4.2. Gambaran Penyerapan Tenaga Kerja di Indonesia
Sebagian besar sektor usaha di Indonesia masih didominasi oleh sektor usaha padat karya, sehingga perubahan tingkat pertumbuhan pada sektor-sektor
usaha tersebut akan mempengaruhi tingkat penyerapan tenaga kerja. Tingkat penyerapan tenaga kerja Indonesia k urun waktu 2003 hingga 2007 mengalami
fluktuasi. Keadaan penyerapan tenaga kerja Indonesia untuk 20 propinsi pada kurun waktu tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Penyerapan Tenaga Kerja di 20 Propinsi di Indonesia dalam jiwa
Propinsi 2003
2004 2005
2006 2007
Sumatera Utara
1.465.593 1.773.927
1.751.030 1.882.016
2.050.513
Sumatera Barat 497.056
565.612 589.985
623.324 640.329
Riau
1.029.793 854.693
1.059.880 726.650
805.992
Jambi 232.935
307.492 315.526
301.593 381.440
Sumatera Selatan 521.829
656.790 752.303
801.770 989.847
Lampung
650.389 653.442
679.114 847.142
997.254
DKI Jakarta 2.283.554
2.380.620 2.375.381
2.560.650 2.415.567
Jawa B arat 6.201.653
6.645.128 6.577.337
7.328.658 7.311.318
Jawa Teng ah
5.509.490 5.775.428
6.046.565 5.883.113
6.253.794
DI. Yog yakarta 563.095
622.557 667.576
721.780 778.359
Jawa Ti mur
6.094.301 6.324.730
6.900.973 7.081.787
6.935.697
Banten
1.458.120 1.504.268
1.416.737 1.728.347
1.646.802
Bali 660.446
706.130 804.424
787.012 794.562
Nusa Tenggara B arat
467.629 535.716
485.227 575.461
631.814
Kali mantan Barat
374.512 451.370
468.079 493.169
514.817
Kali mantan Tengah 126.253
157.653 145.758
243.445 279.307
Kali mantan Selatan
317.722 473.488
424.465 424.518
509.351
Kali mantan Ti mur
466.663 502.670
537.902 528.388
518.368
Sulawesi Utara 251.253
276.110 299.445
297.414 359.830
Papua
159.366 175.180
224.740 114.949
157.162
Total
29.331.652 31.343.004 32.522.447 33.951.186 34.972.123
Sumber : Badan Pusat Statistik BPS 2003-2007
Berdasarkan data BPS 2003-2007, dari 20 propinsi yang diamati, secara umum pada tahun 2003 hingga 2007 ada 13 propinsi yang sebagian besar
mengalami kenaikan penyerapan tenaga kerja yang stabil, yaitu Kalimantan Tengah, Papua, Sulawesi Utara, Jambi, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur,
Kalimantan Selatan, Nusa Tenggara Barat, Sumatera Barat, DI Yogyakarta, Sumatera Selatan, Bali, dan Lampung. Walaupun pada tahun 2005 terjadi
kenaikan harga bahan bakar minyak BBM yang dapat berimplikasi pada peningkatan biaya produksi tiap perusahaan sehingga memaksa beberapa
perusahaan melakukan PHK besar-besaran terhadap para pekerjanya, namun pada beberapa propinsi yang telah disebutkan di atas justru terjadi peningkatan
penyerapan tenaga kerja. Hal ini bisa terjadi karena pada periode ini secara umum sebagian besar sektor yang merupakan sektor unggulan di propinsi-propinsi
tersebut mengalami pertumbuhan positif. Beberapa propinsi memang sempat terpengaruh oleh kenaikan harga BBM
sehingga berimplikasi pada penurunan penyerapan tenaga kerja pada tahun 2005 dan sebagian kecil tahun 2006, namun segera mengalami recovery dan kembali
meningkat pada tahun 2007. Propinsi yang mengalami hal ini adalah Jawa Tengah dan Papua.
Tingkat penyerapan tenaga kerja Riau berada sedikit di atas 13 propinsi yang telah disebutkan di atas namun kenaikannya bersifat fluktuatif. Selanjutnya
berturut-turut diikuti Banten, Sumatera Utara, dan DKI Jakarta. Sedangkan Jawa Tengah, Jawa Timur dan Jawa Barat tercatat merupakan propinsi yang paling
tinggi tingkat penyerapan tenaga kerjanya selama tahun 2003 hingga 2007.
Pada kurun waktu 2003-2007, Riau, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah mengalami fluktuasi penyerapan tenaga kerja yang cukup tinggi.
Riau mengalami penurunan pada tahun 2004 dan 2006. Walaupun pada tahun 2007 penyerapan tenaga kerja di Riau meningkat, namun tidak mampu melebihi
tingkat penyerapan tenaga kerja pada tahun 2003 dan 2005. Penurunan penyerapan tenaga kerja Riau pada tahun 2004 disebabkan adanya perlambatan
pertumbuhan di sejumlah sektor sektor pertanian, sektor industri pengolahan, serta sektor keuangan, sewa dan jasa perusahaan sehingga mengakibatkan menurunnya
jumlah penyerapan tenaga kerja di sektor-sektor tersebut. Sedangkan penurunan yang terjadi pada tahun 2006 disebabkan terjadi penurunan penyerapan tenaga
kerja hampir di seluruh sektor ekonomi. Hanya ada dua sektor yang penyerapan tenaga kerjanya meningkat yaitu sektor pertanian dan sektor jasa-jasa.
Sumatera Utara secara umum mengalami kenaikan penyerapan tenaga kerja yang relatif stabil dalam kurun waktu 2003 hingga 2007. Namun pada tahun
2005 penyerapan tenaga kerja sedikit menurun. Hal ini disebabkan menurunnya pertumbuhan di sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, sektor
industri pengolahan dan sektor jasa-jasa. Sementara pertumbuhan negatif terjadi pada sektor listrik, gas dan air bersih.
Penyerapan tenaga kerja di Banten, dan DKI Jakarta pada tahun 2005 dan 2007 mengalami penurunan yang cukup signifikan. Penurunan penyerapan tenaga
kerja di Banten pada tahun 2005 diperkirakan disebabkan oleh adanya perlambatan pertumbuhan ekonomi yang diakibatkan kenaikan harga Bahan
Bakar Minyak BBM dan masih fluktuatifnya nilai tukar rupiah. Keduanya telah
menyebabkan biaya meningkat dan menurunnya daya beli. Sektor yang penyerapan tenaga kerjanya mengalami penurunan pada saat itu adalah sektor
pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan, sektor bangunan, sektor keuangan, sewa dan jasa perusahaan, dan sektor jasa-jasa.
Pada tahun 2007 penurunan penyerapan tenaga kerja disebabkan oleh perlambatan pertumbuhan di sektor pertanian, sektor listrik, gas dan air, dan
sektor jasa-jasa. Beberapa faktor yang menjadi penyebabnya adalah kenaikan permintaan domestik yang masih terbatas dan dapat dipenuhi dengan
meningkatkan penggunakan kapasitas yang sudah ada. Faktor lain adalah relatif sedikitnya industri baru yang masuk, bahkan terdapat beberapa industri yang tutup
atau relokasi. Selain itu, pertumbuhan kinerja sektor listrik yang negatif diduga juga menjadi penyebabnya. Hal ini disebabkan karena adanya bencana alam angin
putting beliung yang terjadi di Bulan Juli-Agustus sehingga mengakibatkan kerusakan pada Gardu Induk GI Serang, GI Rangkas Bitung dan GI Menes yang
berperan sebagai penghantar listrik 70.000 volt sehingga aliran listrik di beberapa wilayah di Banten terganggu LPI, 2007.
Penurunan penyerapan tenaga kerja di DKI Jakarta pada tahun 2005 diperkirakan disebabkan oleh adanya kebijakan harga Bahan Bakar Minyak
BBM dan nilai tukar rupiah yang masih bersifat fluktuatif. Hal ini mengakibatkan meningkatnya biaya dan menurunnya kemampuan daya beli
sehingga mengakibatkan lambatnya pertumbuhan investasi, dan pertumbuhan hampir di seluruh sektor ekonomi kecuali sektor listrik. Sedangkan penurunan
yang terjadi pada tahun 2007 disebabkan oleh pertumbuhan sebagian besar sektor
terutama sektor industri yang relatif masih rendah, peningkatan permintaan domestik dan pasar ekspor yang relatif terbatas. Di sisi lain, masalah ini juga
dipicu oleh masih lambatnya pertumbuhan di bidang investasi. Di Jawa Barat, penurunan penyerapan tenaga kerja pada tahun 2005 terjadi
di sektor pertanian, sektor listrik, air, gas, dan sektor keuangan, sewa dan jasa perusahaan. Namun pada tahun 2006 terjadi lonjakan penyerapan tenaga kerja
yang cukup tinggi. Hal ini disebabkan oleh sebagian besar sektor ekonomi di Jawa Barat pada tahun tersebut mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi antara lain
sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, sektor listrik, air, dan gas, sektor bangunan, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor dan sektor jasa-
jasa. Namun pada sektor perdagangan, hotel, restoran, sektor industri pengolahan, sektor keuangan, sewa dan jasa perusahaan dan mengalami sedikit penurunan
penyerapan tenaga kerja. Penyerapan tenaga kerja di Jawa Tengah selalu mengalami kenaikan yang
cukup tinggi, kecuali pada tahun 2006. Pada tahun tersebut penurunan penyerapan tenaga kerja cukup tajam karena sebagian besar sektor memiliki pertumbuhan
yang rendah. Sektor-sektor yang mengalami penurunan penyerapan tenaga kerja adalah sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, sektor
pengangkutan komunikasi, sektor keuangan, sewa dan jasa perusahaan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, dan sektor jasa-jasa.
Jawa Timur selalu mengalami peningkatan penyerapan tenaga kerja dari tahun 2003 hingga 2006. Tahun 2006 sempat mengalami penurunan pertumbuhan
dari tahun sebelumnya akibat efek dari kenaikan harga BBM di akhir 2005.
1000000 2000000
3000000 4000000
5000000 6000000
7000000 8000000
2003 2004
2005 2006
2007
Jum la
h T ena
ga K
er ja
Propinsi Sumatera Utara
Sumatera Barat Riau
Jambi Sumatera Selatan
Lampung DKI Jakarta
Jawa Barat Jawa Tengah
DI. Yogyakarta Jawa Timur
Banten Bali
Nusa Tenggara Barat Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur Sulawesi Utara
Papua
Sedangkan pada tahun 2007 penyerapan tenaga kerja lebih rendah dibanding 2006. Hal ini diduga disebabkan oleh peristiwa luapan Lumpur Porong akibat
aktivitas PT Lapindo Brantas Inc pada pertengahan 2006 yang dampak negatifnya dirasakan pada tahun 2007. Dampak ini terutama dirasakan pada sektor pertanian,
sektor industri, dan sektor pengangkutan di beberapa daerah di Jawa Timur.
Gambar 4.1 Grafik Tingkat Penyerapan Tenaga Kerja di 20 Propinsi di
Indonesia
4.3. Hasil Analisis Model Regresi 4.3.1. Uji Statistik