peranannya dalam menentukan tingkat investasi yang dilakukan oleh para pengusaha. Selain sebagai harapan di masa depan untuk memperoleh keuntungan,
terdapat beberapa faktor yang akan menentukan tingkat investasi yang akan dilakukan oleh penanam modal dalam suatu perekonomian. Faktor-faktor tersebut
adalah : a. Tingkat keuntungan investasi yang diramalkan akan diperoleh.
b. Tingkat bunga. c. Ramalan mengenai keadaan ekonomi dimasa akan datang.
d. Tingkat pendapatan nasional dan perubahan-perubahannya. e. Keuntungan yang diperoleh perusahaan.
Investasi membutuhkan stabilitas di bidang hukum, politik, ekonomi, sosial, budaya dan keamanan. Kepastian di bidang hukum akan memberikan
kemudahan bagi perkembangan ekonomi dan membantu para pelaku usaha dalam mengambil keputusan ekonomi. Semakin besar tingkat kepastian, maka semakin
memungkinkan suatu perusahaan untuk melakukan investasi baik dalam skala rendah, menengah bahkan skala tinggi. Begitu pula sebaliknya, kecilnya tingkat
kepastian akan mengakibatkan kurangnya investasi.
2.7. Penelitian Terdahulu
Situmorang 2005 menganalisis tentang elastitisitas kesempatan kerja terhadap pertumbuhan ekonomi, upah minimum, dan suku bunga di Indonesia
selama tahun 1990-2003. Kesempatan kerja atau permintaan kerja dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi dan upah minimum. Suku bunga tidak berpengaruh
nyata terhadap kesempatan kerja.
Respon kesempatan kerja terhadap pertumbuhan ekono mi bersifat elastis, sedangkan respon kesempatan kerja terhadap upah minimum bersifat inelastis, di
mana kenaikan pertumbuhan ekonomi sebesar 1 persen dengan asumsi tidak ada perubahan dalam upah minimum akan menyerap kesempatan kerja sebesar 0,2
persen, sedangkan kenaikan upah minimum sebesar 1 persen dapat meningkatkan kesempatan kerja sebesar 0,026 persen. Respon kesempatan kerja terhadap output
yang bersifat sangat elastis terjadi di sektor industri dan sektor lainnya yang mencakup sektor listrik, gas dan air. Sedangkan respon kesempatan kerja di sektor
jasa terhadap outputnya hanya memiliki sifat elastis. Respon kesempatan kerja terhadap upah minimum yang bersifat elastis terjadi di sektor pertanian, keuangan,
dan sektor angkutan. Respon kesempatan kerja di sektor bangunan memiliki sifat yang sangat elastis. Respon kesempatan kerja terhadap suku bunga dengan sifat
elastis terjadi di sektor pertanian, industri, jasa dan sektor lainnya. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa kenaikan upah minimum
berdampak negatif terhadap penyerapan tenaga kerja di sektor formal perkotaan, dengan perkecualian bagi pekerja kerah putih white collar worker. Temuan yang
tidak kalah pentingnya adalah dampak negatif dari upah minimum sangat dirasakan oleh kelompok yang rentan terhadap perubahan kondisi pasar tenaga
kerja, seperti pekerja perempuan, pekerja muda usia, dan pekerja berpendidikan rendah. Sedangkan pekerja kerah putih adalah satu-satunya kategori pekerja yang
diuntungkan dari kenaikan upah minimum dalam hal penyerapan tenaga kerja. Hal ini menunjukkan adanya efek substitusi dari upah minimum terhadap penyerapan
tenaga kerja dari berbagai jenis pekerja.
Prihartanti 2007 dalam penelitiannya tentang faktor- faktor yang mempengaruhi penyerapan tenaga kerja sektor indus tri di kota Bogor dengan
menggunakan analisis regresi linear berganda dengan metode OLS Ordinary Least Squares menyimpulkan bahwa pada kurun waktu tahun 1994 hingga 2005
faktor- faktor yang mempengaruhi penyerapan tenaga kerja di kota Bogor adalah upah, investasi, PDRB riil, jumlah unit usaha, dan krisis ekonomi yang terjadi
pada saat itu. Upah memberikan hasil yang negatif terhadap penyerapan tenaga kerja, hal ini berarti ketika terjadi peningkatan upah mengakibatkan penurunan
jumlah tenaga kerja yang diserap. Investasi, PDRB, jumlah unit usaha, serta krisis memberikan pengaruh positif terhadap penyerapan tenaga kerja. Hal ini
menunjukkan bahwa setiap terjadi peningkatan pada variabel- variabel tersebut, maka akan meningkatkan penyerapan tenaga kerja pada sektor industri di kota
Bogor. Berdasarkan penelitian Das 2004 tentang dampak kebijakan upah
minimum terhadap pasar tenaga kerja di negara- negara sedang berkembang terutama yang berpendapatan rendah, sebagian besar angkatan kerja bekerja di
sektor formal dan upah minimum secara keseluruhan tidak hanya berdampak terhadap lapangan kerja, tetapi juga berimplikasi mendorong para pekerja keluar
dari sektor formal dan ke dalam sektor formal, terutama untuk kelompok pekerja yang rentan, seperti para pekerja berketerampilan, berkeahlian dan berpengalaman
rendah, para pekerja di bawah usia kerja usia muda dan para wanita. Penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa jika upah minimum dinaikkan melebihi tingkat
yang sedang, maka ia akan mengurangi jumlah pekerja yang usia muda, pekerja
yang berketerampilan rendah dan pekerja wanita, namun ada peningkatan pekerja yang ahli, terampil dan berpengalaman. Dampak-dampak ini khususnya tampak di
perusahaan-perusahaan kecil. Di banyak negara berkembang, peningkatan jumlah para pekerja pemuda yang akan memasuki pasar tenaga kerja diseimbangkan.
Terakhir, berdasarkan penelitian dari lembaga peneliti SEMERU 2001 tentang dampak kebijakan upah minimum terhadap tingkat upah dan penyerapan
tenaga kerja di daerah perkotaan Indonesia, kenaikan tingkat upah minimum akan mengurangi sebagian tenaga kerja untuk digantikan dengan pekerja kerah putih.
Hal ini juga menunjukkan bahwa setelah adanya kenaikan upah minimum perusahaan mengubah proses produksi yang padat tenaga kerja dengan proses
produksi yang lebih padat modal dan lebih menuntut keterampilan. Karena adanya saling keterkaitan antara modal dan keterampilan, maka proporsi pekerja kerah
putih yang lebih tinggi menandai adanya pemanfaatan teknologi yang lebih padat modal.
2.8. Kerangka Pe mikiran Penelitian