61
VII. FUNGSI DEMAND WISATA DI HUTAN WISATA PUNTI KAYU PALEMBANG
7.1. Fungsi Demand Wisata di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang
Fungsi demand pariwisata di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang akan terbentuk, jika diuji secara keseluruhan dengan menggunakan software SAS
terhadap keseluruhan variabel parameter. Setelah dilakukan uji secara keseluruhan menggunakan software SAS, maka diperoleh variabel-variabel
parameter yang signifikan pada taraf nyata α 5, yaitu lama kunjungan ke
Hutan Wisata Punti Kayu Palembang jam LK, jumlah tanggungan keluarga orang TK, dan pengetahuan pengunjung terhadap Hutan Wisata Punti Kayu
Palembang tahun PP. Adapun variabel parameter yang berpengaruhsignifikan pada taraf nyata
α 20 adalah taraf pendidikan pengunjung TP.
Hasil uji keseluruhan untuk keseluruhan variabelparameter dengan menggunakan software SAS seperti yang terlihat pada Tabel 8 di bawah ini:
Tabel 8. Hasil Analisis Regresi Poisson dengan Software SAS untuk Uji Keseluruhan VariabelParameter
Variabel DF
Chi-Square Pr ChiSq
BP X1 4
1,20 0,8781
PD X2 5
4,28 0,5098
UM X3 2
2,43 0,2960
JT X4 3
2,45 0,4849
WT X5 2
2,28 0,3200
LK X6 1
3,11 0,0777
TK X7 2
5,89 0,0526
RO X8 2
1,13 0,5672
PP X9 3
8,75 0,0328
TP X10 3
5,32 0,1497
Sumber: Hasil Analisis Data Primer, 2011 Keterangan: = berpengaruh pada taraf nyata
α 5 = berpengaruh pada taraf nyata
α 20
62 Berdasarkan hasil analisis di atas dengan uji Chi-Square secara keseluruhan
terhadap variabel parameter, maka dapat dibuat hipotesis: H0 :
H1 : minimal ada satu ,
, … Dari hipotesis di atas, dapat dijadikan indikator bahwa variabel parameter yang
berpengaruh terhadap respon dengan melihat nilai Pr p-value 5, 10, dan 20 . Jika nilai p-valuenya 5, 10, dan 20 maka tolak H0, artinya
signifikan minimal ada satu variabelparameter yang berpengaruh terhadap respon. Hasil estimasi di atas menunjukkan, ada empat variabel parameter yang
berpengaruh nyatasignifikan terhadap jumlahkali kunjungan dalam setahun ke Hutan Wisata Punti Kayu Palembang.
7.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Demand Pariwisata Hutan
Wisata Punti Kayu Palembang
Pada Lampiran 5 ditunjukkan parameter estimasi dari olahan regresi Poisson untuk mengetahui masing-masing variabel yang berpengaruh terhadap
kali kunjungan ke Hutan Wisata Punti Kayu Palembang per tahun dengan cara melakukan uji satu-satu uji t-statistik. Dari hasil uji satu-satu uji t-statistik
terhadap masing-masing variabel, maka diperoleh variabel-variabel yang mempengaruhi faktor demand pariwisata Hutan Wisata Punti Kayu Palembang,
sebagai berikut: LK lama kunjungan ke Hutan Wisata Punti Kayu Palembang kategori 1, TK jumlah tanggungan keluarga kategori 1 dan 2, PP pengetahuan
pengunjung terhadap Hutan Wisata Punti Kayu Palembang kategori 3, dan TP taraf pendidikan pengunjung Hutan Wisata Punti Kayu Palembang kategori 1
dan 2. Berdasarkan hasil estimasi pada Lampiran 5 pula dapat dibentuk model persamaan regresi Poisson terhadap variabel-variabel yang mempengaruhi faktor
63 demand
pariwisata ke Hutan Wisata Punti Kayu Palembang, dengan asumsi data responsnya harus menyebar secara poisson. Persamaan regresi Poisson yang
terbentuk adalah ,
, ,
, ,
, + 1,3381
7.2.1. Variabel-Variabel yang Berpengaruh Signifikan terhadap Demand
Pariwisata
Adapun variabel-variabel yang berpengaruh nyatasignifikan dalam model dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Lama Kunjungan ke Hutan Wisata Punti Kayu Palembang
Lama kunjungan ke Hutan Wisata Punti Kayu Palembang dapat diartikan sebagai lamanya pengunjung berwisata ke Hutan Wisata Punti Kayu Palembang.
Hasil analisis menunjukkan bahwa secara uji statistik lama kunjungan ke Hutan Wisata Punti Kayu Palembang berpengaruh nyata pada taraf nyata
α 5. Koefisien regresi yang bertanda positif ini dapat diartikan bahwa apabila lama
kunjungan ke Hutan Wisata Punti Kayu Palembang bertambah satu jam, maka akan meningkatkan frekuensi kunjungan dalam setahun sebesar 78,46 kategori
1, cateris paribus. Hal yang demikian dapat diartikan sebagai apabila pengunjung tersebut merasa nyaman selama berada di kawasan Hutan Wisata Punti Kayu
Palembang, maka pengunjung tersebut akan cenderung menambah jumlah frekuensi kunjungannya ke Hutan Wisata Punti Kayu Palembang dalam setahun.
2. Jumlah Tanggungan Keluarga
Jumlah tanggungan keluarga pada penelitian kali ini terdiri dari istri dan anak. Hasil dari uji statistik di atas menunjukkan bahwa jumlah tanggungan keluarga
berpengaruh nyata pada taraf α 5 dengan nilai koefisien regresi yang bertanda
64 positif. Hal ini berarti, dengan semakin bertambahnya jumlah anggota keluarga
sebesar satu orang, maka akan meningkatkan pula frekuensi kunjungan dalam setahun sebesar 280,65 kategori 1 dan 257,53 kategori 2, cateris paribus.
Pada penelitian kali ini, jumlah responden pengunjung yang sudah menikah dan memiliki 2-4 orang anak rata-rata anak tersebut berusia di bawah 12 tahun
memiliki proporsi sebesar 39 dan sebagian besar responden yang memiliki anak tersebut menghabiskan waktunya di arena anak. Apabila pengunjung tersebut
memiliki jumlah anak yang usianya di bawah 12 tahun lebih dari dua orang, maka frekuensi kunjungan mereka ke Hutan Wisata Punti Kayu Palembang akan
bertambah pula per tahunnya. Hal ini disebabkan karena anak-anak tersebut merasa nyaman dan memiliki keinginan untuk bermain di arena anak pada saat
mereka berkunjung ke Hutan Wisata Punti Kayu Palembang. 3.
Pengetahuan Pengunjung terhadap Hutan Wisata Punti Kayu Palembang Pengetahuan pengunjung dapat diartikan, sudah berapa lama pengunjung
tersebut mengetahui objek wisata Hutan Wisata Punti Kayu Palembang. Dalam penelitian kali ini juga, pengetahuan pengunjung merupakan salah satu variabel
yang berpengaruh nyata terhadap jumlah kunjungan dalam setahun. Variabel ini berpengaruh pada taraf nyata
α 5 dan memiliki koefisien regresi yang bertanda negatif. Hal yang demikian dapat diartikan bahwa dengan semakin mengertinya
pengetahuan pengunjung terhadap situasi dan kondisi Hutan Wisata Punti Kayu Palembang, maka akan semakin menurun frekuensi kunjungan mereka dalam
setahun sebesar 164,22 kategori 3, cateris paribus. Kondisi seperti ini terjadi apabila pengunjung Hutan Wisata Punti Kayu Palembang tersebut telah mengerti
dengan situasi dan kondisi Hutan Wisata Punti Kayu Palembang, maka para
65 pengunjung akan cenderung malas untuk berkunjung ke Hutan Wisata Punti Kayu
Palembang dan mereka berinisiatif untuk mencari alternatif-alternatif objek wisata lainnya.
4. Taraf Pendidikan Pengunjung
Hasil analisis regresi poisson terhadap variabel taraf pendidikan pengunjung menunjukkan bahwa variabel tersebut berpengaruh nyata pada taraf
nyata α 20 dengan nilai koefisien regresi yang bertanda positif. Berdasarkan
hipotesis, apabila tingkat pendidikan seseorang semakin tinggi maka akan meningkatkan pula frekuensi kunjungan mereka ke suatu objek wisata dalam
setahun. Pada penelitian kali ini hipotesis tersebut terbukti, bahwa dengan semakin meningkatnya tingkat pendidikan seseorang, maka akan semakin
meningkat pula frekuensi kunjungan mereka ke Hutan Wisata Punti Kayu Palembang. Penelitian ini pula menunjukkan bahwa pengunjung Hutan Wisata
Punti Kayu Palembang rata-rata berpendidikan SMA dan perguruan tinggi PT.
66
VIII. ANALISIS DAMPAK EKONOMI KEBERADAAN WISATA ALAM HUTAN WISATA PUNTI KAYU PALEMBANG
8.1. Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata di Hutan Wisata Punti
Kayu Palembang Adanya kegiatan wisata di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang akan
menimbulkan dampak terhadap masyarakat sekitar objek wisata. Dampak yang muncul dari suatu kegiatan wisata, yaitu munculnya dampak ekonomi. Dampak
ekonomi tersebut dapat bersifat positif dan negatif. Dampak positif yang muncul dari adanya dampak ekonomi dapat bersifat langsung direct. Munculnya
lapangan kerja baru bagi masyarakat sekitar, baik berprofesi sebagai petugas kebersihan dan keamanan, serta profesi lain yang sesuai dengan kemampuan
masyarakat setempat adalah salah satu contoh dampak positif langsung direct impact
yang muncul dengan adanya kegiatan wisata. Selain hal itu, dampak positif langsung lain yang muncul, seperti adanya pedagang-pedagang baru yang
akan berjualan makanan, minuman, souvenir khas daerah setempat, dan sebagainya di sekitar kawasan wisata. Hal yang demikian akan membuat
masyarakat sekitar mampu meningkatkan taraf hidupnya. Selain dampak positif langsung yang muncul, ada dampak lain yang akan
timbul pula seperti dampak tidak langsung indirect impact. Dampak tidak langsung berupa aktivitas ekonomi lokal dari suatu pembelanjaan unit usaha
penerima dampak langsung dan dampak lanjutan induced impact. Dampak lanjutan ini dapat diartikan sebagai aktivitas ekonomi lokal lanjutan dari tambahan
pendapatan masyarakat lokal. Dampak ekonomi yang ditimbulkan dari kegiatan wisata pada dasarnya dilihat dari keseluruhan pengeluaran pengunjungwisatawan
untuk akomodasi, konsumsi baik konsumsi dari rumah maupun konsumsi di
67 lokasi wisata, biaya perjalanan ke lokasi wisata, dokumentasi, pembelian
souvenir khas daerah setempat, serta pengeluaran lainnya. Keseluruhan dari biaya pengeluaran pengunjung akan diestimasi dari jumlah keseluruhan kunjungan
pengunjung dan rata-rata pengeluaran dalam satu kali kunjungan wisata.
8.1.1. Dampak Ekonomi Langsung Direct Impact
Berdasarkan sebaran pengunjung sebagai responden di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang menurut struktur pengeluaran pada setahun terakhir,
biaya perjalanan memiliki proporsi terbesar dari seluruh proporsi biaya yang
dikeluarkan oleh pengunjung. Hal ini dikarenakan sebagian besar dari pengunjung
yang datang ke lokasi wisata ini dengan menggunakan mobil pribadi dan kendaraan umum. Oleh karena itu akan mempengaruhi besaran proporsi biaya
yang mereka keluarkan untuk melakukan kegiatan wisata. Bagi pengunjung yang menggunakan mobil dan motor pribadi, biaya perjalanan yang mereka keluarkan
berasal dari biaya bahan bakar kendaraan, sedangkan biaya perjalanan yang dikeluarkan pengunjung yang menggunakan kendaraan umum berupa ongkos
pulang-pergi atau biaya sewa kendaraan umum yang mereka gunakan. Hasil analisis secara rinci disajikan dalam Tabel 9 di bawah ini.
68 Tabel 9. Proporsi Struktur Pengeluaran Pengunjung Hutan Wisata Punti Kayu
Palembang
Biaya Nilai Rp.
Proporsi
Biaya perjalanan pulang-pergi Biaya tiket masuk Hutan
Wisata Punti Kayu Palembang Konsumsi dari rumah
Konsumsi di lokasi Pembelian souvenir
Biaya fasilitas wisata lainnya, selain tiket masuk
Biaya parkir Biaya dokumentasi
Jumlah 57.195,65
11.652,17
40.021,74 25.608,70
14.500,00
2.065,22 151.043,48
28,40 14,60
28,15 15,39
11,33
2,12 100
Sumber: Hasil Analisis Data Primer, 2011
Dari tabel di atas terlihat, sebagian besar pengunjung
mengeluarkan biaya untuk perjalanan mereka. Proporsi biaya perjalanan yang dikeluarkan oleh
pengunjung Hutan Wisata Punti Kayu Palembang memiliki proporsi paling besar, yaitu sebesar 28,40.
Hal ini menunjukkan bahwa biaya perjalanan memiliki pengaruh terhadap pengeluaran pengunjung pada saat melakukan kegiatan wisata
karena sebagian besar dari mereka berwisata ke lokasi ini dengan menggunakan mobil pribadi atau dengan menyewa kendaraan umum, seperti bus pariwisata.
Besarnya biaya yang dikeluarkan pengunjung akan berbeda-beda sesuai dengan tujuan dan kawasan wisata yang akan mereka kunjungi.
Proporsi pengeluaran pengunjung terkait dengan unit usaha dan fasilitas yang tersedia di lokasi wisata. Rata-rata pengeluaran pengunjung untuk satu kali
kunjungan berkisar Rp 65.625,22. Hal ini dipengaruhi oleh faktor-faktor, seperti daerah asal pengunjung, aktivitas utama yang dilakukan di objek wisata, dan lain-
lain. Tabel 10 menunjukkan jumlah total pengeluaran pengunjung per bulan di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang sebesar Rp 1.434.501.671. Besarnya
pengeluaran pengunjung per bulan didasarkan pada rata-rata jumlah pengunjung
69 Hutan Wisata Punti Kayu Palembang per bulan, yaitu sekitar 21.859 orang
BKSDA, 2010. Besarnya arus uang tersebut akan menunjukkan seberapa besar dampak ekonomi yang ditimbulkan dari pengeluaran pengunjung.
Tabel 10. Total Pengeluaran Pengunjung di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang
Keterangan Proporsi
Pengeluaran wisatawan di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang
Biaya di luar lokasi wisata Rata-rata pengeluaran pengunjung Rpharipengunjung
Jumlah pengunjung per bulan orang Total pengeluaran pengunjung per bulan Rp
43,45 56,55
65.625,22 21.859
1.434.501.671
Sumber: Hasil Analisis Data Primer, 2011
Keberadaan kawasan wisata membuka peluang bagi masyarakat sekitar untuk membuka usaha yang berkaitan dengan kebutuhan pengunjung selama
berwisata. Unit usaha yang berkembang di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang saat ini masih sangat sedikit dan bersifat homogen. Sehingga perputaran arus uang
yang terjadi diantara pengunjung dengan masyarakat lokal masih sangat kecil. Unit usaha yang berkembang di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang saat ini
meliputi warung makan berjumlah 13 unit, warung minuman 3 unit, dan usaha foto keliling 2 orang.
Penerimaan yang diterima oleh pemilik unit usaha adalah suatu pengeluaran pengunjung yang kemudian digunakan kembali oleh mereka untuk
menjalankan aktivitas pada unit usaha tersebut. Pemilik unit usaha membutuhkan bahan baku untuk menjalankan usaha mereka. Komponen biaya yang utama dari
unit usaha adalah biaya operasional dari menjalankan unit usaha tersebut yang meliputi biaya sewa bangunan dan biaya pembelian inputbahan baku dari
produksi unit usaha, upah tenaga kerja non-keluarga, pengembalian kredit ke
70 bank, transportasi lokal, serta biaya kebutuhan pangan harian. Rincian proporsi
penerimaan yang diterima pemilik usaha dan biaya-biaya yang dikeluarkan unit usaha tergambar pada Tabel 11.
Tabel 11. Proporsi Penerimaan Usaha dan Biaya-Biaya yang Dikeluarkan Unit Usaha di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang
Komponen Nilai Rp.
Proporsi
Penerimaan pemilik usaha Upah karyawan
Biaya operasional unit usaha biaya sewa dan biaya pembelian
inputbahan baku Kebutuhan pangan harian
Jumlah 3.648.500
781.250 1.220.000
381.250 6.031.000
52,96 3,52
31,64 11,88
100
Sumber: Hasil Analisis Data Primer, 2011
Dari Tabel 11 terlihat bahwa proporsi terbesar berupa penerimaan pemilik usaha, yaitu sebesar 52,96. Adapun yang dimaksud dengan dampak ekonomi
langsung adalah penerimaan yang diterima unit usaha dari pengeluaran pengunjung. Pada penelitian kali ini, penerimaan dari unit usaha memiliki
proporsi paling besar. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan wisata di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang telah memberikan dampak ekonomi langsungnya.
Proporsi selanjutnya diikuti oleh kebutuhan pangan harian dan biaya operasional unit usaha yang memberikan proporsi sebesar 31,64 dan 11,88, sedangkan
upah karyawan memberikan proporsi sebesar 3,52. 8.1.2. Dampak Ekonomi Tidak Langsung Indirect Impact
Pengembangan wisata alam di Palembang oleh PT Indosuma Putra Citra dapat membuka peluang untuk berusaha bagi masyarakat sekitar objek wisata,
sehingga dapat menciptakan peluang kerja yang baru. Saat ini jumlah unit usaha yang ada di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang masih sedikit dan homogen
71 jenis usahanya, namun keseluruhan dari mereka mengelola unit usahanya secara
sendiri. Tenaga kerja lokal hanya dilibatkan oleh pengelola Hutan Wisata Punti Kayu Palembang untuk membantu pelaksanaan kegiatan wisata di lokasi tersebut,
sedangkan tenaga kerja yang dilibatkan oleh para pemilik unit usaha adalah tenaga kerja dari keluarga mereka sendiri. Apabila tiba hari minggu atau hari libur
Nasional, para pemilik usaha cukup meminta bantuan suami dan anak-anak mereka dalam menyambut pengunjung yang datang.
Sebagian besar tenaga kerja lokal yang ada di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang bekerja selama 7 hari kerja, namun hanya ada dua orang tenaga kerja
tambahan pada saat hari minggulibur, yaitu sebagai pemandu kuda dan pemandu gajah. Sebesar 60 dari total tenaga kerja yang menjadi responden merupakan
penduduk asli daerah sekitar objek wisata Hutan Wisata Punti Kayu Palembang. Keterangan lebih lanjut tentang jumlah tenaga kerja di Hutan Wisata Punti Kayu
Palembang dapat dilihat pada Tabel 5. Dampak ekonomi tidak langsung dapat dihitung dari proporsi pengeluaran
unit usaha terhadap upah tenaga kerja yang berasal total pendapatan bersih unit usaha di lokasi wisata. Proporsi upah tenaga kerja yang dikeluarkan oleh unit
usaha dalam hal ini, pengelola Hutan Wisata Punti Kayu Palembang memiliki proporsi sebesar 3,52 Tabel 11. Hal ini dikarenakan sebagian besar unit usaha
mengelola usahanya sendiri dan hanya unit usaha yang dikelola oleh PT Indosuma Putra Citra saja Hutan Wisata Punti Kayu Palembang yang memiliki tenaga
kerja. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dampak ekonomi tidak langsung indirect impact yang ditimbulkan dari kegiatan wisata di Hutan Wisata
Punti Kayu Palembang masih sangat rendah.
72
8.1.3. Dampak Ekonomi Lanjutan Induced Impact
Kegiatan wisata tidak hanya memberikan dampak langsung dan dampak tidak langsung saja, tetapi kegiatan wisata juga mampu memberikan dampak
lanjutannya. Dampak lanjutan diartikan sebagai suatu pengeluaran yang dilakukan oleh tenaga kerja lokal di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang. Dampak lanjutan
juga merupakan pengeluaran sehari-hari tenaga kerja lokal. Pada penelitian kali ini, tenaga kerja yang dihitung besar pengeluaran sehari-hari diasumsikan hanya
tenaga kerja Hutan Wisata Punti Kayu tidak termasuk para pemilik unit usaha saja. Sebagian besar tenaga kerja tersebut menggunakan penerimaan mereka
untuk kebutuhan konsumsi mereka sehari-hari. Pengeluaran tenaga kerja lokal untuk kebutuhan konsumsi mereka memiliki proporsi sebesar 52,19 dari total
pengeluarannya. Proporsi selanjutnya yaitu pengeluaran untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari, yaitu sebesar 35,48. Kebutuhan sehari-hari mereka
meliputi pembelian perlengkapan mandi dan kosmetik, snack-snack, pulsa, dan sebagainya. Proporsi sebesar 12,33 dikeluarkan tenaga kerja tersebut untuk
biaya transportasi menuju lokasi tempat mereka bekerja. Tidak ada biaya sekolah anak dan listrik yang mereka keluarkan karena keseluruhan dari mereka belum
ada yang menikah. Proporsi rata-rata pengeluaran tenaga kerja lokal dapat dilihat pada Tabel 12.
73 Tabel 12. Proporsi Pengeluaran Tenaga Kerja di Hutan Wisata Punti Kayu
Palembang
Pengeluaran Tenaga Kerja Lokal Nilai
Rp. Proporsi
Biaya konsumsi Biaya sekolah anak
Biaya listrik Biaya untuk kebutuhan sehari-hari
kosmetik, snack, pulsa Biaya transportasi
Jumlah 250.000
195.000 70.000
515.000 52,19
35,48
12,33
100
Sumber: Hasil Analisis Data Primer, 2011
8.2. Nilai Multiplier Effect dari Pengeluaran Pengunjung