ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYERAPAN TENAGA KERJA DI KARESIDENAN SURAKARTA TAHUN 2000 2008

(1)

commit to user

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PENYERAPAN TENAGA KERJA DI KARESIDENAN

SURAKARTA TAHUN 2000-2008

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Persyaratan Guna Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas

Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta

Disusun Oleh

NAMA : Danang Pratomo NIM : F 1106023

JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA


(2)

(3)

(4)

commit to user

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan untuk:

Ø Kedua orang tua

ku tercinta

Ø Almamaterku

Ø Angkatan 2006


(5)

commit to user

HALAMAN MOTTO

Berusahalah untuk tidak menjadi manusia yang berhasil, melainkan berusahalah menjadi manusia yang berguna.

(Albert Einsten)

Jadilah kamu manusia, dimana saat kelahiranmu semua orang tersenyum hanya kamu sendiri yang menangis. Kemudian saat hari kematianmu, semua orang

menangis hanya kamu sendiri yang tersenyum (Mahatma Gandhi)

Tolong menolonglah kamu dalam hal kebajikan dan bertaqwa, serta jangan tolong menolong dalam hal dosa dan kejahatan.


(6)

commit to user

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja di Karesidenan Surakarta Tahun 2000-2008”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat guna mencapai gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penulisan skripsi ini membahas tentang pentingnya peranan investasi daerah, pengeluaran pemerintah daerah, dan ekspor daerah terhadap penyerapan tenaga kerja di Karesidenan Surakarta. Meskipun dengan data dan informasi yang terbatas, penulis tetap berusaha untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini terdapat banyak kekurangan, maka dari itu penulis dengan besar hati menerima kritik dan saran yang membangun untuk memperkaya isi penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi, penulis dibantu oleh banyak pihak. Tanpa bantuan dari berbagai pihak tersebut, penulis yakin penulisan skripsi ini tidak akan berhasil. Maka dalam kesempatan ini, dengan penuh kerendahan hati dan rasa yang tulus, penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. M.Com, Ak. Bambang Sutopo, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.


(7)

commit to user

2. Drs. Kresno Sarosa Pribadi, M.Si selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Dr. Guntur Riyanto, M.Si selaku pembimbing skripsi yang telah menyediakan waktu dan pikirannya untuk memberikan bimbingan dan arahan sehingga skripsi ini dapat tersususn.

4. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta beserta staff dan karyawan yang telah memberikan ilmu, bimbingan, arahan dan pelayanan kepada penulis.

5. Kedua orang tua dan keluarga besar yang senantiasa selalu mendoakan, memberi dorongan dan bimbingan kepada penulis.

6. Teman-teman Ekonomi Pembangunan angkatan 2006 Non Reguler terimakasih atas segala bantuan dan dukungannya.

7. Teman-teman New 202 : Arip, Yoga, Damar, Libe, Simbah, dan Ghandy. Terima kasih atas hiburan dan sarannya.

8. Ayu Widhyani, terima kasih telah memberikan semangat juang pada ku. 9. Dan semua pihak yang telah membantu dan mendorong penulis dalam

penyusunan skripsi ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Semoga penulisan skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.

Surakarta, Maret 2011


(8)

commit to user

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

ABSTRAK ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING iii

HALAMAN PENGESAHAN TIM PENGUJI iv

HALAMAN PERSEMBAHAN v

HALAMAN MOTTO vi

KATA PENGANTAR vii

DAFTAR ISI ix

DAFTAR TABEL xi

DAFTAR GAMBAR xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1

B. Perumusan Masalah 6

C. Tujuan Penelitian 6

D. Manfaat Penelitian 7

BAB II PENELITIAN SEBELUMNYA DAN LANDASAN TEORI

A. Landasan Teori 8

1. Tenaga Kerja

a. Konsep Permintaan Tenaga Kerja 8

b. Konsep Tenaga Kerja 13

2. Investasi

a. Definisi Investasi 17

b. Macam-macam Investasi 18

c. Peran Investasi 19

3. Pengeluaran Pemerintah

a. Pengeluaran Rutin Pemerintah 20

b. Pengeluaran Pembangunan 21

4. Ekspor

a. Definisi Ekspor 21

b. Aneka Cara Ekspor 22

B. Penelitian Sebelumnya 24

C. Kerangka Pemikiran 30

D. Hipotesis 32

BAB III METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian 33

B. Jenis Dan Sumber Data 33

C. Variabel Penelitian 34

D. Metode Analisis Data 35

E. Tehnik Analisis Data

1. Metode Data Panel 35

2. Estimasi Model Data Panel 37


(9)

commit to user 4. Uji Statistik

a. Uji t (Uji parsial) 39

b. Uji f (Uji simultan) 40

c. Koefisien Determinasi (R2) 42

5. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Multikolinieritas 43

b. Uji Heterokedastisitas 44

c. Uji Autokorelasi 45

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL

A. Gambaran umum

1. Kota Surakarta 47

2. Kabupaten Boyolali 48

3. Kabupaten Sukoharjo 50

4. Kabupaten Wonogiri 51

5. Kabupaten Karanganyar 53

6. Kabupaten Klaten 55

7. Kabupaten Sragen 56

B. Analisis Deskripsi Variabel Penelitian

1. Variabel Penyerapan Tenaga Kerja 59

2. Variabel Investasi 61

3. Variabel Pengeluaran Pemerintah 63

4. Variabel Ekspor 65

C. Deskripsi Data 66

D. Analisis Data dan Pembahasan Hasil Penelitian 67

1. Hasil Estimasi Model Regresi 68

a. Pendekatan Pooled OLS 68

b. Pendekatan Fixed Effect 69

2. Pemilihan Metode Estimasi Data Panel 71 3. Uji Statistik

a. Uji t (Uji Parsial) 72

b. Uji F (Uji Simultan) 74

c. Koefisien Determinan R2 76

4. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Multikolinieritas 77

b. Uji Heteroskedastisitas 78

c. Uji Autokorelasi 79

5. Pembahasan Hasil Penelitian 81

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan 87

B. Saran 88

DAFTARPUSTAKA


(10)

commit to user

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Jumlah Penduduk Se-Karesidenan Surakarta 3

Tabel 4.1 Data Jumlah Penduduk Kota Surakarta 48

Tabel 4.2 Data Jumlah Penduduk Kabupaten Boyolali 50 Tabel 4.3 Data Jumlah Penduduk Kabupaten Sukoharjo 51 Tabel 4.4 Data Jumlah Penduduk Kabupaten Wonogiri 53 Tabel 4.5 Data Jumlah Penduduk Kabupaten Karanganyar 54 Tabel 4.6 Data Jumlah Penduduk Kabupaten Klaten 56 Tabel 4.7 Data Jumlah Penduduk Kabupaten Sragen 58 Tabel 4.8 Data Jumlah Angkatan Kerja Yang Bekerja 60 Tabel 4.9 Data Investasi Kota/Kabupaten Se-Karesidenan Surakarta 62 Tabel 4.10 Data Pengeluaran Pemerintah Kota/Kabupaten

Se-Karesidenan Surakarta 64

Tabel 4.11 Data Nilai Ekspor Kota/Kabupaten Se-Karesidenan

Surakarta 66

Tabel 4.12 Hasil Estimasi Data Panel pendekatan Pooled OLS 68 Tabel 4.13 Hasil Estimasi Data Panel pendekatan Fixed effect 70

Tabel 4.14 Hasil Uji Multikolinieritas 77

Tabel 4.15 Hasil Uji Heteroskedastisitas 78


(11)

commit to user

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran 32

Gambar 3.1 Daerah Kritis Uji t 40

Gambar 3.2 Daerah Kritis Uji F 42

Gambar 3.3 Daerah Ho Diterima dan Ditolak uji Autokorelasi

(Durbin-Watson) 45

Gambar 4.1 Daerah Penerimaan dan Penolakan Ho untuk Investasi Daerah 73 Gambar 4.2 Daerah Penerimaan dan Penolakan Ho untuk Pengeluaran

Pemerintah Daerah 73

Gambar 4.3 Daerah Penerimaan dan Penolakan Ho untuk Ekspor Daerah 74 Gambar 4.4 Daerah Penerimaan dan Penolakan uji F 75


(12)

commit to user

ii

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYERAPAN TENAGA KERJA DI KARESIDENAN SURAKARTA TAHUN 2000-2008

ABSTRAK

Danang Pratomo

F 1106023

Penduduk Se-Karesidenan Surakarta mengalami pertumbuhan penduduk yang relatif besar. Jumlah penduduk yang besar disatu sisi merupakan potensi Sumber Daya Manusia yang diandalkan, tetapi disisi lain juga merupakan masalah yang menimbulkan dampak besar bagi sektor ekonomi salah satunya adalah masalah pengangguran.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh investasi, pengeluaran pemerintah, dan ekspor terhadap penyerapan tenaga kerja di Karesidenan Surakarta. Penelitian ini merupakan penelitian yang berbentuk analisis kuantitatif mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan tenaga kerja dengan menggunakan data deret waktu (time series) antara tahun 2000-2008. Metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier data panel. Pengolahan data dengan menggunakan program Econometric Views (E-views) versi 4.0.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa, secara parsial investasi, pengeluaran pemerintah, dan ekspor berpengaruh positif dan signifikan. Secara simultan investasi, pengeluaran Pemerintah, dan ekspor berpengaruh signifikan. Berdasarkan hasil dari penelitian, maka diajukan rumusan rekomendasi atau saran adalah. Pemerintah Daerah di Karesidenan Surakarta hendaknya dapat menciptakan iklim investasi yang baik sehingga banyak investor yang menanamkan modalnya di daerah tersebut. Pemerintah Daerah di Karesidenan Surakarta hendaknya meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam menggunakan anggaran belanja pembangunan. Pemerintah Daerah di Karesidenan Surakarta hendaknya dapat mengembangkan sektor-sektor ekonomi yang strategis atau potensial dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekspor. Dalam penyerapan tenaga kerja hendaknya diutamakan penduduk usia kerja di daerah sendiri terlebih dahulu. Untuk peneliti selanjutnya hendaknya menyertakan variabel konsumsi dan impor sebagai variabel yang mempengaruhi penyerapan tenaga kerja.

Kata kunci : penyerapan tenaga kerja, investasi, pengeluaran pemerintah, ekspor, Karesidenan Surakarta.


(13)

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Dalam proses pembangunan suatu daerah menuntut peran serta secara aktif masyarakat sebagai penggerak utama pembangunan. Pemerintah berperan aktif dalam mendorong dan mengambil kebijakan terhadap jalannya pembangunan yang diwujudkan melalui perumusan, peraturan, pelaksanaan, dan pengawasan pembangunan serta mengarahkan kegiatan masyarakat dalam pembangunan. Pembangunan Nasional Indonesia berlandaskan pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, bertujuan untuk mewujudkan masyarakat adil dam makmur, merata, material, dan spiritual.

Proses pembangunan ekonomi biasanya tidak hanya ditandai dengan terjadinya perubahan pada struktur permintaan serta penawaran barang dan jasa yang diproduksi. Proses pembangunan ekonomi juga ditandai dengan terjadinya perubahan struktur penduduk dan ketenagakerjaan (Susanti, 2000:81).

Perubahan struktur penduduk didalam demografi dikenal dengan istilah transisi demografis. Istilah tersebut mengacu pada suatu proses pergeseran dari suatu keadaan dimana tingat kelahiran dan tingkat kematian ke keadaan dimana tingkat kelahiran dan tingkat kematian rendah. Apabila proses transisi ini dikaitkan dengan peningkatan pendapatan perkapita, maka pada awal proses pembangunan peningkatan pendapatan perkapita biasanya diikuti


(14)

commit to user

dengan penurunan angka kematian yang lebih cepat dari pada penurunan angka kelahiran. Penurunan angka kematian yang cepat ini disebabkan oleh membaiknya gizi masyarakat akibat dari pertumbuhan pendapatan masyarakat. Selain itu, peningkatan pendapatan masyarakat ini juga akan menyebabkan penerimaan pajak pemerintah meningkat dan hal ini tentu saja memungkinkan pemerintah untuk meningkatkan pengeluarannya di bidang kesehatan masyarakat (Susanti, 2000:83).

Penduduk mempunyai dua peranan penting dalam perekonomian, dalam konteks pasar berada disisi permintaan dan penawaran. Disisi permintaan, penduduk bertindak sebagai konsumen, sedangkan disisi penawaran penduduk bertindak sebagai produsen (Dumairy, 1999:68). Penduduk yang besar jumlahnya sebagai Sumber Daya Manusia yang potensial dan produktif didukung oleh kekayaan alam yang beraneka ragam merupakan modal dasar dalam pembangunan masyarakat adil dan makmur. Dalam rangka pemanfaatan dan pendayagunaan Sumber Daya Manusia dalam mengelola Sumber Daya Alam yang tersedia tersebut pertumbuhan ekonomi harus didukung oleh peningkatan produktivitas dan efisiensi serta Sumber Daya Manusia yang berkualitas.


(15)

commit to user

Tabel 1.1

Jumlah Penduduk Se-Karesidenan Surakarta

Tahun

Jumlah Penduduk Karesidenan Surakarta

2000 6249946

2001 6296398

2002 6332862

2003 6307785

2004 6348906

2005 6399354

2006 6410241

2007 6489221

2008 6596051

Sumber : Badan Pusat Statistik

Berdasarkan pada data tabel diatas, jumlah penduduk se-Karesidenan Surakarta dari tahun 2000 sampai tahun 2008 mengalami kenaikan. Pada tahun 2000 jumlah penduduk se-Karesidenan Surakarta berjumlah 6.249.946 jiwa. Kemudian pada tahun 2004 penduduk Surakarta berjumlah 6.348.906 jiwa dan pada tahun 2008 penduduk se-Karesidenan Surakarta berjumlah 6.596.051 jiwa. Sedangkan pada tahun 2003 jumlah penduduk se-Karesidenan Surakarta mengalami penurunan 6.307.785 jiwa.

Masalah yang dihadapi ketenagakerjaan meliputi, pertumbuhan jumlah penduduk tiap tahun, dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk tiap tahun, menyebabkan jumlah angkatan kerja juga meningkat. Peningkatan jumlah angkatan kerja tersebut, jika tidak diimbangi dengan penyediaan lapangan kerja yang memadai, tentunya akan menciptakan pengangguran. Masalah pengangguran tersebut merupakan masalah serius dalam bidang ketenagakerjaan karena pengangguran telah lama dipandang sebagai penyebab utama kemiskinan. Oleh karena itu, jumlah penduduk yang besar


(16)

commit to user

dan terus bertambah tiap tahunnya harus dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk pembangunan terutama penempatan tenaga kerja sebagai salah satu modal pembangunan.

Menurut (Simanjuntak, 1985), permintaan akan tenaga kerja didasarkan atas kemampuannya memproduksi barang dan jasa. Secara umum, permintaan akan tenaga kerja dipengaruhi oleh jumlah dan tingkat produksi. Semakin besar produk yang dihasilkan, maka akan semakin besar pula pendapatan yang diterima. Tingkat pendapatan yang tinggi mencerminkan jumlah barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu perekonomian berjumlah banyak. Pendapatan didaerah dinamakan PDRB (Produk Domestik Regional Bruto), jadi secara langsung permintaan tenaga kerja dipengaruhi oleh PDRB. Teori ini didukung oleh penelitian Nainggolan yang menganalisisa tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kesempatan kerja pada kabupaten/kota di Propinsi Sumatera Utara dengan PDRB sebagai variabel yang mempengaruhi kesempatan kerja.

Permintaan akan tenaga kerja secara langsung dipengaruhi oleh PDRB, sedangkan PDRB dipengaruhi oleh konsumsi rumah tangga, investasi, pengeluaran pemerintah, ekspor dan impor. Oleh karena itu secara tidak langsung permintaan akan tenaga kerja dipengaruhi oleh konsumsi rumah tangga, investasi, pengeluaran pemerintah, ekspor dan impor. Karena keterbatasan data dan waktu, maka penelitian dalam membahas faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan tenaga kerja di Karesidenan Surakarta tahun


(17)

commit to user

2000-2008 hanya dipengaruhi oleh investasi, pengeluaran pemerintah dan ekspor.

Menurut (Sukirno, 2000), kenaikan investasi akan meningkatkan permintaan agregat dan pendapatan nasional, maka peningkatan ini akan selalu diikuti oleh pertambahan dalam kesempatan kerja. Pertambahan barang modal sebagai akaibat dari investasi akan menambahkan kapasitas produksi di masa yang akan dating, perkembangan ini akan menstimular perubahan produksi nasional dan kesempatan kerja. Pengeluaran pemerintah merupakan salah satu aspek penggunaan sumber daya ekonomi yang secara langsung dikuasai dan dimiliki oleh pemerintah. Menurut (Susanti, 1995), alokasi anggaran untuk bantuan diprioritaskan untuk sektor-sektor yang dapat merangsang dan menimbulkan dampak kegiatan ekonomi secara lebih luas dan intensif. Pada nantinya pengeluaran pemerintah tersebut mengakibatkan pertumbuhan pada sektor industri sehingga dapat memperluas lapangan kerja. Ekspor adalah upaya melakukan penjualan komoditi yang kita miliki kepada bangsa lain atau negara lain, dengan mengharapkan pembayaran dalam valuta asing. Menurut (Djojohadikusumo dalam Boediono, 1995), tujuan dilakukannya perdagangan internasional salah satunya adalah untuk mengatasi hambatan ekonomi, terutama dalam upaya meningkatkan pendapatan dam memperluas kesempatan kerja.

Dilihat dari kondisinya, penduduk Karesidenan Surakarta mengalami pertumbuhan penduduk yang cukup besar. Jumlah penduduk yang besar disatu sisi merupakan potensi Sumber Daya Manusia yang dapat diandalkan,


(18)

commit to user

tetapi disisi lain juga merupakan masalah yang menimbulkan dampak besar di sektor ekonomi. Jika pertumbuhan angkatan kerja jauh lebih tinggi dari lapangan kerja baru yang tersedia, maka tingkat pengangguran secara fluktuasi cenderung relatif tinggi.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka diadakan penelitian mengenai faktor apa dan bagaimana faktor tersebut mempengaruhi penyerapan tenaga kerja di Karesidenan Surakarta. Adapun judul yang dipilih adalah :

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PENYERAPAN TENAGA KERJA DI KARESIDENAN SURAKARTA

TAHUN 2000-2008

B. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, dapat dirinci beberapa pokok permasalahan yang akan dibahas, meliputi :

1. Bagaimana pengaruh investasi daerah, pengeluaran pemerintah daerah, ekspor daerah secara parsial terhadap penyerapan tenaga kerja di Karesidenan Surakarta tahun 2000-2008 ?

2. Bagaimana pengaruh investasi daerah, pengeluaran pemerintah daerah, ekspor daerah secara simultan terhadap penyerapan tenaga kerja di Karesidenan Surakarta tahun 2000-2008 ?


(19)

commit to user

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengaruh investasi daerah, pengeluaran pemerintah daerah, ekspor daerah secara parsial terhadap penyerapan tenaga kerja di Karesidenan Surakarta tahun 2000-2008.

2. Untuk mengetahui pengaruh investasi daerah, pengeluaran pemerintah daerah, ekspor daerah secara simultan terhadap penyerapan tenaga kerja di Karesidenan Surakarta tahun 2000-2008.

D. MANFAAT PENELITIAN

Manfaat dari hasil penelitian ini adalah :

1. Memberikan gambaran yang jelas dari faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan tenaga kerja di Karesidenan Surakarta dengan membandingkan antara teori yang diperoleh dengan kenyataan sebenarnya di lapangan.

2. Memberikan sumbangan pemikiran kepada Pemerintah Daerah se-Karesidenan Surakarta dalam membuat kebijakan untuk menurunkan jumlah pengangguran di daerahnya.

3. Sebagai rujukan bagi para peneliti selanjutnya yang tertarik untuk melakukan penelitian tentang masalah ini.


(20)

commit to user

BAB II

LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN SEBELUMNYA

A. LANDASAN TEORI

1. Tenaga Kerja

a. Konsep Permintaan Tenaga Kerja

Permintaan pengusaha atas tenaga kerja berbeda dengan permintaan konsumen terhadap barang dan jasa. Seseorang membeli karena barang itu memberikan nikmat (utility) kepada orang tersebut. Akan tetapi pengusaha memperkerjakan seseorang karena orang tersebut dapat memproduksikan barang dan jasa untuk dijual kepada konsumen (Simanjuntak, 1985:74).

Permintaan dan penawaran merupakan dua mata bilah gunting yang dibutuhkan untuk menganalisir pasar, oleh karena itu selain penawaran harus dipahami pula tentang permintaan tenaga kerja. Analisis tenagakerja didasarkan atas asumsi bahwa permintaan tenaga kerja diturunkan dari permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa yang dibutuhkanya. Tenaga kerja diminta karena kemampuanya menghasilkan barang dan jasa. Dengan demikian, analisis permintaan tenaga kerja biasanya bertopang pada teori produktivitas tenaga kerja.

Produksi per satu unit tenaga kerja disebut juga produksi rata-rata masukan (PRTK-APL). Angka ini diperoleh dari hasil bagi volume produksi dengan kuantitas masukan yang digunakan untuk


(21)

commit to user

menghasilkan atau merupakan indeks kemampuan menghasilkan dari masukan yang dipakai. Bila disajikan dalam bentuk rumus, diperoleh:

Q PRTK = ---

TK Dimana :

PRTK = Produksi per unit tenaga kerja.

Q = Volume produksi yang dihasilkan sebagai akibat dari penggunaan tenaga kerja.

TK = Banyaknya tenaga kerja yang digunakan.

Produksi rata-rata akan menjadi lebih jelas bila dilihat dalam hubungannya dengan fungsi produksi, karena ada keterkaitan secara fungsional antara Q dan TK. Fungsi produksi merupakan hubungan teknis antara Q dan TK.

Dalam jangka pendek, hubungan antara Q yang dalam hal ini dicerminkan oleh PDRB dan TK secara simultan sebagai komponen perhitungan produktivitas, dilakukan dengan menganggap atau mengasumsikan bahwa tidak terjadi perubahan tehnologi dan modal. Selanjutnya rumus produksi marginal dapat ditulis sebagai :

cQ dQ yQ PM TK = --- = --- = --- cTK dTK yTK

Di mana :


(22)

commit to user c, d, y = Tanda perubahan.

Besarnya permintaan tenaga kerja dapat ditunjukan oleh jumlah orang bekerja pada suatu saat. Dengan demikian, jumlah orang bekerja merupakan kesempatan kerja (Alfred dalam Sudarsono, 1989).

Analisis permintaan tenaga kerja didasarkan atas asumsi bahwa permintaan pasar tenaga kerja diturunkan dari permintaan masyarakat atas barang dan jasa yang dibutuhkan. Tenaga kerja diminta karena kemampuannya memproduksi barang dan jasa, dengan demikian analisis mengenai permintaan tenaga kerja didasarkan pada produktivitasnya (Setianingrum, 2008:9).

DTK » PRODturunan……… (i)

DTK = f(QTP)………….….……….. (ii)

DTK = f(PDRB) )……..….……….. (iii)

PDRB = f( C, I, G, (X-M) )……… (iv) DTK = f(C, I, G, (X-M) ) ………… (v)

Dimana :

DTK = Permintaan tenaga kerja QTP = Kuantitas tingkat produksi

PDRB = Produk Domestik Regional Bruto C = Konsumsi

I = Investasi

G = Pengeluaran pemerintah X-M = Ekspor dan impor


(23)

commit to user

Secara umum, permintaan akan tenaga kerja dipengaruhi oleh jumlah tingkat produksinya (i). Semakin besar produk yang dihasilkan maka semakin besar pula pendapatan yang diterima (ii). Tingkat pendapatan yang tinggi mencerminkan jumlah barang dan jasa yang dihasilkan oleh perekonomian tersebut berjumlah banyak. Pendapatan yang diterima didaerah dinamakan PDRB (Produk Domestik Regional Bruto). Jadi permintaan tenaga kerja secara langsung dipengaruhi oleh PDRB (iii). Sedangkan PDRB dipengaruhi oleh konsumsi rumah tangga, investasi, pengeluaran pemerintah dan ekspor dan impor (iv). Oleh karena itu secara tidak langsung permintaan akan tenaga kerja juga dapat dipengaruhi oleh konsumsi rumah tangga, investasi,pengeluaran pemerintah dan ekspor dan impor (v) (Setianingrum, 2008:10).

b. Konsep Tenaga Kerja

1) Tenaga Kerja

Tenaga kerja mencakup penduduk yang sudah atau sedang bekerja, yang sedang mencari pekerjaan, dan yang melakukan kegiatan lain seperti bersekolah dan yang mengurus rumah tangga, walaupun sedang tidak bekerja, mereka dianggap secara fisik mampu dan sewaktu-waktu dapat ikut bekerja (Simanjuntak, 1985:2).

Tenaga kerja adalah penduduk dalam usia kerja (berusia 15-64 tahun) atau jumlah seluruh penduduk dalam suatu negara yang dapat memproduksi barang dan jasa jika ada permintaan terhadap tenaga


(24)

commit to user

kerja mereka, dan jika mereka mau berpartisipasi dalam aktivitas tersebut (Mulyadi, 2003:59).

2) Angkatan Kerja

Besarnya penyediaan atau supply tenaga kerja dalam masyarakat adalah jumlah orang yang menawarkan jasanya untuk proses produksi. Diantara mereka sebagian sudah aktif dalam kegiatannya yang menghasilkan barang atau jasa. Mereka dinamakan golongan yang bekerja atau employed persons. Sebagian lain tergolong yang siap bekerja da sedang berusaha mencari pekerjaan. Mereka dinamakan pencari kerja atau penganggur. Jumlah yang bekerja dan pencari kerja dinamakan angkatan kerja atau labor force. Jumlah orang yang bekerja tergantung dari besarnya permintaan atau demand dalam masyarakat. Permintaan tersebut dipengaruhi oleh kegiatan ekonomi dan tingkat upah (Simanjuntak, 1985:3).

a) Bekerja

Bekerja adalah mereka yang selama seminggu sebelum pencacahan melakukan pekerjaan dengan maksud untuk memperoleh penghasilan atau keuntungan, yang lamanya bekerja palaing sedikit satu jam selama seminggu yang lalu kontinyu (Setianingrum, 2008:11).


(25)

commit to user

(1) Bekerja Penuh

Bekerja penuh adalah mereka yang benar-benar bekerja secara penuh paling sedikit satu jam dalam seminggu sebelum pencacahan.

(2) Setengah Menganggur

Di negara-negara berkembang migrasi dari desa ke kota yang sangat pesat. Sebagai akibatnya tidak semua orang yang pindah ke kota dapat memperoleh pekerjaan dengan mudah. Sebagian terpaksa menganggur sepenuh waktu. Di samping itu ada pula yang tidak menganggur, tetapi tidak pula bekerja penuh waktu, dan jam kerja mereka jauh lebih rendah dari yang normal. Mereka mungkin hanya bekerja satu hingga dua hari seminggu, atau satu hingga empat jam sehari. Pekerja-pekerja yang mempunyai masa kerja seperti yang dijelaskan diatas digolongkan sebagai setengah menganggur atau underemployment (Sukirno, 2004:331). Pekerja setengah menganggur adalah perbedaan antara jumlah pekerjaan yang betul dikerjakan seseorang dalam pekerjaannya dengan jumlah pekerjaan secara normal mampu dan ingin dikerjakannya (Mulyadi, 2003:60).

(a) Setengah Pengangguran Kentara

Adalah jika seseorang bekerja tidak tetap (part time) diluar keinginannya sendiri, atau bekerja dalam waktu


(26)

commit to user

yang lebih pendek dari biasaya, kurang dari 35 jam dalam seminggu (Mulyadi, 2003:61).

(b) Setengah Pengangguran Tidak Kentara

Yaitu yang produktivitas kerja dan pendapatannya rendah. Jika seseorang bekerja secara penuh (full time) tetapi pekerjaannya itu dianggap tidak mencukupi, karena pendapatannya yang terlalu rendah atau pekerjaanya tidak memungkinkan orang tersebut untuk mengembangkan seluruh keahliannya (Mulyadi, 2003:61).

b) Mempunyai Pekerjaan Sementara Tidak Bekerja

Orang termasuk dalam kategori ini adalah mereka yang selama satu minggu pencacahan tidak melakukan pekerjaan atau bekerja kurang dari satu jam, antara lain :

(1) Pekerja tetap yaitu pegawai pemerintah atau swasta yang sedang tidak masuk kerja karena cuti, sakit, mogok, mangkir, atau perusahaan menghentikan kegiatan mereka.

(2) Petani-petani yang mengusahakan tanah pertanian yang tidak bekerja karena menunggu panen.

(3) Orang-orang yang bekerja di bidang keahlian, misalnya dokter, tukang cukur, dan lain sebagainya.


(27)

commit to user

c) Mencari Kerja atau Menganggur

Angkatan kerja yang sama sekali tidak bekerja atau melakukan suatu kegiatan ekonomi dan mereka berusaha mencari pekerjaan. Dapat digolongkan sebagai berikut:

(1) Mereka yang belum pernah bekerja atau pada saat pencacahan sedang berusaha mendapatkan pekerjaan.

(2) Mereka yang pernah bekerja tetapi pada saat pencacahan sedang menganggur atau berusaha mendapatkan pekerjaan.

(3) Mereka yang sedang dibebas tugaskan baik akan dipanggil kembali atau tidak tetap sedang berusaha mendapatkan pekerjaan.

Berdasarkan sebab-sebab terjadinya, pengangguran dapat dibedakan menjadi empat jenis pengangguran, antara lain: (Sukirno, 2004:329).

(1) Pengangguran Normal atau Friksional

Para penganggur ini tidak ada pekerjaan bukan karena tidak memperoleh kerja, tetapi karena sedang mencari kerja lain yang lebih baik. Dalam perekonomian yang berkembang pesat, pengangguran adalah rendah dan pekerjaan mudah diperoleh. Sebaliknya pengusaha susah memperoleh pekerja. Maka pengusaha menawarkan gaji yang lebih tinggi. Ini akan mendorong pekerja untuk meninggalkan pekerjaannya yang lama dan mencari


(28)

commit to user

pekerjaan yang baru yang lebih tinggi gajinya dan sesuai dengan keahliannya. Dalam proses mencari kerja baru ini untuk sementara para pekerja tersebut tergolong sebagai penganggur.

(2) Pengangguran Siklikal

Saat permintaan agregat lebih tinggi, ini mendorong pengusaha untuk menaikkan produksi sehingga banyak angkatan kerja yang terserap untuk bekerja dan akan menyebabkan berkurangnya pengangguran. Sebaliknya saat permintaan agregat mengalami kemerosotan ini mengakibatkan perusahaan-perusahaan mengurangi pekerja atau menutup perusahaannya, maka akan menyebabkan pengangguran bertambah.

(3) Pengangguran Struktural

Disebut demikian karena jenis pengangguran ini disebabkan oleh perubahan struktur kegiatan ekonomi. Ada beberapa beberapa faktor penyebabnya, yaitu: wujudnya barang baru yang lebih baik, kemajuan teknologi mengurangi permintaan ke atas barang tersebut, biaya produksi sangat tinggi dan tidak dapat bersaing, dan ekspor produksi industri menurun karena persaingan yang lebih serius dari negara-negara lain. Kemerosotan ini akan menyebabkan kegiatan produksi industri tersebut menurun,


(29)

commit to user

dan sebagian pekerja terpaksa diberhentikan yang kemudian menjadi pengangguran.

(4) Pengangguran Teknologi

Pengangguran yang ditimbulkan oleh adanya penggantian tenaga manusia oleh mesin-mesin, bahan kimia dan kemajuan teknologi. Sehingga perusahaan-perusahaan mengurangi sebagian tenaga kerjanya.

3) Bukan angkatan kerja

Kelompok bukan angkatan kerja terdiri dari tiga golongan, yakni: (1) golongan yang masih bersekolah, (2) golongan yang mengurus rumah tangga, yaitu mereka yang mengurus rumah tangga tanpa memperoleh upah; dan (3) golongan lain-lain. Yang tergolong dalam lain-lainini ada dua macam, yaitu : (a) penerima pendapatan, yakni mereka yang tidak melakukan suatu kegiatan ekonomi, tetapi memperoleh pendapatan seperti tunjangan pension, bunga atas simpananatau sewa milik; dan (b) mereka yang hidupnya tergantung dari orang lain, misalnya: karena lanjut usia, cacat, dalam penjara atau sakit kronis (Simanjuntak, 1985:6).

2. Investasi

a. Definisi Investasi

Investasi merupakan pengeluaran atau pengeluaran penanam-penanam modal (perusahaan) untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan


(30)

commit to user

memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam perekonomian. Pertambahan barang modal ini memungkinkan perekonomian tersebut menghasilkan lebih banyak barang dan jasa di masa yang akan datang. Adakalanya penanaman modal dilakukan untuk menggantikan barang-barang modal yang lama yang telah aus dan perlu didepresiasikan. (Sukirno, 2004:121).

b. Macam-macam Investasi

Macam-macam investasi berdasarkan pelaku investasi dapat dibedakan sebagai berikut (Sobri, 1987:146).

1) Investasi Pemerintah (Public Invesment)

Public investment biasanya dilakukan tidak dengan maksud untuk mendapatkan keuntungan, tetapi tujuan utamanya adalah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat (nasional), seperti jalan raya, rumah sakit, pelabuhan dan sebagainya.

Investasi-investasi seperti ini sering disebut dengan social averhead capital (SOC). Keuntungan bagi investasi-investasi ini baru terasa apabila munculnya pertambahan permintaan efektif, yang juga menaikkan pendapatan akan memberikan keuntungan bagi publik investasi.

2) Investasi Swasta ( Private Inverstment)

Private Inverstment adalah jenis investasi yang dilakukan oleh swasta dan bertujuan untuk memperoleh keuntungan (laba) dan didorong oleh adanya pertambahan pendapatan. Apabila pendapatan


(31)

commit to user

bertambah, maka konsumsi juga akan bertambah dan pada akhirnya bertambah pula efektif demand. Investasi yang ditimbulkan oleh sebab bertambahnya permintaan yang bersumber dari investor mungkin dilakukan oleh pemerintah maupun swasta.

3) Investasi Pemerintah Dan Swasta

Jenis investasi yang dilakukan oleh pemerintah dan swasta adalah investasi luar negeri (Foreign Invesment). Foreign investment terjual dari selisih antara ekspor diatas impor (X-M). induced investment dalam hal (X-M) adalah disebabkan oleh dari penambahan permintaan disebut induced investment. Induced perkembangan ekonomi di luar negeri.

c. Peran Investasi

Di berbagai negara, terutama di negara industri yang perekonomiannya sudah sangat berkembang, investasi perusahaan adalah volatile yaitu selalu mengalami kenaikan dan penurunan yang sangat besar dan merupakan sumber penting dari fluktuasi dalam kegiatan perekonomian. Disamping itu perlu diingat kegiatan perekonomian dan kesempatan kerja meningkatkan pendapatan nasional dan meningkatkan taraf hidup masyarakat. Peranan ini bersumber dari tiga fungsi penting dari kegiatan investasi dalam perekonomian (Sukirno, 2000:367) :

1) Investasi merupakan salah satu komponen agregat maka kenaikan investasi akan meningkatkan permintaan agregat dan pendapatan


(32)

commit to user

nasional. Peningkatan ini akan selalu diikuti oleh pertambahan dalam kesempatan kerja.

2) Pertambahan barang modal sebagai akibat investasi akan menambahkan kapasitas produksi di masa yang akan datang dan perkembangan ini akan menstimular perubahan produksi nasional dan kesempatan kerja.

3) Investasi selalu diikuti oleh perkembangan teknologi, sehingga perkembangan teknologi akan memberikan sumbangan penting atas kenaikan produktivitas dan pendapatan per kapita masyarakat.

3. Pengeluaran Pemerintah

Pengeluaran pemerintah merupakan salah satu aspek penggunaan sumber daya ekonomi yang secara langsung dikuasai dan dimiliki oleh pemerintah dan secara tidak langsung dimiliki oleh masyarakat melalui pembayaran pajak (Susanti, 1995:69). Pengeluaran pemerintah dapat dibedakan menurut dua klasifikasi, yaitu :

a. Pengeluaran Rutin Pemerintah

Merupakan pengeluaran untuk pemeliharaan atau penyelenggaraan pemerintah sehari-hari. Yang termasuk dalam pengeluaran rutin antara lain belanja pegawai, belanja barang, subsidi di daerah otonom, bunga, cicilan utang, dan lain-lainnya.

Anggaran belanja rutin memegang peranan yang penting untuk menunjang kelancaran mekanisme sistem pemerintah serta upaya


(33)

commit to user

peningkatan efisiensi dan produktivitas yang pada gilirannya akan menunjang tercapainya sasaran dan tujuan setiap tahap pembangunan.

b. Pengeluaran Pembangunan

Merupakan pengeluaran untuk pembangunan fisik seperti jalan, jembatan, gedung-gedung dan pembelian kendaraan, maupun untuk pembanguna non fisik spiritual misalnya seperti penataran, pelatihan dan sebagainya.

Selain membiayai Pengeluaran sektoral melalui lembaga-lembaga, pengeluaran pembangunan juga membiayai proyek-proyek khusus daerah yang dikenal sebagai proyek inpres (Instruksi Presiden), baik yang dilaksanakan oleh pusat maupun masing-masing daerah. Besarnya alokasi anggaran untuk bantuan pembangunan dipengaruhi oleh kemampuan keuangan negara serta beberapa faktor-faktor yang disesuaikan dengan masing-masing wilayah, seperti banyaknya penduduk dan luas wilayah. Pada nantinya pengeluaran pemerintah tersebut mengakibatkan pertumbuhan pada sektor industri sehingga dapat memperluas lapangan kerja. Dengan demikian proyek-proyek yang dibangun dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi masing-masing daerah, sejalan dengan pembangunan di daerah lain.

4. Pengertian Ekspor

a. Definisi Ekspor

Ekspor adalah upaya melakukan penjualan komoditi yang kita miliki kepada bangsa lain atau negara lain, dengan mengharapkan


(34)

commit to user

pembayaran dalam valuta asing, serta melakukan komunikasi dengan memakai bahasa asing. Sebaliknya, kegiatan impor adalah melakukan pembelian komoditi yang lebih berdaya guna dari negara lain yang bersedia membayar harganya dalam valuta asing (Amir, 2004:1).

Tujuan dilakukannya perdagangan internasional salah satunya adalah untuk mengatasi hambatan ekonomi yang banyak terjadi pada negara-negara di dunia. Terutama dalam upaya meningkatkan pendapatan dan memperluas kesempatan kerja. Untuk negara yang sedang berkembang, perdagangan internasional sangatlah membantu dalam mengatasi masalah kemiskinan dan menurunkan angka ketergantungan, khususnya ketergantungan akan sumber dana bagi pembangunan, dengan cara dihasilkannya devisa bagi negara tersebut (Djojohadikusumo dalam Boediono, 1995).

Ekspor suatu negara merupakan impor negara lain dengan hanya dianggap tetap, ekspor tergantung dari pendapatan luar negeri bukan pendapatan nasional negara tersebut yang artnya ekspor tidak tergantung dari pendapatan nasional (Arsyad, 1999:154).

b. AnekaCara Ekspor

Dalam melaksanakan ekspor ke luar negeri dapat ditempuh beberapa cara antara lain sebaga berikut (Amir, 2005:49)

1) Ekspor biasa

Dalam hal ini barang dikirim keluar negeri sesuai dengan peraturan umum yang berlaku, yang ditujukan kepada pembeli luar negeri


(35)

commit to user

untuk memenuhi suatu transaksi yang sebelumnya sudah diadakan dengan importer luar negeri.

2) Barter

Yang dimaksud dengan barter adalah pengiriman barang-barang keluar negeri untuk ditukarkan langsung dengan barang yang dibutuhkan dalam negeri.

3) Konsinyasi

Konsinyasi adalah pengiriman barang keluar negeri untuk dijual sedangkan hasil penjualannya diperlakukan sama dengan hasil ekspor biasa. Tegasnya didalam hal pengiriman barang sebagai barang konsinyasi belum ada pembeli yang tertentu di luar negeri.

4) Package Deal

Dalam rangka memperluas pasaran hasil bumi kita terutama dengan negara-negara sosialis, pemerintah ada kalanya mengadakan perjanjian perdagangan (trade agreement) dengan salah satu negara. Pada prinsipnya semacam barter, namun terdiri dari aneka komoditi.

5) Penyelundupan (smuggling)

Setiap usaha yang bertujuan memindahkan kekayaan dari suatu negara ke negara lain tanpa memenuhi ketentuan yang berlaku dapat dianggap sebagai usaha penyelundupan/smuggling. Bahaya dari setiap penyelundupan terletak adanya pelarian dari kekayaan ke luar negeri (assets flight) tanpa mendapatkan suatu kompensasi. Hal ini berarti suatu pengurasan atas kekayaan negara dan masyarakat.


(36)

commit to user

B. PENELITIAN SEBELUMNYA

1. Penelitian Elnopembri

Suatu jurnal yang berjudul “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR

YANG MEMPENGARUHI PENYERAPAN TENAGA KERJA

INDUSTRI KECIL DI KABUPATEN TANAH DATAR PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 1990-2004”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan tenaga kerja industri kecil di Kabupaten Tanah Datar.

Data yang digunakan adalah data sekunder runtut waktu (time series) dari tahun 1990 sampai dengan tahun 2004. Antara lain :

a. Jumlah tenaga kerja industri kecil. b. Upah Minimum Regional (UMR).

c. Tingkat suku bunga investasi kredit Bank Pemerintah Daerah.

d. Tingkat suku bunga kredit investasi bank persero pemerintah di daerah. e. Nilai produksi industri kecil di Kabupaten Tanah Datar.

Data jumlah tenaga kerja dan nilai produksi industri kecil diperoleh dari Dinas Koperindagtam Kabupaten Tanah Datar, data upah minimum regional diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Tanah Datar, sedangkan data tingkat suku bunga kredit menurut kelompok bank diperoleh dari laporan Bank Indonesia.

Alat analisis yang digunakan dalam penelitian adalah analisis regresi berganda yang ditaksir dengan menggunakan metode kuadrat terkecil (Ordinary Least Square, OLS) dalam bentuk semi-log.


(37)

commit to user Hasil yang diperoleh adalah :

a. Upah minimum regional memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja industri kecil.

b. Tingkat suku bunga kredit investasi Bank Pemerintah Daerah dan Bank Persero Pemerintah di daerah sama-sama memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja industri kecil artinya peningkatan suku bunga kredit hanya akan mengakibatkan turunnya permintaan tenaga kerja industri kecil.

c. Nilai produksi memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja industri kecil.

Ekspansi yang dilakukan industri kecil dengan menciptakan akses pasar akan mendorong peningkatan produksi sehingga berdampak terciptanya lapangan kerja baru ( http://arc.ugm.ac.id/files/Abst_(0046-H-2008).pdf. diakses pada 4/9/2010 11:54 PM).

2. Penelitian Rostarlita Sri Hardany

Suatu jurnal yang berjudul “ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA INDUSTRI MANUFAKTUR ISIC 31 SKALA BESAR DAN SEDANG DI INDONESIA PERIODE 1990-2005”. Angka pengangguran Indonesia terus meningkat seiring bertambahnya jumlah angkatan kerja yang tidak diimbangi dengan kemampuan penyerapan tenaga kerja secara maksimal. Untuk mengatasi hal tersebut perlu dianalisis faktor-faktor apa saja yang mampu mempengaruhi peningkatan kemampuan penyerapan tenaga kerja, khususnya pada industri yang


(38)

commit to user

bersifat padat karya, seperti pada industri manufaktur ISIC 31 (makanan, minuman, dan pengolahan tembakau) skala besar dan sedang di Indonesia. Pada kelompok industri tersebut, faktor-faktor yang diduga dapat memberikan pengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja diantaranya adalah : Jumlah perusahaan, Output, Tingkat upah.

Dari ketiga variabel bebas tersebut kemudian diambil tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh jumlah perusahaan, output, dan tingkat upah baik secara parsial maupun simultan terhadap penyerapan tenaga kerja industri manufaktur ISIC 31 skala besar dan sedang di Indonesia tahun 1990-2005, disamping untuk mengetahui variabel manakah yang berpengaruh paling dominan terhadap penyerapan tenaga kerja.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel bebas jumlah perusahaan, output, dan tingkat upah secara parsial maupun simultan berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja di industri manufaktur ISIC 31 skala besar dan sedang di Indonesia tahun 1990-2005. Kemudian jumlah perusahaan merupakan variabel bebas yang memiliki pengaruh paling dominan terhadap penyerapan tenaga kerja industri manufaktur ISIC 31 skala besar dan sedang di Indonesia tahun 1990-2005 ( http://adln.lib.unair.ac.id/files/disk1/220/gdlhub-gdl-s1-2009-hardanyros-10985-c190-k.pdf. diakses pada 4/9/2010 11:12 PM).


(39)

commit to user

3. Penelitian M. Agus Subekti

Suatu jurnal yang berjudul “PENGARUH UPAH, NILAI PRODUKSI, NILAI INVESTASI TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA PADA INDUSTRI KECIL GENTENG DI KABUPATEN BANJARNEGARA”. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui adakah pengaruh upah terhadap penyerapan tenaga kerja, untuk mengetahui adakah pengaruh nilai produksi terhadap penyerapan tenaga kerja, untuk mengetahui adakah pengaruh nilai investasi terhadap penyerapan tenaga kerja, dan untuk mengetahui manakah faktor paling dominant mempengaruhi penyerapan tenaga kerja pada industri kecil genteng di Kabupaten Banjarnegara.

Model penelitian yang digunakan adalah teknik Area Random Sampling dengan teknik analisis regresi berganda doubel Log, jumlah sample dalam penelitian ini adalah 64 orang dari jumlah populasi sebesar 178 orang di Kabupaten Banjarnegara.

Hasil penelitian menunjukan perhitungan secara varian di peroleh variable upah, nilai produksi dan nilai investasi mampu menerangkan dengan baik variable penyerapan tenaga kerja. Sedangkan perhitungan secara parsial menerangkan bahwa variable upah, nilai produksi dan nilai investasi memberikan pengaruh secara signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri kecil genteng di Kabupaten Banjarnegara. Hasil penelitian ini dapat diambil kesimpulan bahwa faktor yang paling dominan memberikan sumbangan terhadap penyerapan tenaga kerja


(40)

commit to user

pada industri kecil genteng di Kabupaten Banjarngara adalah nilai produksi. Melihat hal ini maka sebaiknya pengusaha lebih meningkatkan lagi mutu produknya yang disertai juga dengan peningkatan teknologi modern sehingga nilai produksi genteng dapat terus meningkat (http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/archives/HASHd5ea.dir/doc. pdf. diakses pada 4/9/2010 11:07PM).

4. Penelitian Erna Setianingrum

Penelitian dari Setianingrum 2008, tentang “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYERAPAN TENAGA KERJA DI KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN 1991-2006”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh investasi, pengeluaran pemerintah dan ekspor terhadap penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Karanganyar.

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa hanya variabel investasi dan pengeluaran pemerintah yang berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja pada tingkat 5%. Sedangkan ekspor tidak berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja karena mempunyai nilai probabilitas di atas 0,05. Apabila ada kenaikan investasi sebesar 1%, maka penyerapan tenaga kerja akan meningkat sebesar 0,58%. Apabila pengeluaran pemerintah naik 1%, maka penyerapan tenaga kerja akan mengalami penurunan sebesar 0,27%. Sedangkan secara keseluruhan investasi ekspor dan pengeluaran pemerintah berpengaruh nyata terhadap penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Karanganyar, ini ditunjukkan


(41)

commit to user

dengan nilai uji F sebesar 11,372 artinya variabel-variabel independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen. Hasil uji ekonometrika menunjukkan tidak adanya gangguan multikolinearitas (nilai r untuk semua variabel independen lebih kecil dari R2), tidak adanya gangguan heterokedastisitas dan tidak adanya gangguan autokorelasi. Jenis penelitian ini adalah analisis kuantitatif. Jumlah sampel dalam penelitian ini berjumlah 16 tahun yaitu dari tahun 1991 sampai 2006. Metode analisis data adalah regresi linear berganda dengan pengujian statistik antara lain uji T, uji F dan R2 serta uji ekonometrika.

5. Penelitian Nainggolan

Penelitian Nainggolan (dalam Suyanto, 2010) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kesempatan kerja pada kabupaten/kota di Propinsi Sumatera Utara dengan menggunakan data panel. Dengan variabel bebas adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten/Kota, Tingkat Bunga Kredit dan Upah Minimum Kabupaten/Kota di Propinsi (UMK), sedangkan variabel terikat adalah kesempatan kerja.

Data diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Propinsi Sumatera Utara, Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Propinsi Sumatera Utara dan Bank Indonesia dengan runtun waktu tahun 2002-2007. Metode analisis yang dipergunakan adalah Metode Generalized Least Square (GLS) dengan Random Effek Model (REM).


(42)

commit to user

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten/Kota berpengaruh positif sebesar 76,38% dan signifikan, Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) berpengaruh negatip sebesar 53,06% dan signifikan, dan Tingkat Bunga Kredit berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kesempatan bekerja pada kabupaten/kota di Propinsi Sumatera.

C. KERANGKA PEMIKIRAN

Berdasarkan dari landasan teori yang telah dijelaskan diatas, penyerapan tenaga kerja dapat dijadikan dasar untuk menentukan apakah pembangunan ekonomi di suatu daerah sudah berjalan dengan baik atau belum. Suatu daerah mampu semakin banyak menyerap masyarakatnya untuk diberikan pekerjaan, maka dapat dikatakan bahwa pembangunan ekonomi daerah tersebut sudah baik. Penyerapan tenaga kerja secara tidak langsung dipengaruhi oleh konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah, ekspor dan impor. Oleh karena keterbatasan data dan waktu, maka konsumsi dan impor tidak dimasukkan, penyerapan tenaga kerja hanya dipengaruhi oleh investasi, pengeluaran pemerintah dan ekspor.

Investasi daerah merupakan salah satu komponen agregat maka kenaikan investasi akan meningkatkan permintaan agregat dan pendapatan nasional. Peningkatan ini akan selalu diikuti oleh pertambahan dalam kesempatan kerja. Pertambahan barang modal sebagai akibat investasi akan menambahkan kapasitas produksi di masa yang akan datang dan


(43)

commit to user

perkembangan ini akan menstimular perubahan produksi nasional dan kesempatan kerja.

Pengeluaran pemerintah daerah merupakan pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan yang berwujud pada dana-dana pembiayaan. Pengeluaran pembangunan merupakan sarana untuk mewujudkan kesejahteraan, dengan kata lain untuk meningkatkan kemakmuran secara merata dan serasi antar daerah dan antar golongan, dilaksanakan melalui upaya bidang ekonomi. Prioritas diberikan kepada sektor-sektor yang dapat merangsang dan menimbulkan dampak kegiatan ekonomi secara lebih luas dan intensif. Hal ini berarti dapat memperluas lapangan dan kesempatan kerja.

Jika ekspor suatu negara atau daerah meningkat maka secara otomatis jumlah barang dan jasa yang diproduksi di suatau negara atau daerah juga mengalami peningkatan, ini berarti bisa dipastikan jumlah industri-industri di suatu negara atau daerah jumlahnya bertambah, maka akan mempengaruhi penyerapan terhadap tenaga kerja.

Gambar 2.1 Kerangka pemikiran

Investasi daerah

Pengeluaran

pemerintah daerah Ekspor daerah

Penyerapan tenaga kerja


(44)

commit to user

D. HIPOTESIS

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :

1. Secara parsial investasi daerah, pengeluaran pemerintah daerah, ekspor daerah diduga berpengaruh positif terhadap penyerapan tenaga kerja di Karesidenan Surakarta.

2. Secara simultan investasi daerah, pengeluaran pemerintah daerah, ekspor daerah diduga berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja di Karesidenan Surakarta.


(45)

commit to user

BAB III

METODE PENELITIAN

A. RUANG LINGKUP PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian yang berbentuk analisis kuantitatif mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan tenaga kerja dengan menggunakan data deret waktu (time series) antara tahun 2000-2008. Lokasi yang diambil untuk penelitian adalah Kota/Kabupaten di wilayah Karesidenan Surakarta, yaitu : Surakarta, Boyolali, Sukoharjo, Wonogiri, Karanganyar, Klaten, Sragen.

B. JENIS DAN SUMBER DATA

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berupa data tahunan mencakup tentang jumlah tenaga kerja, investasi, pengeluaran pemerintah, dan ekspor. Analisis data ini dibuat secara time series dengan rentan waktu antara tahun 2000-2008. Data tersebut diperoleh dari dokumen-dokumen yang berisi data statistik dari berbagai edisi yang diterbitkan oleh instansi terkait, yaitu Biro Pusat Statistik (BPS) dan data-data yang diterbitkan dari sumber-sumber penunjang lainnya.

Adapun data yang digunakan, antara lain :

1. Data jumlah angkatan kerja yang bekerja (Tenaga Kerja) di Karesidenan Surakarta tahun 2000-2008.

2. Data jumlah investasi di Karesidenan Surakarta tahun 2000-2008.


(46)

commit to user

3. Data jumlah pengeluaran pemerintah di Karesidenan Surakarta tahun 2000-2008.

4. Data jumlah ekspor di Karesidenan Surakarta tahun 2000-2008.

C. VARIABEL PENELITIAN

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : 1. Variabel Dependen (Y)

Variabel yang dipengaruhi dalam penelitian ini adalah penyerapan tenaga kerja di Karesidenan Surakarta. Dalam hal ini yang dimaksud dengan penyerapan kerja adalah jumlah tenaga kerja yang terserap di Karesidenan Surakarta yang dinyatakan dalam jiwa.

2. Variabel Independen (X)

a. Investasi daerah (X1), yaitu nilai pembentukan modal tetap bruto yang terjadi di Karesidenan Surakarta yang dinyatakan dalam juta rupiah. b. Pengeluaran pemerintahan daerah (X2), yaitu anggaran belanja

pembangunan Karesidenan Surakarta yang dinyatakan dalam juta rupiah.

c. Ekspor daerah (X3), adalah nilai ekspor komoditi non migas yaitu : tekstil, dan produk tekstil serta furnitur Karesidenan Surakarta yang dinyatakan dalam juta rupiah.


(47)

commit to user

D. METODE ANALISIS DATA

Model analisis yang digunakan untuk membuktikan hipotesis penelitian yaitu untuk mengetahui bagaimanakah pengaruh antara investasi daerah, pengeluaran pemerintah daerah, dan ekspor daerah terhadap penyerapan tenaga kerja di Karesidenan Surakarta adalah model data panel. Pengolahan data dengan program Econometric Views (E-Views).

Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Y

it

= β

0

+ β

1

I

1it

+ β

2

G

2it

+

β

3

X

3it

+ e

it

Keterangan :

Y = Kesempatan kerja

t = Jumlah tahun yang diteliti 2000-2008 i = Kota/Kabupaten Se-Karesidenan Surakarta

(SUBOSUKOWONOSRATEN)

β = Parameter variabel terkait I = Investasi

G = Pengeluaran pemerintah X = ekspor


(48)

commit to user

E. TEHNIK ANALISIS DATA

1. Metode Data Panel

Metode data Panel adalah metode yang menggabungkan observasi lintas sektor (cross-section) dan runtut waktu (time series) sehingga mengakibatkan jumlah observasi meningkat. Peningkatan jumlah observasi ini menolong salah satu kendala yang dihadapi dalam penelitian yaitu jumlah observasi yang tidak mencukupi ketika diestimasi dengan runtut waktu atau observasi yang terlalu sedikit ketika diestimasi dengan data lintas sektor untuk menghasilkan estimasi yang efisien (Akbar dalam Suyanto, 2010).

Dengan Model Panel data dapat mengeluarkan unobserve variabel tersebut yang disebut sebagai individual effect sehingga model produksi tersebut menjadi lebih baik. Individual effect tersebut dikategorikan dua macam yaitu Fixed Effect dan Random Effect. Secara hipotesis bahwa jika sumber data berasal dari sampel maka dugaan model panel adalah random effect, namun bila sumber data adalah data aggregate maka kecenderungan adalah fixed effect (Nainggolan dalam Suyanti, 2010).

Menurut Baltagi (dalam Aisyah, 2007) keunggulan data panel dibandingkan dengan data runtun waktu dan data lintas sektor adalah:

a. Estimasi data panel dapat menunjukkan adanya heterogenitas dalam tiap unit.

b. Dengan data panel, data lebih informative, mengurangi kolinearitas antar variabel, meningkatkan derajat kebebasan dan lebih efisien.


(49)

commit to user

c. Data panel lebih cocok digunakan untuk menggambarkan adanya dinamika perubahan.

d. Data panel dapat lebih mampu mendeteksi dan mengukur dampak. e. Data panel dapat digunakan untuk studi dengan model yang lebih

lengkap.

f. Data panel dapat meminimumkan bias yang mungkin dihasilkan dalam agregasi.

2. Estimasi Model Data Panel

a. Pooled OLS

Teknik yang paling sederhana untuk mengestimasi data panel yang merupakan data time series dan cross section dengan menggunakan metode OLS. Dalam pendekatan ini tidak memperhatikan dimensi individu maupun waktu. Diasumsikan bahwa perilaku data antar variabel sama dalam berbagai kurun waktu.

b. Fixed Effect

Kesulitan terbesar dalam pendekatan metode kudrat terkecil biasa adalah asumsi intersep dan slope dari persamaan regresi yang dianggap konstan baik antar daerah maupun antar waktu. Asumsi ini sangat ketat dan mungkin tidak beralasan. Satu cara untuk memperhatikan “ke-khas-an” unit cross-section atau unit time-series adalah dengan memasukkan variabel boneka (dummy variable) untuk mengizinkan terjadinya perbedaan nilai parameter yang berbeda-beda, baik lintas unit cross-section maupun unit waktu.


(50)

commit to user

Pendekatan yang paling sering dilakukan adalah dengan mengizinkan intercept bervariasi antar unit cross-section. Pada pendekatan tersebut tetap mengasumsikan bahwa slope koefisien adalah konstan antar unit cross-section. Untuk mengestimasi model Fixed Effect dimana intersep berbeda antar individu digunakan metode teknik variabel dummy untuk menjelaskan perbedaan intersep tersebut.

c. Random Effect

Dalam mengestimasi data panel dengan fixed effect melalui teknik variabel dummy menunjukkan ketidakpastian model yang digunakan. Untuk mengatasinya dapat menggunakan variabel residual yang dikenal dengan model random effect. Di dalam model tersebut dapat dilakukan pemilihan estimasi data panel dimana residual mungkin saling berhubungan antar waktu dan antar individu.

Dalam menjelaskan random effect diasumsikan setiap variabel mempunyai perbedaan intersep. Namun demikian, kita mengasumsikan bahwa intersep adalah variabel random atau stokastik. Model ini sangat berguna jika individual variabel yang kita ambil sebagai sampel adalah dipilih secara random dan merupakan wakil dari populasi.

3. Pemilihan Metode Estimasi Data Panel

Untuk mengetahui model Pooled Least Square (PLS) atau Fixed Effect Model (FEM) yang akan dipilih untuk estimasi data dapat dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :


(51)

commit to user

F =

(

)

(

)

n-k

-/ R -1

/m R R

2 UR

2 R 2

UR

Dimana:

R2UR = R2 dari hasil estimasi data panel dengan metode fixed effect R2R = R2 dari hasil estimasi data panel dengan metode pooled OLS n = Jumlah variabel dalam penelitian

k = Jumlah data yang digunakan dalam penelitian

Jika nilai F signifikan, maka estimasi model dengan menggunakan model fixed effect lebih baik dibandingkan dengan pooled OLS.

4. Uji Statistik

a. Uji t (Uji parsial)

Uji t ini merupakan pengujian variabel-variabel secara individu, dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh masing-masing variabel independen dalam mempengaruhi variabel dependen, dengan beranggapan variabel independen lain tetap / konstan. Langkah-langkah pengujian t-test adalah sebagai berikut (Gujarati, 1995).

1) Menentukan hipotesisnya a) Ho:b1 =0

Berarti suatu variabel independen secara individu tidak berpengaruh terhadap variabel dependent.


(52)

commit to user b) Ho:b1 ¹0

Berarti suatu variabel independen secara individu berpengaruh terhadap variabel dependen.

2) Melakukan perhitungan nilai t sebagai berikut: a) Nilai ttabel = ta/2;N-K

Keterangan: :

a derajat signifikansi

N : jumlah sampel (banyaknya observasi) K : banyaknya parameter

b) Nilai thitung = ) ( Se i i b b Keterangan: i

b : koefisien regresi )

(

Se bi : standar error koefisien regresi 3) Kriteria pengujian

Gambar 3.1 Daerah Kritis Uji t

Ho ditolak Ho diterima Ho ditolak

Sumber : Gujarati, 1995

K N ; ta/2

-K N ; t /2 -- a


(53)

commit to user 4) Kesimpulan

a) Apabila nilai – ttabel < thitung < ttabel, maka Ho diterima.Artinya variabel Independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen secara signifikan.

b) Apabia nilai thitung > + ttabel atau thitung < - ttabel, maka Ho ditolak.Artinya variabel independen mampu mempengaruhi variabel dependen secara signifikan.

b. Uji f (Uji simultan)

Uji f ini merupakan pengujian bersama-sama variabel independen yang dilakukan untuk melihat pengaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen secara signifikan. Langkah-langkah pengujian adalah sebagai berikut (Gujarati, 1995) :

1) Menentukan Hipotesis

a) Ho:b1 =b2 =b3 =b4 =0

Berarti, semua variabel independen secara individu tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.

b) Ho:b1 ¹b2 ¹b3 ¹b4 ¹0

Berarti, semua variabel independen secara individu berpengaruh terhadap variabel dependen.

2) Melakukan perhitungan nilai F sebagai berikut: a) Nilai F table = F a;K-1;N-K


(54)

commit to user Keterangan:

N : jumlah sample / data K : banyaknya parameter

b) Nilai F hitung =

) K N )( R 1 ( ) 1 K /( R 2 2 -Keterangan : 2

R : Koefisien determinasi N : jumlah observasi/ sampel K : banyaknya variabel.

3) Kriteria pengujian

Gambar 3.2 Daerah Kritis Uji F

Ho diterima Ho ditolak

Sumber : Gujarati, 1995 4) Kesimpulan

a) Apabila nilai F hit < F table, maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya variabel independen secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap variabel dependen secara signifikan. )

; 1 ;

( K N k


(55)

-commit to user

b) Apabila nilai F hit > F table, maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya variabel independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen secara signifikan.

c. Koefisien Determinasi (R2)

Nilai R untuk mengetahui berapa persen variasi variabel 2

dependen dapat dijelaskan oleh variabel independen. Uji ini bertujuan untuk mengetahui tingkat ketepatan yang paling baik dalam analisis regresi, yang ditunjukkan oleh besarnya koefisien determinasi (R ) 2

antara nol dan satu (0 < R < 1). Jika koefisien determinasi 0, artinya 2

variabel independen tidak mempengaruhi variabel dependen, atau dengan kata lain model tersebut tidak menjelaskan sedikitpun variasi dalam variabel tidak bebas. Jika koefisien determinan mendekati 1, artinya variabel independen semakin mempengaruhi variabel dependen, atau dengan kata lain model dikatakan lebih baik apabila koefisien determinasinya mendekati 1.

5. Uji Asumsi Klasik

a.Uji Multikolinieritas

Multikolinieritas merupakan suatu keadaan dimana terdapatnya lebih dari satu hubungan linier pasti antara beberapa atau semua variabel independen dari model regresi (Gujarati, 1995). Salah satu asumsi model klasik yang menjelaskan ada tidaknya hubungan antara beberapa atau semua variabel dalam model regresi. Jika dalam model terdapat multikolinieritas, maka model tersebut memiliki kesalahan


(56)

commit to user

standar yang besar sehingga koefisien tidak dapat diukur dengan ketepatan tinggi.

Multikolinearitas adalah adanya suatu hubungan linear yang sempurna (mendekati sempurna) antara beberapa atau semua variabel bebas. Multikolinearitas merupakan suatu masalah yang sering muncul dalam ekonomi karena dalam ekonomi, sesuatu tergantung pada sesuatu yang lain (everything depends on everything else). Multikolinearitas dapat diketahui dengan melakukan pengujian dengan metode auxillary regression yang diambil dari Klien’s rule of thumb (Damodar Gujarati, 2003), yaitu nilai R2a (awal) pada regresi antara variabel dependen dengan semua variabel bebas dibandingkan dengan nilai R2 pada regresi antara variabel bebas yang satu dengan variabel bebas lainnya. Jika R2 awal > R2 maka ketiga variabel memang layak atau berguna untuk dimasukkan ke dalam model.

b.Uji Heterokedastisitas

Asumsi dari model regresi linier klasik adalah kesalahan penggangu mempunyai variasi yang sama. Apabila asumsi tersebut tidak terpenuhi maka akan terjadi heteroskedastisitas, yaitu suatu keadaan dimana variasi dari kesalahan penggangu tidak sama untuk semua nilai variabel bebas. Terdapat beberapa metode yang dipergunakan untuk mendeteksi heteroskedastisitas dalam model empiris yaitu Uji Park, Uji Glejser, Uji white, Uji LM ARCH dan Uji Breusch Pagan–Godfeg. Pengujian heteroskedastisitas dalam penelitian


(57)

commit to user

ini akan menggunakan uji Park. Kriteria pengujian Yaitu dengan membandingkan nilai thitung dengan ttabel. Apabila thitung > ttabel maka tidak ada masalah heterokesdasitas.

c.Uji Autokorelasi

Autokorelasi adalah suatu keadaan dimana kesalahan variabel penggangu pada suatu periode tertentu berkorelasi dengan kesalahan penggangu periode lain. Asumsi ini untuk menegaskan bahwa nilai variabel dependen hanya diterangkan (secara sistematis) oleh variabel independen dan bukan oleh variabel gangguan (Gujarati, 1995).

Untuk menilai apakah model dalam penelitian terdapat masalah autokorelasi atau tidak, maka digunakan pengujian dengan metode Durbin-Watson test.

Gambar 3.3

Daerah Ho Diterima dan Ditolak uji Autokorelasi (Durbin-Watson)

Ragu- Ragu- ragu ragu

Autokore- Tidak ada Autokore- Lasi (+) Autokorelasi lasi (-)

0 dl du 2 4-du 4-dl 4

Hipotesis untuk menguji ada tidaknya autokorelasi adalah : Ho : tidak ada serial autokorelasi baik positif maupun negatif.


(58)

commit to user

Untuk menguji hipotesis nol tidak ada autokorelasi, terdapat tabel Durbin-Watson (DW), dengan kriteria hasil perhitungan DW statistik dibandingkan dengan table (DW), sebagai berikut:

Jika d < dL = Menolak Ho

Jika du < d < 4-du = tidak menolak Ho

Jika dL ≤ d ≤ du atau 4-du ≤ d ≤ 4-dL = pengujian tidak meyakinkan (inconclusive)


(59)

commit to user

BAB IV

PEMBAHASAN DAN HASIL

A. Gambaran Umum

1. Kota Surakarta

a. Letak Geografis

Wilayah Kota Surakarta atau yang lebih dikenal dengan “Kota Solo” merupakan salah satu kota besar di Provinsi Jawa Tengah yang menunjang kota-kota lainnya, seperti Semarang maupun Yogyakarta. Kota Surakarta merupakan wilayah dataran rendah dengan ketinggian kurang lebih 92 meter dari permukaan laut dan luas wilayah 44,06 km2, yang terletak pada 110° 45° 15˝ s/d 110°

45° 35˝ Bujur Timur, dan antara 7° 36° s/d 7° 56° Lintang Selatan.

Kota Surakarta berbatasan dengan Kabupaten Boyolali di sebelah utara, Kabupaten Karanganyar di sebelah timur, dan di sebelah selatan dan barat berbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo.

b. Kependudukan

Keadaan penduduk Kota Surakarta, berdasarkan pada perhitungan Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2008 tercatat sebesar 514.948 jiwa. Berdasarkan pengamatan dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2008 jumlah penduduk di Kota Surakarta mengalami peningkatan dan penurunan. Perubahan jumlah penduduk paling mencolok terjadi pada tahun 2002 dan 2003, terlihat bahwa


(60)

commit to user

jumlah penduduk pada tahun 2002-2003 mengalami penurunan yaitu dari 554.630 jiwa pada tahun 2002 menjadi 497.234 jiwa pada tahun 2003. Dan pada tahun-tahun berikutnya jumlah penduduk Kota Surakarta juga mengalami peningkatan dan penurunan. Hal ini dapat terlihat melalui tabel berikut :

Tabel 4.1

Data Jumlah Penduduk Kota Surakarta

Tahun Jumlah

Penduduk Surakarta

2000 548.623 2001 553.580 2002 554.630 2003 497.234 2004 510.711 2005 534.540 2006 512.898 2007 515.372 2008 514.948 Sumber: BPS Surakarta Dalam Angka

2. Kabupaten Boyolali

a. Letak Geografis

Kabupaten Boyolali membentang dari barat-timur sepanjang 49 km dan utara-selatan sepanjang 54 km. Sebagian besar wilayahnya adalah dataran rendah dan dataran bergelombang dengan perbukitan yang tidak begitu terjal. Kabupaten Boyolali memiliki luas wilayah kurang-lebih 101.510.965 ha atau kurang dari 4,5% luas provinsi Jawa Tengah. Kabupaten Boyolali terletak 110° 22° s/d 110° 50° Bujur Timur, dan antara 7° 36° s/d 7° 71° Lintang Selatan. Adapun


(61)

commit to user

yang menjadi batas-batas wilayah Kabupaten Boyolali adalah sebelah utara berbatasan dengan wilayah Kabupaten Sragen dan Kabupaten Grobogan. Sebelah timur berbatasan dengan wilayah Kabupaten Karanganyar, Kota Surakarta dan Kabupaten Sukoharjo, sebelah selatan berbatasan dengan wilayah Kabupaten Klaten dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), sebelah barat berbatasan dengan wilayah Kabupaten Magelang dan Kota Semarang.

b. Kependudukan

Keadaan penduduk Kabupaten Boyolali berdasarkan pengamatan dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2008 jumlah penduduk di Kabupaten Boyolali mengalami peningkatan terus-menerus. Terlihat dari tahun 2000 jumlah penduduk Kabupaten Boyolali sebesar 921.730 jiwa, dan terus meningkat pada tahun-tahun berikutnya hingga tahun-tahun 2008 jumlah penduduk Kabupaten Boyolali sebesar 952.447 jiwa. Hal ini dapat terlihat pada tabel berikut :


(62)

commit to user

Tabel 4.2

Data Jumlah Penduduk Kabupaten Boyolali

Tahun

Jumlah Penduduk

Sragen

2000 840589

2001 849441

2002 851583

2003 852647

2004 854478

2005 856755

2006 861090

2007 865743

2008 876329

Sumber: BPS Boyolali Dalam Angka

3. Kabupaten Sukoharjo

a. Letak Geografis

Kabupaten Sukoharjo merupakan salah satu kabupaten di wilayah SUBOSUKOWONOSRATEN, dimana secara geografis terletak pada 110° 42° 06,79˝ s/d 110° 57° 33,7˝ Bujur Timur, dan antara 7° 32° 17˝ s/d 7° 49° 32˝ Lintang Selatan dengan luas wilayah 444.666 km2. Adapun yang menjadi batas-batas wilayah Kabupaten Sukoharjo adalah sebelah utara berbatasan dengan Kota Surakarta dan Kabupaten Karanganyar. Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Gunung Kidul dan Kabupaten Wonogiri, sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Klaten.


(63)

commit to user

b. Kependudukan

Keadaan penduduk Kabupaten Sukoharjo berdasarkan pengamatan dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2008 jumlah penduduk di Kabupaten Sukoharjo mengalami peningkatan terus-menerus. Terlihat dari tahun 2000 jumlah penduduk Kabupaten Sukoharjo sebesar 784.965 jiwa, dan terus meningkat pada tahun-tahun berikutnya hingga tahun-tahun 2008 jumlah penduduk Kabupaten Sukoharjo sebesar 839.901 jiwa. Hal ini dapat terlihat pada tabel berikut :

Tabel 4.3

Data Jumlah Penduduk Kabupaten Sukoharjo

Tahun

Jumlah Penduduk

Sukoharjo

2000 784.965

2001 795.680

2002 802.502

2003 808.811

2004 815.089

2005 821.213

2006 826.289

2007 831.613

2008 839.901

Sumber: BPS Sukoharjo Dalam Angka

4. Kabupaten Wonogiri

a. Letak Geografis

Secara geografis lokasi Kabupaten Wonogiri berada dibagian tenggara provinsi Jawa tengah. Secara umum Kabupaten Wonogiri terletak pada garis 110° 41° s/d 110° 18° Bujur Timur, dan antara 7°


(64)

commit to user

32° s/d 8° 15° Lintang Selatan dengan luas wilayah 1.822,37 km2. Adapun yang menjadi batas-batas wilayah Kabupaten Wonogiri adalah sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Ponorogo (Jawa Timur), sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Pacitan (Jawa Timur) dan Samudra Indonesia, Sebelah barat berbatasan dengan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Kabupaten Klaten.

b. Kependudukan

Keadaan penduduk Kabupaten Wonogiri, berdasarkan pada perhitungan Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2008 tercatat sebesar 1.194.676 jiwa. Berdasarkan pengamatan dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2008 jumlah penduduk di Kabupaten Wonogiri mengalami peningkatan terus menerus. Perubahan jumlah penduduk paling mencolok terjadi pada tahun 2006 dan 2007, terlihat bahwa jumlah penduduk pada tahun 2006-2007 mengalami peningkatan yaitu dari 1.127.907 jiwa pada tahun 2006 menjadi 1.181.114 jiwa pada tahun 2007. Hal ini dapat terlihat melalui tabel berikut :


(65)

commit to user

Tabel 4.4

Data Jumlah Penduduk Kabupaten Wonogiri

Sumber: BPS Wonogiri Dalam Angka

5. Kabupaten Karanganyar

a. Letak Geografis

Bagian barat Kabupaten Karanganyar merupakan dataran rendah, yakni lembah bengawan Solo yang mengalir menuju ke utara. Bagian timur berupa pegunungan, yakni bagian sistem dari gunung Lawu. Sebagian besar daerah Kabupaten Karanganyar merupakan pegunungan yang masih tertutup hutan. Apabila dilihat dari garis bujur dan garis lintang, maka Kabupaten Karanganyar terletak antara 110° 40° s/d 110° 70° Bujur Timur, dan antara 7° 28° s/d 7° 46° Lintang Selatan dengan luas wilayah 77.378,6374 ha. Adapun yang menjadi batas-batas wilayah Kabupaten Karanganyar adalah sebelah timur berbatasan langsung dengan provinsi Jawa Timur, sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Sragen, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Wonogiri dan Kabupaten

Tahun

Jumlah Penduduk

Wonogiri

2000 1.104.856 2001 1.105.869 2002 1.106.418 2003 1.112.825 2004 1.117.115 2005 1.121.459 2006 1.127.907 2007 1.181.114 2008 1.194.676


(66)

commit to user

Sukoharjo, sebelah barat berbatasan dengan Kota Surakarta dan Kabupaten Boyolali.

b. Kependudukan

Keadaan penduduk Kabupaten Karanganyar berdasarkan pengamatan dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2008 jumlah penduduk di Kabupaten Karanganyar mengalami peningkatan terus-menerus. Terlihat dari tahun 2000 jumlah penduduk Kabupaten Karanganyar sebesar 795.982 jiwa, dan terus meningkat pada tahun-tahun berikutnya hingga tahun-tahun 2008 jumlah penduduk Kabupaten Karanganyar sebesar 869.220 jiwa. Hal ini dapat terlihat pada tabel berikut :

Tabel 4.5

Data Jumlah Penduduk Kabupaten Karanganyar

Tahun

Jumlah Penduduk

Karanganyar

2000 795.982

2001 804.031

2002 814.819

2003 823.203

2004 830.640

2005 838.182

2006 844.634

2007 851.366

2008 869.220


(67)

commit to user

6. Kabupaten Klaten

a. Letak Geografis

Secara Geografis kabupaten Klaten terletak pada 110° 30° s/d 110° 45° Bujur Timur, dan antara 7° 30° s/d 7° 45° Lintang Selatan dengan luas wilayah mencapai 665,65 km2. Menurut topografi Kabupaten Klaten terletak diantara pegunungan Merapi dan pegunungan Seribu dengan ketinggian antara 75-160 m di atas permukaan laut yang terbagi menjadi wilayah lereng gunung Merapi di bagian utara areal miring, wilayah datar dan wilayah berbukit di bagian selatan. Adapun yang menjadi batas-batas wilayah Kabupaten Klaten adalah sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Gunung Kidul, sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Sleman dan disebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Boyolali.

b. Kependudukan

Keadaan penduduk Kabupaten Klaten berdasarkan pengamatan dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2008 jumlah penduduk di Kabupaten Klaten mengalami peningkatan terus-menerus. Terlihat dari tahun 2000 jumlah penduduk Kabupaten Klaten sebesar 1.253.201 jiwa, dan terus meningkat pada tahun-tahun berikutnya hingga tahun 2008 jumlah penduduk Kabupaten Klaten sebesar 1.348.531 jiwa. Hal ini dapat terlihat pada tabel berikut :


(1)

commit to user

perkembangan pengeluaran pemerintah dengan tahap-tahap

pembangunan ekonomi yang dibedakan antara tahap awal, tahap menengah, dan tahap lanjut. Pada tahap awal perkembangan ekonomi, prosentase investasi pemerintah terhadap total investasi besar, sebab pada tahap ini pemerintah harus menyediakan prasarana, seperti pendidikan, kesehatan, prasarana transportasi, dan sebagainya. Pada tahap menengah pembangunan ekonomi, investasi pemerintah tetap diperlukan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi agar dapat tinggal landas, namun pada tahap ini peranan investasi swasta sudah semakin membesar. Pada tingkat ekonomi yang lebih lanjut, pembangunan ekonomi berwujud pada aktivitas pemerintah yang beralih dari penyediaan prasarana ke pengeluaran-pengeluaran untuk aktivitas sosial seperti halnya program kesejahteraan, program pelayanan kesehatan masyarakat, dan sebagainya.

c) Pengaruh ekspor daerah terhadap penyerapan tenaga kerja

Hasil uji hipotesis nilai probabilitas 0,0448 pada taraf signifikansi 5%. Artinya ekspor daerah berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja. Jika ekspor daerah di Karesidenan Surakarta meningkat, maka penyerapan tenaga kerja akan bertambah. Artinya dengan bertambahnya ekspor daerah maka kesempatan kerja akan bertambah karena tumbuhnya industri.


(2)

commit to user

Begitu juga sebaliknya berkurangnya ekspor maka kesempatan kerja akan berkurang.

Ekspor daerah berpengaruh signifikan, maka penelitian ini sesuai dengan teori (Djojohadikusumo dalam Boediono, 1995), yang berpendapat bahwa tujuan dilakukannya perdagangan internasional salah satunya adalah untuk mengatasi hambatan ekonomi, terutama dalam upaya meningkatkan pendapatan dam memperluas kesempatan kerja.

Hasil perhitungan variabel ekspor daerah di Karesidenan Surakarta pada tahun 2000-2008 mempunyai nilai koefisien sebesar 0,0000184×100000 = 2 dengan arah parameter positif, hal ini berarti bahwa setiap kenaikan ekspor daerah sebesar 1 juta rupiah, maka akan meningkatkan proporsi penyerapan tenaga kerja ± 2 jiwa dengan asumsi variabel yang lain dianggap konstan.

Pertumbuhan industri-industri yang menggunakan sumberdaya lokal, termasuk tenaga kerja dan bahan baku untuk diekspor, akan menghasilkan kekayaan daerah dan penciptaan peluang kerja. Asumsi ini memberikan pengertian bahwa suatu daerah akan mempunyai sektor unggulan apabila daerah tersebut dapat memenangkan persaingan pada sektor yang sama dengan daerah lain sehingga dapat menghasilkan ekspor.

Daerah pengekspor akan menggunakan faktor produksi yang melimpah secara intensif. Dengan adanya ekspor, suatu daerah


(3)

commit to user

dapat menaikkan produksi barang-barang yang sudah tidak dapat dijual lagi dalam negeri tetapi masih dapat dijual di luar negeri. Perluasan pasar yang terjadi akan mendorong sektor produktif untuk mengadakan teknik produksi yang lebih tinggi produktifitasnya dan memperluas produksi, sehingga dapat memperluas kesempatan kerja di daerah.


(4)

commit to user

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Investasi daerah secara parsial, berpengaruh positif dan signifikan

terhadap penyerapan tenaga kerja di Karesidenan Surakarta tahun 2000-2008.

2. Pengeluaran pemerintah daerah secara parsial berpengaruh positif dan

signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja di Karesidenan Surakarta tahun 2000-2008.

3. Ekspor daerah secara parsial berpengaruh positif dan signifikan

terhadap penyerapan tenaga kerja di Karesidenan Surakarta tahun 2000-2008.

4. Investasi daerah, pengeluaran pemerintah daerah, ekspor daerah secara

simultan berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja di Karesidenan Surakarta tahun 2000-2008.


(5)

commit to user

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, saran-saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:

1. Pemerintah Daerah di Karesidenan Surakarta hendaknya dapat

menciptakan iklim investasi yang baik sehingga banyak investor yang menanamkan modalnya di daerah tersebut. Upaya menciptakan iklim investasi yang baik dapat dilaksanakan dengan mempermudah pengurusan ijin usaha, pengurangan jenis dan besarnya pajak, dan penyediaan lahan industri yang strategis.

2. Pemerintah Daerah di Karesidenan Surakarta hendaknya meningkatkan

efisiensi dan efektivitas pengeluaran pemerintah dari penggunaan anggaran belanja pembangunan. Pemerintah daerah harus lebih bijaksana dalam memprioritaskan pembangunan daerahnya, terutama untuk dapat memberikan sarana dan prasarana seperti pembangunan jalan serta pengembangan sumber daya manusia yang lebih merata. Agar dapat lebih memperluas lapangan kerja Pemerintah Daerah harus lebih tajam dalam pengalokasian pengeluarannya untuk sektor-sektor industri yang berorientasi pada padat karya. Pemerintah Daerah hendaknya perlu mengembangkan sektor yang masih potensial seperti pertanian, perkebunan, dan wisata.

3. Pemerintah Daerah di Karesidenan Surakarta hendaknya dapat

mengembangkan sektor-sektor ekonomi yang strategis atau potensial


(6)

commit to user

meningkatnya ekspor diharapkan dapat menaikkan permintaan barang dan jasa, sehingga produksi dalam negeri menigkat, maka hal tersebut akan memperluas lapangan kerja.

4. Hal menarik dalam penelitian ini adalah investasi daerah, pengeluaran

pemerintah daerah dan ekspor daerah di Karesidenan Surakarta mengalami peningkatan setiap tahun namun penyerapan terhadap penduduk usia kerja di Karesidenan Surakarta hanya sedikit, kemungkinan ini disebabkan oleh faktor migrasi penduduk di sekitar Karesidenan Surakarta. Migrasi penduduk memiliki dampak positif karena meningkatkan kesejahteraan rumah tangga para migran, dan dampak negatif nya terhadap penyerapan tenaga (penduduk usia kerja) di daerah tujuan mengalami penurunan. Hendaknya Pemerintah Daerah Se-Karesidenan Surakarta membuat kebijakan-kebijakan dalam penyerapan tenaga kerja diutamakan pada penduduk usia kerja di daerah.

5. Penyerapan tenaga secara tidak langsung dipengaruhi oleh konsumsi,

investasi, pengeluaran pemerintah, ekspor, dan impor. Karena keterbatasan waktu dan data, dalam penelitian ini penyerapan tenaga kerja hanya dipengaruhi oleh investasi, pengeluaran pemerintah dan ekspor. Untuk peneliti-peneliti selanjutnya dalam meneliti masalah tentang penyerapan tenaga kerja hendaknya juga menyertakan variabel konsumsi dan impor sebagai variabel yang mempengaruhi penyerapan tenaga kerja.


Dokumen yang terkait

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan tenaga kerja di Indonesia

1 12 170

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYERAPAN TENAGA KERJA DI PROVINSI JAWA TENGAH ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYERAPAN TENAGA KERJA DI PROVINSI JAWA TENGAH.

2 9 17

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYERAPAN TENAGA KERJA DI PROVINSI JAWA TENGAH ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYERAPAN TENAGA KERJA DI PROVINSI JAWA TENGAH.

0 2 15

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYERAPAN TENAGA KERJA DI EKS KARESIDENAN Analisis Faktor Faktor yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja di Eks Karesidenan Surakarta Tahun 2006 2013.

0 3 15

Analisis Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja Di Eks Karesidenan Surakarta Tahun 2006 – 2013 Analisis Faktor Faktor yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja di Eks Karesidenan Surakarta Tahun 2006 2013.

0 3 16

PENDAHULUAN Analisis Faktor Faktor yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja di Eks Karesidenan Surakarta Tahun 2006 2013.

0 6 10

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYERAPAN TENAGA ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYERAPAN TENAGA KERJA DI KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 1985 - 2004.

0 0 12

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri Kota/ Kabupaten Dalam Karesidenan Surakarta Tahun 2010-2014.

0 0 14

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pengangguran Di Karesidenan Surakarta cover

0 0 15

View of Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja di Daerah Karesidenan Semarang

0 0 16