IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Perekonomian Indonesia
Menurut Laporan Perekonomian Indonesia dari Bank Indonesia 2003- 2007 perekonomian ekonomi Indonesia pada tahun 2003 hingga 2007 mengalami
pasang surut. Di tinjau dari PDB per kapita, selalu terjadi kenaikan pada kurun waktu tersebut. Pada tahun 2003 pertumbuhan ekonomi yang mencapai 4,7 persen
masih belum memadai untuk menyerap tambahan tenaga kerja sehingga pengangguran malah mengalami peningkatan yang semula di tahun 2002 sebesar
9,1 persen, pada tahun 2003 meningkat menjadi 9,5 persen. Kondisi ini antara lain disebabkan oleh masih banyaknya permasalahan struktural yang belum
terselesaikan, dampak negatif tragedi bom di Bali, dan perekonomian dunia yang masih lesu, terutama pada tengah tahun pertama.
Kinerja perekonomian pada tahun 2004 secara umum menunjukkan perbaikan dari tahun 2003. Pertumbuhan ekonomi meningkat hingga mencapai 5
persen, inflasi IHK terkendali, nilai tukar rupiah relatif stabil, dan suku bunga masih cenderung menurun. perbaikan ini didukung oleh kondusifnya
perekonomian global, optimisme pelaku usaha terhadap membaiknya kondisi perekonomian secara fundamental dan stabilnya kondisi makroekonomi.
Walaupun demikian, jika dilihat dari sisi ketenagakerjaan, pertumbuhan ekonomi yang terjadi belum juga memadai untuk meningkatkan penyerapan angkatan kerja
tambahan sehingga tingkat pengangguran relatif tidak berubah.
Perekonomian Indonesia pada tahun 2005 tumbuh sebesar 5,7 persen, lebih tinggi dibandingkan tahun 2004 sebesar 5 persen. Penyebab utama
peningkatan ini karena ditopang oleh pertumbuhan permintaan domestik yang relatif tinggi. Dari sisi permintaan, kegiatan ekonomi didukung oleh peningkatan
pertumbuhan permintaan domestik yang dibarengi dengan penurunan impor yang tajam. Dilihat secara sektoral, pertumbuhan disumbang oleh sektor perdagangan
dan sektor industri pengolahan. Meskipun secara keseluruhan meningkat dibandingkan tahun sebelumnya, realisasi pertumbuhan tersebut masih di bawah
perkiraan semula dan cenderung melambat seiring dengan meningkatnya tekanan terhadap kestabilan makroekonomi. Kenaikan harga bahan bakar minyak BBM
akibat tingginya harga minyak dunia dan berlanjutnya siklus pengetatan moneter global menimbulkan tekanan yang kuat terhadap kondisi fiskal dan neraca
pembayaran akibat pola ekspansi perekonomian yang relatif masih rentan. Seiring dengan kondisi tersebut, tambahan angkatan kerja baru tidak sepenuhnya mampu
terserap bahkan tingkat pengangguran meningkat dan distribusi pendapatan semakin timpang LPI, 2004-2005.
Di tengah berlangsungnya penyesuaian ketidakseimbangan perekonomian global dan menurunnya daya beli masyarakat pasca kenaikan harga bahan bakar
minyak BBM bulan Oktober 2005, pertumbuhan PDB pada tahun 2006 mengalami penurunan sebesar 0,2 persen dari 5,7 persen pada tahun 2005 menjadi
5,5 persen di tahun 2006. Walaupun demikian, perekonomian Indonesia tahun 2006 secara gradual mengalami perbaikan. Tingkat inflasi yang pada awal 2006
sangat tinggi berangsur menurun mencapai 6,7 persen, atau berada di bawah
sasaran, dan nilai tukar rupiah bergerak stabil dengan kecenderungan menguat. Terjaganya kestabilan makroekonomi pada gilirannya memberikan ruang bagi
perekonomian untuk tumbuh dengan tren membaik sehingga untuk keseluruhan tahun 2006 mencapai 5,5 persen. Perkembangan tersebut tidak terlepas dari peran
kebijakan moneter dan fiskal yang konsisten dan berhati- hati sehingga mampu menyeimbangkan upaya menjaga kestabilan makro dan mendorong pertumbuhan
ekonomi. Pertumbuhan yang dicapai terutama bertumpu pada peningkatan konsumsi dan ekspor, sedangkan investasi masih tumbuh melambat mengingat
penyelesaian beberapa persoalan struktural belum sesuai harapan. Kondisi demikian menyebabkan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2006 belum dibarengi
perbaikan yang berarti dari sisi penyerapan angkatan kerja dan peningkatan kualitas kesejahteraan masyarakat LPI, 2005-2006.
Pada tahun 2007 untuk pertama kali sejak krisis, pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di atas angka 6 persen dengan stabilitas yang tetap terjaga
dengan baik. Tingginya harga komoditas internasional, terutama harga minyak mentah, dan merambatnya krisis subprime mortgage adalah beberapa faktor yang
menorehkan tantangan dan ujian pada perekonomian Indonesia pada tahun 2007. Dalam menghadapi deretan ujian tersebut, perekonomian Indonesia menunjukkan
ketahanan yang lebih baik dalam mendukung pertumbuhan ekonomi. Daya tahan perekonomian Indonesia yang lebih baik tersebut antara lain disumbang oleh
kombinasi kebijakan makroekonomi dan sektoral yang ditempuh. Koordinasi kebijakan antara kebijakan moneter dan fiskal berjalan semakin baik. Pemerintah
dan Bank Indonesia senantiasa bekerja sama dalam memberikan stimulus dan
menjaga stabilitas perekonomian. Di sisi moneter, respon kebijakan dilakukan secara berhati- hati dan konsisten pada upaya pengendalian inflasi pada tingkat
yang semakin rendah dalam jangka menengah-panjang. Di sisi fiskal, kesinambungan keuangan pemerintah tetap dijaga dengan baik di tengah upaya
untuk mengendalikan harga komoditas strategis. Adapun di sisi sektoral, pemerintah terus berupaya mendorong dan meningkatkan kualitas pertumbuhan
ekonomi melalui perbaikan
iklim investasi, percepatan pembangunan
infrastruktur, pemberdayaan UMKM, serta penguatan dan reformasi sektor keuangan.
Tabel 4.1 Kondisi Pe rekonomian Indonesia tahun 2003-2007
Rincian 2003
2004 2005
2006 2007
Pertumbuhan PDB Inflasi IHK
Inflasi Inti Nilai Tukar Rp Rata-rata
Suku Bunga S BI 1 bulanBI Rate sejak juli 2005 4,7
5,1 6,9
8.572 8,31
5,0 6,4
6,7 8.940
7,43 5,7
17,11 9,75
9.713 12,75
5,5 6,60
6,03 9.167
9,75 6,3
6,59 6,39
9.140 8,00
PDB Menurut Pengeluaran
Konsumsi Pembentukan modal tetap domestik bruto
Ekspor barang dan jasa Impor barang dan jasa
3,9 0,6
5,9 1,6
5,0 14,7
13,5 26,7
4,0 10,9
16,6 17,8
3,2 2,5
9,4 8,6
5,0 9,2
8,0 8,9
PDB Menurut Lapangan Usaha
Pertanian Pertambangan dan Penggalian
Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih
Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran
Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan
Jasa-jasa 3,8
-1,4 5,3
4,9 6,1
5,4
12,2 6,7
4,4 2,8
-4,5 6,4
5,3 7,5
5,7
13,4 7,7
5,4 2,7
3,2 4,6
6,3 7,5
8,3
12,8 6,7
5,2 3,4
1,7 4,6
5,8 8,3
6,4
14,4 5,5
6,2 3,5
2,0 4,7
10,4 8,6
8,5 14,4
8,0 6,6
Tingkat Pengangguran Terbuka Tingkat Kemiskinan
PDB per Kapita ribu Rp PDB per Kapita dolar AS
9,5 17,4
9.574 1.116
9,4 16,7
10.506 1.167
10,8 16,0
12.700 1.321
10,3 17,7
15.000 1.663
9,1 16,6
17.600 1.947
Sumber: Badan Pusat Statistika dan Bank Indonesia
4.2. Gambaran Penyerapan Tenaga Kerja di Indonesia