Wage Rigidity Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja

Tenaga kerja L diukur dengan tingkat upah yang diberikan kepada pekerja W sedangkan untuk modal K diukur dengan tingkat suku bunga r. TC = r t K t + W t L t …………………………………………………… 2.4 dengan mensubstitusi persamaan 1, 3, 4 ke persamaan 2 maka diperoleh : W t L t = p t . fL t, K t – r t K t – π t ……………………..………………. 2.5 L t = [p t . fL t , K t ]W t – r t K t W t – π t W t …………………………… 2.6 di mana L t adalah permintaan tenaga kerja, W t adalah upah tenaga kerja, Pt adalah harga jual barang per unit, K t adalah Kapital Investasi, r t adalah tingkat suku bunga, dan Q t adalah output PDRB. Semua variabel tersebut diukur pada waktu tertentu. Berdasarkan persamaan di atas dapat diketahui bahwa permintaan tenaga kerja L t merupakan fungsi dari tingkat upah W. Hukum permintaan tenaga kerja pada hakekatnya adalah semakin rendah upah tenaga kerja maka semakin banyak permintaan tenaga kerja tersebut. Apabila upah yang diminta besar, maka pengusaha akan mencari tenaga kerja lain yang upahnya lebih rendah dari yang pertama. Hal ini karena dipengaruhi oleh banyak faktor, yang di antaranya adalah besarnya jumlah angkatan kerja yang masuk ke dalam pasar tenaga kerja, upah dan skill yang dimiliki oleh tenaga kerja tersebut.

2.5. Kekakuan Upah Wage Rigidity

Teori kekakuan upah wage rigidity menyatakan bahwa salah satu penyebab masalah pengangguran adalah upah, yaitu ketika terjadi kekakuan upah wage rigidity di mana upah gagal bergerak menuju posisi keseimbangan pada pasar tenaga kerja Mankiw, 2003. Gambar 2.4 menunjukkan mengapa kekakuan upah menyebabkan pengangguran. Ketika upah riil berada di atas tingkat yang menyeimbangkan penawaran dan permintaan, jumlah tenaga kerja yang ditawarkan melebihi jumlah yang diminta. Perusahaan harus menjatah pekerjaan yang langka di antara para pekerja. Kekakuan upah riil mengurangi tingkat perolehan kerja dan mempertinggi tingkat pengangguran. W L 1 L Sumber : Mankiw 2003 Gambar 2.4 Kekakuan Upah Menyebabkan Pengangguran Struktural Pengangguran yang disebabkan oleh kekakuan upah dan penjatahan pekerjaan disebut pengangguran struktural Structural Unemployment. Para pekerja tidak dipekerjakan bukan karena mereka aktif mencari pekerjaan yang paling cocok dengan keahlian mereka, tetapi karena pada tingkat upah yang berlaku, penawaran tenaga kerja melebihi permintaannya. Para pekerja ini hanya menunggu pekerjaan yang akan tersedia Mankiw, 2003. Jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan Jumlah tenaga kerja yang ingin bekerja

2.6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja

Menurut Sumarsono 2003 dalam Subekti 2007, permintaan tenaga kerja berkaitan dengan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan oleh suatu lapangan usaha. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan tenaga kerja adalah tingkat upah, nilai produksi dan investasi. Perubahan pada faktor- faktor tersebut akan mempengaruhi jumlah tenaga kerja yang diserap suatu lapangan usaha. Tingkat upah akan mempengaruhi tingkat biaya produksi. Apabila digunakan asumsi bahwa tingkat upah naik, maka akan terjadi hal- hal sebagai berikut : a. Naiknya tingkat upah akan meningkatkan biaya produksi yang selanjutnya meningkatkan harga per unit barang yang diproduksi. Biasanya konsumen akan merespon cepat bila terjadi kenaikan harga barang, yaitu mengurangi konsumsi atau bahkan tidak lagi membeli barang yang bersangk utan. Akibatnya banyak barang yang tidak terjual dan terpaksa produsen menurunkan jumlah produksinya. Turunnya target produksi mengakibatkan berkurangnya tenaga kerja yang dibutuhkan. Turunnya jumlah kebutuhan tenaga kerja karena turunnya skala produksi disebut efek skala produksi atau scale effect. b. Apabila upah naik asumsi harga barang-barang modal lainnya tidak berubah, maka pengusaha ada yang lebih suka menggunakan teknologi padat modal untuk produksinya dan mengganti kebutuhan tenaga kerja dengan barang- barang modal seperti mesin dan lainnya. Turunnya jumlah kebutuhan tenaga kerja karena penggantian atau penambahan mesin- mesin disebut efek substitusi tenaga kerja substitution effect. Nicholson 1999 dalam teori Pasar Tenaga Kerja dan Dampak Upah Minimum menjelaskan bahwa tenaga kerja dalam perekonomian ditentukan oleh permintaan dan penawaran tenaga kerja. Keseimbangan mekanisme pasar kerja ini akan menghasilkan tingkat upah dan tenaga kerja keseimbangan. Kenaikan dalam penawaran tenaga kerja yang didorong oleh bertambahnya angkatan kerja akan menyebabkan penurunan dalam tingkat upah dan kenaikan dalam penyerapan tenaga kerja. Pergeseran keseimbangan pasar kerja ini didasarkan pada asumsi, jika sektor riil memiliki rencana untuk melakukan ekspansi p roduksi. Namun jika sektor riil mengalami kelesuan yang ditandai dengan banyaknya perusahaan yang keluar dari pasar barang dan jasa, maka akan menyebabkan penurunan tingkat dan penurunan penyerapan tenaga kerja. Sehingga akan ada sejumlah pekerja yang keluar dari perusahaan dimana mereka bekerja atau akan ada pekerja yang menganggur. Pemerintah biasanya mengeluarkan kebijakan di pasar kerja berupa penetapan upah minimum. Berdasarkan teori, Jika pemerintah menetapkan upah minimum yang lebih tinggi dari sebelumnya, maka akan menimbulkan excess di pasar kerja karena kenaikan tingkat upah menyebabkan kenaikan biaya produksi sektor riil, maka sektor riil akan mengurangi pemakaian tenaga kerja. Sementara itu, kenaikan upah tersebut akan direspon secara positif oleh angkatan kerja sehingga penawaran tenaga kerja akan meningkat. Walaupun demikian pada tingkat upah minimum tersebut penyerapan tenaga kerja pada sektor riil hanya lebih sedikit dari pengurangan jumlah tenaga kerja sehingga kebijakan ini menyebabkan peningkatan jumlah pengangguran. Nilai produksi adalah tingkat produksi atau keseluruhan jumlah barang yang merupakan hasil akhir proses produksi pada suatu unit usaha yang selanjutnya akan dijual atau sampai ke tangan konsumen. Apabila permintaan hasil produksi perusahaan atau industri meningkat, produsen cenderung untuk menambah kapasitas produksinya. Untuk maksud tersebut produsen akan menambah penggunaan tenaga kerjanya. Perubahan yang mempengaruhi permintaan hasil produksi, antara lain adalah naik turunnya permintaan pasar akan hasil produksi dari perusahaan yang bersangkutan, tercermin melalui besarnya volume produksi, dan harga barang-barang modal yaitu nilai mesin atau alat yang digunakan dalam proses produksi Sudarsono, 1988 dalam Subekti, 2007. Nilai output suatu daerah diperkirakan akan mengalami peningkatan hasil produksi dengan bertambahnya jumlah perusahaan yang memproduksi barang yang sama. Para pengusaha akan membutuhkan sejumlah uang yang akan diperoleh dengan tambahan perusahaan tersebut, de mikian juga dengan tenaga kerja. Perusahaan yang jumlahnya lebih besar akan menghasilkan output yang besar pula, sehingga semakin banyak jumlah perusahaanunit yang berdiri maka akan semakin banyak kemungkinan untuk terjadi penamba han output produksi Matz, 1990 dalam Subekti, 2007. Menurut Sudarsono 1988 dalam Subekti 2007, perubahan faktor-faktor lain yang mempengaruhi permintaan hasil produksi, antara lain adalah naik turunnya permintaan pasar akan hasil produksi dari perusahaan yang bersangkutan, tercermin melalui besarnya volume produksi, dan harga barang- barang modal yaitu nilai mesin atau alat yang digunakan dalam proses produksi. Lain halnya dengan Simanjuntak 1985 yang menyatakan bahwa pengusaha memperkerjakan seseorang karena itu membantu memproduksi barangjasa untuk dijual kepada konsumen. Oleh karena itu, kenaikan permintaan pengusaha terhadap tenaga kerja, tergantung dari kenaikan permintaan masyarakat akan barang yang diproduksi. Investasi dapat diartikan sebagai pengeluaran atau pembelanjaan penanaman-penanaman modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang modal, mesin- mesin dan perlengkapan-perlengkapan produksi yang yang akan dioperasikan oleh tenaga manusia untuk menambah kemampuan memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam perekonomian Sukirno, 1997 dalam Subekti 2007. Sedangkan menurut Dumairy 1996 investasi adalah penambahan barang modal secara neto positif. Seseorang yang membeli barang modal tetapi ditujukan untuk mengganti barang modal yang telah mengalami kerusakan dalam proses produksi bukanlah merupakan investasi, tetapi disebut dengan pembelian barang modal untuk mengganti replacement. Pembelian barang modal ini merupakan investasi pada waktu yang akan datang. Oleh karena itu, investasi yang dilakukan dalam rangka penyediaan barang-barang modal seperti mesin dan perlengkapan produksi untuk meningkat hasil output akan meningkatkan penyerapan tenaga kerja karena barang-barang modal tersebut membutuhkan tenaga manusia untuk mengoperasikannya. Semakin besar investasi yang dilakukan akan semakin banyak tenaga kerja yang diminta, terutama investasi yang bersifat padat karya. Dengan demikian besarnya nilai investasi akan menentukan besarnya penyerapan tena ga kerja. Sebagaimana yang telah dijelaskan bahwa investasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi permintaan tenaga kerja, maka investasi memiliki peran yang sangat penting dalam pembangunan nasional, khususnya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Investasi merupakan salah satu komponen dari pembentukan pendapatan nasional atau PDB, sehingga pertumbuhan investasi akan berdampak pada pertumbuhan pendapatan nasional. Dengan memperhitungkan efek pengganda, maka besarnya persentase pertumbuhan ekonomi yang ditimbulkan menjadi lebih besar dari besarnya persentase pertumbuhan investasi Mankiw, 2003. Nilai investasi ini ditetapkan atas dasar nilai atau harga dari kondisi mesin dan peralatan pada saat pembelian. Menurut Sukirno 1997 dalam Subekti 2007 usaha untuk mencatat nilai penanaman modal yang dilakukan dalam suatu tahun tertentu yang digolongkan sebagai investasi atau penanaman modal meliputi pengeluaran atau pembelanjaan sebagai berikut : a. Pembelanjaan pokok berbagai jenis barang modal yaitu mesin dan peralatan produksi lainnya untuk mendirikan berbagai jenis industri dan perusahaan. b. Pembelanjaan penunjang untuk membangun rumah tempat tinggal, bangunan kantor, bangunan pabrik dan lainnya. Berbeda dengan yang dilakukan oleh para konsumen ruma h tangga yang membelanjakan sebagian besar dari pendapatannya untuk membeli barang dan jasa yang dibutuhkan, penanam modal melakukan investasi bukan untuk memenuhi kebutuhan tapi untuk mencari keuntungan yang sebesar-besarnya. Dengan demikian banyaknya keuntungan yang akan diperoleh besar sekali peranannya dalam menentukan tingkat investasi yang dilakukan oleh para pengusaha. Selain sebagai harapan di masa depan untuk memperoleh keuntungan, terdapat beberapa faktor yang akan menentukan tingkat investasi yang akan dilakukan oleh penanam modal dalam suatu perekonomian. Faktor-faktor tersebut adalah : a. Tingkat keuntungan investasi yang diramalkan akan diperoleh. b. Tingkat bunga. c. Ramalan mengenai keadaan ekonomi dimasa akan datang. d. Tingkat pendapatan nasional dan perubahan-perubahannya. e. Keuntungan yang diperoleh perusahaan. Investasi membutuhkan stabilitas di bidang hukum, politik, ekonomi, sosial, budaya dan keamanan. Kepastian di bidang hukum akan memberikan kemudahan bagi perkembangan ekonomi dan membantu para pelaku usaha dalam mengambil keputusan ekonomi. Semakin besar tingkat kepastian, maka semakin memungkinkan suatu perusahaan untuk melakukan investasi baik dalam skala rendah, menengah bahkan skala tinggi. Begitu pula sebaliknya, kecilnya tingkat kepastian akan mengakibatkan kurangnya investasi.

2.7. Penelitian Terdahulu

Dokumen yang terkait

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Pertanian Di Sumatera Utara

10 132 106

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan tenaga kerja sektor industri di Kota Bogor

2 12 77

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYERAPAN TENAGA KERJA DI PROVINSI JAWA TENGAH ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYERAPAN TENAGA KERJA DI PROVINSI JAWA TENGAH.

2 9 17

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYERAPAN TENAGA KERJA DI PROVINSI JAWA TENGAH ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYERAPAN TENAGA KERJA DI PROVINSI JAWA TENGAH.

0 2 15

PENDAHULUAN ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYERAPAN TENAGA KERJA DI PROVINSI JAWA TENGAH.

0 2 9

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYERAPAN TENAGA KERJA DI EKS KARESIDENAN Analisis Faktor Faktor yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja di Eks Karesidenan Surakarta Tahun 2006 2013.

0 3 15

Analisis Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja Di Eks Karesidenan Surakarta Tahun 2006 – 2013 Analisis Faktor Faktor yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja di Eks Karesidenan Surakarta Tahun 2006 2013.

0 3 16

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYERAPAN TENAGA KERJA DI KARESIDENAN SURAKARTA TAHUN 2000 2008

0 2 101

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYERAPAN TENAGA KERJA SEKTOR INDUSTRI DI SUMATERA UTARA.

0 2 29

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYERAPAN TENAGA ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYERAPAN TENAGA KERJA DI KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 1985 - 2004.

0 0 12