17 selaku penerima pengeluaran wisatawan, 2 Bidang usaha lainnya selaku
pemasok barang dan jasa kepada usaha di bidang pariwisata, 3 Rumah tangga selaku penerima penghasilan dari pekerjaan di bidang pariwisata dan industri
penunjangnya, 4 Pemerintah melalui berbagai macam pajak dan pungutan resmi dari wisatawan, usaha, dan rumah tangga.
Pengaruh total pariwisata terhadap ekonomi wilayah dapat berupa dampak langsung direct effects yang diterima unit usaha dari pembelanjaan pengunjung,
dampak tidak langsung indirect effects berupa pengeluaran yang dikeluarkan unit usaha untuk pembayaran upah tenaga kerja pada unit usaha, sedangkan
dampak ikutannya induced effects berupa perubahan dalam aktivitas ekonomi wilayah yang dihasilkan dari pembelanjaan tenaga kerja tersebut untuk kebutuhan
konsumsinya Vanhove, 2005.
Sumber: Eagles and McCool 2002 dalam Milasari 2010
Gambar 1. Dampak Ekonomi dari Pengeluaran Pengunjung
2.9. Dampak Ekonomi Pariwisata Alam Terhadap Ekonomi Wilayah
Konsep multiplier merupakan istilah yang digunakan untuk menghitung manfaat dari pariwisata di suatu regional. Pengeluaran wisatawan berupa
uang di daerah tujuan wisata dapat memberikan manfaat langsung maupun manfaat tidak langsung yang diterima oleh unit-unit usaha yang berkembang.
Suatu objek wisata yang mampu menawarkan fasilitas wisata, seperti hotel, Other local business
Tourism spending
Local tourism business Employee wages
Leakages
18 atraksi-atraksi wisata,
serta penyewaan jasa transportasi di lokasi wisata merupakan contoh manfaat langsung yang diterima yang berasal dari pengeluaran
pengunjung. Bisnis lainnya yang dapat mengambil manfaat dengan
adanya kegiatan wisata, diantaranya toko-toko souvenir, bankatm, serta bisnis- bisnis yang mampu menyediakan barang dan jasa untuk kebutuhan wisatawan
Rowe A et al. 2002. Efek pengganda uang terus sampai akhirnya “kebocoran” dari ekonomi melalui pembelian barang dari negara lain mengimpor barang
tersebut. Kebocoran ekonomi dari pengeluaran wisatawan dimulai sebelum wisatawan tersebut mencapai daerah tujuan wisatanya. Kebocoran ekonomi dari
pariwisata kemungkinan dapat digambarkan sebagai total pendapatan yang gagal didapatkan di sistem ekonomi daerah tujuan wisata, dari total pengeluaran
wisatawan. Faktor-faktor yang mungkin meningkatkan tingkat kebocoran ekonomi, dan mengurangi profit keuntungan ekonomi dari pariwisata untuk
masyarakat sekitar objek wisata diantaranya termasuk tingkat kepemilikan asing dari industri pariwisata serta bagi hasil kepada pemegang saham yang tinggal di
luar daerah tersebut, makanan dan minuman yang berasal dari luar daerah tujuan wisata.
2.10. Penelitian Terdahulu
Studi mengenai pengukuran dampak ekonomi yang ditimbulkan dari kegiatan wisata telah dilakukan oleh Milasari 2010, yaitu tentang analisis
dampak ekonomi kegiatan wisata alam di Taman Wisata Tirta Sanita, Kabupaten Bogor. Pendugaan nilai dampak ekonomi terhadap perekonomian masyarakat
sekitar menggunakan efek penggandaan multiplier dari sisi arus uang yang terjadi di Taman Wisata Tirta Sanita, Kabupaten Bogor. Berdasarkan data yang
19 diperolehnya, didapat nilai Keynesian Income Multiplier sebesar 1,07, nilai Ratio
Income Multiplier Tipe 1 sebesar 1,22, serta nilai Ratio Income Multiplier Tipe 2
sebesar 1,37. Berdasarkan hasil di atas, maka dapat disimpulkan bahwa keberadaan objek wisata Tirta Sanita secara nyata memberikan dampak ekonomi
terhadap perekonomian masyarakat sekitar objek wisata tersebut. Lain halnya dengan penelitian yang dilakukan Astana et al 2007 yang
melihat Multiplier Effect terhadap industri pembibitan gerakan nasional rehabilitasi hutan dan lahan Studi Kasus di Jawa Barat: Desa Sirnaya, Jawa
Tengah: Desa Golo, dan Jawa Timur: Desa Margomulyo. Multiplier Effect yang dilihat dari penelitian ini adalah dari sektor output yang digunakan, pendapatan,
dan tenaga kerja yang dilibatkan. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa Multiplier Effect
dari output dari kegiatan tersebut berkisar 1,000-1,017 untuk tipe 1 tidak memperhitungkan induksi konsumsi dan untuk tipe 2 memperhitungkan
induksi konsumsi berkisar antara 1,182-1,541. Angka ini memiliki arti bahwa jika pemerintah mengeluarkan anggaran sebesar satu juta rupiah untuk bibit
tanaman hutan, maka total output seluruh sektor dalam perekonomian diharapkan akan meningkat berkisar antara Rp 1.182.000,- sampai Rp 1.541.000,-. Multiplier
Effect dari output pada sektor pembibitan dapat digolongkan kecil. Sedangkan,
Multiplier Effect sektor pendapatannya dilihat dari tipe 2 yang
mempertimbangkan induksi konsumsi berkisar antara 1,182-1,694 dan Multiplier Effect
nya ini masih tergolong kecil juga. Dari sisi tenaga kerja yang dilibatkan dalam kegiatan pembibitan ini memiliki nilai Multiplier Effect dari tipe 1 dan 2
berturut-turut berkisar antara 1,000-1,002 dan 1,001-1,032. Nilai Multiplier Effect tenaga kerja dari sektor pembibitan di desa Gerhan contoh sebesar 1,032 memiliki
20 arti jika permintaan akhir terhadap output di sektor pembibitan meningkat sebesar
satu satuan moneter, maka total serapan tenaga kerja seluruh sektor dalam perekonomian desa Gerhan akan meningkatkan sebesar 1,032 tenaga kerja
menciptakan satu orang tenaga kerja. Keuntungan dari berkembangnya ekowisata di suatu daerah bagi
pertumbuhan ekonomi yang jauh lebih besar dan penting, tetapi jarang diperhitungkan Multiplier Effectnya. Menurut Drumm 1991, koefisien multiplier
effect yang ada di Oriente, Ekuador sebesar 1,17. Angka ini memiliki arti bahwa
setiap wisatawan yang membelanjakan uangnya sebesar US 1,0, maka dihasilkan income
untuk Ekuador sebesar US 1,17. Rifqa 2010 mengestimasi dampak ekonomi dari kegiatan wisata di
kawasan wisata Pantai Swarna. Dari hasil penelitian yang dilakukannya, diperoleh nilai Keynesian Income Multiplier sebesar 0,39 serta Ratio Income Multiplier tipe
I dan II sebesar 1,27 dan 1,52. Berdasarkan perhitungan di atas dapat disimpulkan bahwa kawasan wisata Pantai Swarna sudah memberikan dampak ekonomi,
namun masih sangat kecil.
21
III. KERANGKA PEMIKIRAN
Hutan Wisata Punti Kayu Palembang merupakan satu-satunya hutan wisata di Sumatera Selatan yang letaknya kurang lebih enam kilometer dari pusat
Kota Palembang. Sejak tahun 1986 hasil kesepakatan antara pemerintah Provinsi Sumatera Selatan dengan Departemen Kehutanan berupaya menjadikan zona
pemanfaatan pada kawasan konservasi area hutan wisata tersebut, sebagai kawasan wisata yang pada saat ini bernama ”Hutan Wisata Punti Kayu
Palembang”. Hutan Wisata Punti Kayu Palembang memiliki konsep pengembangan yang berdasarkan pada prinsip-prinsip perlindungan terhadap
keanekaragaman jenis tumbuhan hayati dan satwa. Potensi yang dimiliki oleh Hutan Wisata Punti Kayu Palembang berupa panorama hutan pinus Pinus
merkusii yang memiliki nilai estetika pemandangan yang menarik. Potensi wisata
yang ada di kawasan hutan wisata ini adalah sebuah modal dasar dalam menarik pengunjung untuk berwisata, namun memiliki indikasi bahwa pengelolaannya
belum dikelola secara optimal. Beberapa permasalahan yang ada di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang
antara lain, tingkah laku pengunjung yang membuang sampah tidak pada tempatnya, cenderung merusak properti yang ada, dan kelakuan pengunjung yang
cenderung berkelakuan ”kurang baik” pada saat berwisata. Hal-hal di atas merupakan hal yang dapat menurunkan minat wisatawan untuk berkunjung.
Hutan Wisata Punti Kayu Palembang erat kaitannya dengan wisatawan, sehingga sangat penting bagi pengelola kawasan wisata itu untuk mengetahui
bagaimana karakteristik dan gambaran umum penilaian pengunjung maupun masyarakat lokal. Pengunjung dan masyarakat lokal yang dimaksud adalah
22 mereka yang memiliki kontribusi penuh dalam kegiatan wisata. Dari hal tersebut
pula diharapkan ada tambahan informasi yang dapat digunakan sebagai dasar dalam menetapkan kebijakan pelayanan. Tingkat permintaan atau kunjungan
wisatawan pun akan berdampak secara langsung maupun tidak langsung kepada masyarakat lokal, seperti peningkatan pendapatan dan menciptakan lapangan
pekerjaan. Selama melakukan perjalanan wisata akan mendorong terciptanya transaksi ekonomi bagi sektor-sektor penyedia barang dan jasa yang berasal dari
pengeluaran wisatawan tourist expenditure. Setiap tingkat perubahan pengeluaran wisatawan akan berpengaruh terhadap perubahan output, upahgaji,
kesempatan bekerja, penerimaan devisa, dan neraca pembayaran. Adanya transaksi tersebut dapat menimbulkan dampak pada sektor perekonomian lainnya.
Dari hal di atas, muncullah sesuatu yang perlu dikaji lebih dalam terkait adanya dampak ekonomi terhadap sektor pariwisata.
Penelitian ini pertama bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik pengunjung yang akan dapat menentukan bagaimana kualitas pengunjung yang
berwisata, unit usaha dan tenaga kerja lokal yang akan memberikan gambaran tentang pengelola Hutan Wisata Punti Kayu Palembang, serta masyarakat sekitar
Hutan Wisata Punti Kayu Palembang. Kedua, mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap demand pariwisata di lokasi Hutan Wisata Punti Kayu
Palembang agar dapat memprediksi bagaimana permintaan terhadap wisata ini. Tujuan yang ketiga adalah mengestimasi dampak ekonomi yang timbul akibat
kegiatan wisata di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang terhadap kehidupan ekonomi masyarakat lokal yang merupakan indikator utama dalam mengetahui
perkembangan wisata menguntungkan masyarakat, guna untuk meningkatkan
23 kesejahteraan mereka sendiri. Alur berpikir yang peneliti gunakan di dalam
penelitian ini digambarkan pada Gambar 3 di bawah ini.
Gambar 2. Kerangka Berpikir Penelitian
Ada indikasi belum optimalnya pengelolaan kawasan wisata alam Hutan Wisata Punti Kayu Palembang
Harus ada pengelolaan yang baik dan berwawasan lingkungan di kawasan wisata alam tersebut
Dampak ekonomi bagi masyarakat
sekitar Faktor-faktor yang
mempengaruhi demand
wisata Karakteristik dan
penilaian responden
Analisis Deskriptif
Analisis Regresi Poisson
Tidak Langsung Indirect
Langsung Direct
Ikutan Induced
Analisis Multiplier
Nilai dampak ekonomi
Rekomendasi pengembangan Hutan Wisata Punti Kayu Palembang
24
IV. METODE PENELITIAN 4.1.
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di objek wisata Hutan Wisata Punti Kayu Palembang yang terletak di Jalan Kolonel H Burlian KM 6.5, Kecamatan
Sukarami, Palembang, Sumatera Selatan. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja purposive, dengan pertimbangan bahwa Hutan Wisata Punti Kayu
Palembang merupakan satu-satunya objek wisata alam yang berada di Provinsi Sumatera Selatan, namun memiliki indikasi bahwa pengelolaan kawasan
wisatanya belum optimal. Pengambilan data di lapangan dilakukan mulai bulan Februari-Maret 2011. Data yang diperoleh melalui survei lapang dan wawancara
terhadap setiap pengunjung Hutan Wisata Punti Kayu Palembang yang ditemui saat penelitian. Selain itu juga, peneliti melakukan wawancara terhadap pengelola,
unit usaha, tenaga kerja, dan masyarakat sekitar kawasan Hutan Wisata Punti
Kayu Palembang. 4.2.
Jenis dan Sumber Data yang Digunakan
Data yang digunakan dalam penelitian terdiri dari data primer dan data sekunder yang diolah baik secara kuantitatif maupun kualitatif dan
diinterpretasikan secara deskriptif. Pengumpulan data primer dilakukan dengan pengamatan dan wawancara langsung kepada responden dengan bantuan
kuisioner yang telah disediakan oleh peneliti. Data primer tersebut meliputi karakteristik pengunjung Hutan Wisata Punti Kayu Palembang, pendapatan dari
unit usaha, pendapatan dan pengeluaran tenaga kerja lokal di lokasi wisata, dan keterlibatan masyarakat sekitar.
25 Data sekunder dalam penelitian meliputi keadaan umum lokasi wisata
sejarah, sarana dan prasarana, letak dan batas kawasan, serta keadaan fisik dan jumlah kunjungan wisatawan yang diperoleh dari Balai Konservasi Sumberdaya
Alam BKSDA dan Dinas Kehutanan setempat, pengelola Hutan Wisata Punti
Kayu Palembang, serta studi literatur terkait lainnya. 4.3.
Metode Pengambilan Sampel
Pengunjung yang menjadi responden diambil dengan menggunakan metode non-probability sampling. Metode ini memiliki arti dimana setiap objek
penelitian tidak mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai responden Mustafa, 2000. Responden dipilih dengan menggunakan metode
convenience sampling , dimana peneliti mengambil contoh yang sembarang,
mudah tersedia, atau kebetulan ditemui saja. Masih menurut Mustafa 2000 bahwa dalam memilih sampel, seorang peneliti tidak memiliki pertimbangan lain
kecuali berdasarkan kemudahan saja. Seseorang diambil sebagai sampel karena kebetulan orang tersebut berada di sekitar kita atau kebetulan peneliti telah
mengenal orang tersebut. Oleh karena itu, ada beberapa penulis menggunakan istilah accidental sampling tidak disengaja atau captive sample man on the
street . Hal ini akan dapat menghemat biaya penelitian dan relatif mudah, namun
tentunya juga harus dapat menjamin tingkat ketelitian. Jumlah responden yang diambil dari penelitian ini adalah wisatawan
sebanyak 46 orang. Wisatawan yang menjadi responden adalah wisatawan domestik yang bersedia menjadi responden dan memiliki kesediaan untuk
menjawab keseluruhan pertanyaan yang ada di dalam kuisioner. Menurut Wardiyanta 2006, penelitian deskriptif mensyaratkan batas minimal sampel 10
26 dari populasi, penelitian korelasi memiliki batas minimal 30 subyek penelitian,
dan penelitian eksperimen memiliki batas minimal sampelnya 50 subyek per kelompok. Jumlah sampel dalam penelitian korelasi tersebut, sudah dianggap
layak bagi seorang peneliti untuk melakukan penelitian dan pengujian secara statistik.
Metode pengambilan contoh responden pada unit usaha dan tenaga kerja lokal, serta masyarakat sekitar dilakukan dengan metode purposive sampling.
Dimana responden tersebut dipilih dan disesuaikan berdasarkan suatu kriteria tertentu, yaitu berdasarkan keterwakilan dari jenis usaha mereka. Jumlah
responden unit usaha dan tenaga kerja lokal diambil dari jumlah real yang ada di lapangan, yaitu sebanyak 10 responden tenaga kerja lokal dan 7 responden dari
unit usaha. Jumlah ini ditentukan dikarenakan responden tenaga kerja lokal dan unit usaha jumlahnya tidak mencapai 30 orang dan kedua tipe responden tersebut
bersifat relatif homogen. Pengambilan contoh responden untuk masyarakat sekitar juga melihat pertimbangan kriteria responden terpilih. Adapun kriteria yang
dimaksud peneliti adalah jika masyarakatnya mengetahui tentang keberadaan Hutan Wisata Punti Kayu Palembang. Dari kriteria yang dimaksud peneliti, maka
diambillah sebanyak 20 orang responden untuk masyarakat lokal.
4.4. Analisis Data
Analisis data bertujuan untuk menyederhanakan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dipahami dan diinterpretasikan. Metode analisis data yang
dilakukan untuk penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 2 berikut.
27 Tabel 2. Matriks Metode Analisis Data
No. Tujuan Penelitian
Sumber Data Metode Analisis Data
1. Identifikasi karakteristik
pengunjung, unit usaha, tenaga kerja lokal, dan
masyarakat sekitar Hutan Wisata Punti Kayu
Palembang. Wawancara
dengan menggunakan
kuisioner Analisis
deskriptif kualitatif dan
kuantitatif dengan
menggunakan Microsoft
Office Excel
. 2.
Kajian mengenai faktor- faktor sosial-ekonomi yang
mempengaruhi fungsi demand
wisata ke Hutan Wisata Punti Kayu
Palembang. Wawancara
dengan menggunakan
kuisioner Analisis
regresi Poisson
dengan software SAS
.
3. Dampak ekonomi yang
ditimbulkan dari kegiatan wisata di Hutan Wisata
Punti Kayu Palembang Wawancara
dengan menggunakan
kuisioner Keynesian
Income Multiplier
dengan menggunakan
Microsoft Office Excel
.
4.4.1. Analisis Faktor- Faktor Sosial Ekonomi dari Demand Pariwisata
Hutan Wisata Punti Kayu Palembang
Demand pariwisata hanya terdefinisi untuk bilangan bulat yang tidak
pernah negatif, sehingga untuk mengestimasi demand pariwisata dapat dilakukan dengan model Negatif Binomial maupun model Poisson. Perhitungan nilai
ekonomi dengan menggunakan analisis regresi Poisson, dimana menurut Walpole 1993 dan Djuanda 2009, regresi Poisson tidak seperti regresi linear biasa yang
dapat diduga dengan ordinary least square OLS dimana R-squares tidak terlalu
28 penting untuk regresi Poisson karena R-squares dalam regresi Poisson bersifat
parametrik dan telah dimasukkan ke dalam model. Hal ini bukan berarti bahwa model yang akan dibangun mampu meramalkan jumlah kunjungan seseorang ke
suatu objek wisata dengan tepat akurat secara pasti. Dalam regresi Poisson, pengaruh koefisien dari independent variable ditafsirkan sedikit berbeda dengan
hasil yang diperoleh dari regresi linear dengan OLS. Sebagai contoh, koefisien dalam regresi linear yang bertanda positif akan meningkatkan nilai dependent
variable . Berbeda dengan regresi Poisson, nilai independent variable yang
bertanda positif berarti akan meningkatkan peluang rata-rata kejadian Walpole, 1993. Dalam regresi dengan metode OLS dapat dinyatakan bahwa apabila terjadi
peningkatan terhadap suatu independent variable tertentu sebanyak satu satuan, maka akan meningkatkan nilai koefisien dari dependent variablenya, cateris
paribus . Jika dalam regresi Poisson, apabila terjadi peningkatan terhadap suatu
independent variable yang bertanda positif maka akan meningkatkan pula peluang
rata-rata dependent variablenya, cateris paribus. Pendugaan faktor-faktor yang mempengaruhi demand pariwisata ke Hutan
Wisata Punti Kayu Palembang tiap individu pertahun kunjungan, yaitu:
LnY = b0 - b1X1 + b2X2 + b3X3 - b4X4 - b5X5 + b6X6 + b7X7 + b8X8 - b9X9 + b10X10 +
ε
dimana: LnY = Jumlah kunjungan per trip tahunan ke Hutan Wisata Punti Kayu
Palembang jumlah kunjungan per tahun X1 =Biaya perjalanan individu ke Hutan Wisata Punti Kayu Palembang
rupiah X2
= Pendapatan responden rupiah per tahun
29 X3
= Umur responden tahun X4
= Jarak tempuh ke Hutan Wisata Punti Kayu Palembang km X5
= Waktu tempuh ke Hutan Wisata Punti Kayu Palembang jam X6
= Lama kunjungan ke Hutan Wisata Punti Kayu Palembang jam X7
= Jumlah tanggungan keluarga orang X8
= Jumlah rombongan orang X9 =Pengetahuan pengunjung terhadap Hutan Wisata Punti Kayu
Palembang tahun X10
= Taraf pendidikan responden tahun ε
= Error term
b1-b10 = Koefisien regresi untuk faktor X1-X10
Variabel-variabel di atas dipilih karena berdasarkan teori-teori, penelitian terdahulu, dan observasi di lapang. Data yang telah dikumpulkan oleh peneliti
dalam melakukan penelitian ini akan diolah dengan menggunakan program SAS untuk membentuk model regresi berganda.
4.4.2. Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata di Hutan Wisata Punti
Kayu Palembang Analisis dilakukan pada masing-masing kelompok pelaku kegiatan wisata
yaitu, unit usaha lokal penyedia barang dan jasa untuk kegiatan wisata Vanhove, 2005. Informasi penting yang diambil terkait dengan dampak ekonomi dari
kegiatan wisata adalah: 1 proporsi perputaran uang yang berasal dari pengeluaran pengunjung ke unit usaha tersebut, 2 proporsi antara kesempatan
kerja yang dapat diciptakan oleh unit usaha tersebut, 3 proporsi dari perputaran arus uang terhadap tenaga kerja lokal, supplier, investor, dan pajak. Sejumlah
30 informasi tersebut diharapkan dapat diperoleh perkiraan mengenai dampak
langsung direct impact dari pengeluaran pengunjung terhadap masyarakat lokal, perkiraan biaya sumberdaya yang diperlukan untuk menyediakan barang dan jasa
yang diperlukan oleh pengunjung, serta estimasi mengenai rencana investasi. Kelompok kedua adalah tenaga kerja lokal pada unit usaha lokal penyedia
barang dan jasa untuk berwisata. Informasi penting yang diambil terkait dengan dampak ekonomi adalah: 1 jumlah tenaga kerja yang terdapat pada lokasi
wisata, 2 jumlah jam kerja dan tingkat upah, 3 proporsi dari pengeluaran sehari-hari pekerja yang dilakukan di dalam dan di luar wilayah, dan 4 kondisi
pekerjaan sebelum bekerja di unit usaha ini. Informasi yang diharapkan dapat memperkirakan dampak tidak langsung indirect impact dan dampak ikutan
induced impact dari pengeluaran pengunjung.
Kelompok ketiga adalah masyarakat lokal. Informasi penting yang diambil terkait dengan dampak ekonomi adalah informasi mengenai keuntungan dan
kerugian yang timbul akibat adanya kegiatan wisata tersebut. Informasi yang didapatkan dari responden akan memberikan info mengenai
pengeluaran pengunjung, serta aliran uang sejumlah dana tersebut yang akan berdampak langsung, tidak langsung, maupun ikutan bagi perekonomian
masyarakat lokal. Dampak ekonomi ini diukur dengan menggunakan efek pengganda multiplier dari arus uang yang terjadi. Dalam mengukur dampak
ekonomi suatu kegiatan wisata terhadap perekonomian masyarakat lokal terdapat dua tipe pengganda, yaitu Vanhove, 2005:
31 1.
Keynesian Local Income Multiplier, yaitu nilai yang menunjukkan seberapa besar pengeluaran pengunjung yang berdampak pada peningkatan pendapatan
masyarakat lokal. 2.
Ratio Income Multiplier, yaitu nilai yang menunjukkan seberapa besar dampak langsung yang dirasakan dari pengeluaran pengunjung berdampak
terhadap perekonomian lokal. Pengganda ini dapat mengukur dampak tidak langsung dan dampak ikutan.
Secara matematis dirumuskan : Keynesian Income Multiplier
= D+N+U
E Ratio Income Multiplier
, Tipe I = D+N D
Ratio Income Multiplier , Tipe II = D+N+U
D dimana:
E = Tambahan pengeluaran pengunjung rupiah
D = Pendapatan lokal yang diperoleh secara langsung dari E rupiah
N = Pendapatan lokal yang diperoleh secara tidak langsung dari E rupiah
U = Pendapatan lokal yang diperoleh secara ikutan induced dari E rupiah
Nilai Keynesian Local Income Multiplier, Ratio Income Multiplier Tipe I, Ratio Income Multiplier Tipe II
memiliki kriteria-kriteria sebagai berikut: 1.
Apabila nilai-nilai tersebut kurang dari atau sama dengan nol ≤ 0, maka lokasi wisata tersebut belum mampu memberikan dampak ekonomi terhadap
kegiatan wisatanya,
32 2.
Apabila nilai-nilai tersebut diantara angka nol dan satu 0 x 1, maka lokasi wisata tersebut masih memiliki nilai dampak ekonomi yang rendah, dan
3. Apabila nilai-nilai tersebut lebih besar atau sama dengan satu ≥ 1, maka
lokasi wisata tersebut telah mampu memberikan dampak ekonomi terhadap kegiatan wisatanya.
Identifikasi dampak ekonomi yang ditimbulkan dari objek wisata ini, selanjutnya dapat diidentifikasi barang atau jasa yang belum tersedia di lokasi
tersebut, besarnya permintaan terhadap barang tersebut, serta keuntungannya bagi masyarakat sekitar objek wisata. Dengan adanya estimasi dampak ekonomi
pariwisata ini pula, maka dapat dijadikan rekomendasi bagi pengelola wisata dan Pemerintah Daerah setempat untuk pengembangan objek wisata tersebut lebih
lanjut.
4.4.3. Hipotesis Penelitian
Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Kunjungan ke Hutan Wisata Punti Kayu Palembang akan dipengaruhi oleh biaya perjalanan ke lokasi wisata, jarak tempuh, waktu tempuh, dan
pengetahuan pengunjung terhadap Hutan Wisata Punti Kayu Palembang yang diduga akan berpengaruh nyata secara negatif terhadap kali kunjungan ke
Hutan Wisata Punti Kayu Palembang. 2.
Tingkat pendapatan, umur, lama kunjungan ke Hutan Wisata Punti Kayu Palembang, jumlah tanggungan keluarga, jumlah rombongan, dan taraf
pendidikan yang diduga akan berpengaruh nyata secara positif terhadap kali kunjungan ke Hutan Wisata Punti Kayu Palembang.
33
V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Hutan Wisata Punti Kayu Palembang merupakan satu-satunya hutan wisata yang berada di Provinsi Sumatera Selatan. Kawasan Hutan Wisata Punti Kayu
Palembang ini juga merupakan kawasan konservasi yang memiliki konsep pengembangan yang berdasarkan pada prinsip perlindungan terhadap
keanekaragaman hayati jenis flora dan fauna. Potensi yang dimiliki hutan wisata
ini adalah panorama hutan pinus Pinus merkusii yang bernilai estetika
pemandangan menarik, serta adanya hewan-hewan liar yang berkeliaran di sekitaran hutan wisata ini, seperti kera ekor panjang dan beruk.
Menurut sejarah, Hutan Wisata Punti Kayu Palembang awalnya bernama Taman Sari dan dahulunya juga merupakan lahan milik Dinas Kehutanan Provinsi
Sumatera Selatan. Pada tahun 1970-an berganti nama menjadi Taman Syailendra dan akhirnya pada tahun 1985 melalui Keputusan Menteri Kehutanan RI No.
57KPTS II1985, hutan wisata ini memiliki nama Hutan Wisata Punti Kayu Palembang hingga sekarang keberadaannya. Namun sejak tahun 1993, hutan
wisata ini dipercayakan oleh Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan beserta Departemen Kehutanan pada waktu itu untuk dikelola oleh PT. Indosuma Putra
Citra. Perusahaan tersebut melakukan kontrak selama 30 tahun untuk mengelola Hutan Wisata Punti Kayu Palembang.
Dilihat secara geografis, Hutan Wisata Punti Kayu Palembang terletak diantara: 103° 11’-103° 40” BT dan 3° 11’-3° 12” LS. Jika dilihat secara
administratif pemerintahan, hutan wisata ini berada di Jalan Kolonel H Burlian KM 6.5 Kecamatan Sukarame, Palembang, Sumatera Selatan. Dilihat dari
letaknya, Hutan Wisata Punti Kayu Palembang ini berada di kawasan yang
34 strategis dan rata-rata mudah untuk dijangkau oleh pengunjungnya. Hutan Wisata
Punti Kayu Palembang pun hanya berada sekitar 6,5 Km dari pusat Kota Palembang dan sudah banyak sekali transportasi umum yang dapat
menjangkaunya, seperti bus kota, angkutan kota, dan angkutan khusus “Bus Transmusi”.
Hutan Wisata Punti Kayu Palembang memiliki 4 blok area wisata. Empat blok tersebut terdiri dari: blok A, blok B, blok C, dan blok D. Blok A berisikan arena
kolam renang, tempat gardening party yang memiliki kapasitas 1000 orang, dan lima buah joglo yang digunakan untuk melakukan pertemuan-pertemuan. Blok B
berisikan danau, panggung musik, arena outbound, arena aneka satwa langka, dan arena bermain anak seperti kincir ria, komedi putar, jet putar, dan lain sebagainya.
Adapun blok C berisikan lokasi penanaman tanaman dan hutan Pinus yang memiliki luas sekitar 5 hektar, sedangkan blok D merupakan area mushallah dan
gerbang masuk Hutan Wisata Punti Kayu Palembang. Di kawasan wisata ini juga terdapat kantin yang menjual makanan khas daerah
Sumatera Selatan, warung-warung snack dan minuman, serta tukang foto keliling yang berkerja hanya pada hari minggu atau libur-libur nasional saja. Kantin dan
warung-warung snack tersebut dikelola sendiri oleh masyarakat lokal yang berdomisili di sekitar Hutan Wisata Punti Kayu Palembang. Di Hutan Wisata
Punti Kayu Palembang tidak terdapat kios cinderamata yang menjual souvenir- souvenir khas Sumatera Selatan dikarenakan toko souvenir tersebut telah
disiapkan Pemerintah Kota Palembang di lokasi khusus penjualan souvenir. Tiket masuk yang diberlakukan di hutan wisata tersebut relatif berbeda
berdasarkan kategori usia pengunjungnya. Pengunjung dewasa membayar tiket
35 masuk sebesar Rp 5.000,- dan Rp 3.000,- untuk pengunjung anak-anak yang
berusia di bawah 7 tahun. Tidak ada perbedaan harga tiket masuk pada hari biasa senin-sabtu dan hari minggu atau libur nasional. Pada hari minggu atau libur
nasional hanya diberikan fasilitas tambahan berupa atraksi gajah, menunggang kuda, dan arena outbound sebagai nilai tambah dan daya tarik bagi pengunjung
Hutan Wisata Punti Kayu Palembang. Arena wisata yang berada di 4 blok di atas memiliki harga tiket masuk yang
berbeda-beda pula. Berikut ini ditampilkan daftar harga tiket masuk di setiap arena wisata Tabel 3.
Tabel 3. Daftar Harga Tiket Masuk di Arena Wisata Hutan Wisata Punti Kayu
Arena Wisata Harga Tiket Masuk Rp. orang
Arena danau 2.000
Fasilitas perahu dayung 10.000
Tiket masuk di arena bermain anak 3.000
Fasilitas kincir ria, komedi putar, dan jet putar
3.000 Arena satwa
5.000 Tiket masuk arena kolam renang
20.000 Arena Outbound Flying Fox:
a. Dewasa
b. Anak-anak
15.000 10.000
Sumber: Hasil Analisis Data Primer, 2011
36
GAMBARAN UMUM KARAKTERISTIK RESPONDEN 6.1.
Gambaran Umum Pengunjung Wisatawan
Pengunjung yang datang ke Hutan Wisata Punti Kayu Palembang, berasal dari daerah dalam dan luar Kota Palembang wisatawan domestik saja. Belum
ada pengunjung yang berasal dari luar negeri wisatawan mancanegara dikarenakan promosi yang dilakukan pengelola wisata belum sampai kepada
tahap promosi ke negara-negara tetangga. Wisatawan yang berkunjung ke hutan wisata ini cenderung ramai jika pada hari minggu atau libur-libur nasional,
sedangkan pada hari senin sampai sabtu hari biasa objek wisata ini sepi pengunjung. Pengunjung hari biasa, biasanya didominasi oleh remaja anak SMA
atau SMP dan rombongan dari TK atau SD yang ada di dalam atau di luar Kota Palembang saja. Berbeda pada saat hari minggu atau libur nasional, pengunjung
biasanya didominasi oleh rombongan keluarga orang tua dan anak. Jumlah responden yang dipilih untuk pengunjung Hutan Wisata Punti Kayu Palembang
sebanyak 46 orang, terdiri atas 72 responden perempuan dan 28 responden laki-laki.
6.1.1. Karakteristik Sosial Ekonomi Pengunjung Wisatawan
Karakteristik sosial ekonomi pengunjung dilihat dari umur, pendidikan terakhir, jenis pekerjaan, pendapatan per bulan, dan jumlah tanggungan.
Karakteristik lain misalnya asal daerah, cara kedatangan, jenis kendaraan yang digunakan, jumlah rombongan, serta kegiatan yang biasa dilakukan pada saat
berwisata. Berdasarkan karakteristik di atas, pengunjung Hutan Wisata Punti Kayu Palembang memiliki karakteristik sosial ekonomi sebagai berikut:
37
6.1.1.1. Umur
Kemampuan fisik dan produktifitas seorang responden untuk melakukan kunjungan wisata ditentukan oleh umur responden. Selain hal itu, umur juga
menjadi tolak ukur dari pola pikir seseorang dalam menentukan jenis barang dan jasa yang akan dikonsumsi, termasuk keputusan untuk berwisata. Umur juga akan
mempengaruhi tipe kunjungan wisata di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang. Sebaran umur responden yang ditampilkan dalam penelitian ini adalah sebaran
kelompok umur responden yang melakukan kunjungan pada hari biasa senin-
sabtu dan hari minggulibur Gambar 3.
Sumber: Hasil Analisis Data Primer, 2011
Gambar 3. Diagram Kelompok Umur Pengunjung Hutan Wisata Punti Kayu Palembang
Gambar 3 di atas memperlihatkan bahwa sebanyak 43 pengunjung Hutan Wisata Punti Kayu Palembang berusia 15-20 tahun. Hal ini terjadi karena
pengunjung objek wisata alam ini selalu didominasi oleh anak-anak SMA dan SMP, baik pada hari biasa maupun hari-hari libur. Sementara itu, sebanyak 33
pengunjung lainnya berusia 21-35 tahun dan sisanya sebesar 24 berusia 36-50 tahun.
43 33
24 15
‐20 Tahun 21
‐35 Tahun 36
‐50 Tahun
38
6.1.1.2. Asal Daerah
Asal daerah pengunjung Hutan Wisata Punti Kayu Palembang berasal dari dalam maupun luar Kota Palembang. Pengunjung yang berasal dari luar Kota
Palembang berasal dari kabupaten-kabupaten yang ada di Provinsi Sumatera Selatan dan Kota Jambi. Gambar 4 menjelaskan asal daerah pengunjung, baik
pengunjung hari biasa maupun pengunjung hari minggulibur.
Sumber: Hasil Analisis Data Primer, 2011
Gambar 4. Diagram Asal Daerah Pengunjung Dari gambar di atas menunjukkan bahwa hampir semua responden berasal
dari dalam Kota Palembang, yaitu sebesar 85 responden dan 15 sisanya berasal dari luar Kota Palembang. Jika diperhatikan, pengunjung Hutan Wisata
Punti Kayu Palembang masih didominasi oleh pengunjung yang menetap di dalam Kota Palembang, maka dari itu promosi wisata Hutan Wisata Punti Kayu
Palembang harus terus ditingkatkan agar dapat meningkatkan jumlah pengunjung yang berasal dari luar Kota Palembang, bahkan hingga merambah sampai pada
kawasan Sumbagsel Sumatera Bagian Selatan.
85 15
Kota Palembang
Luar Kota Palembang
39
6.1.1.3. Pekerjaan Pengunjung
Jenis pekerjaan pengunjung, baik pengunjung hari biasa maupun minggu libur dibagi atas 5 kelompok pekerjaan yang terdiri atas: Pegawai Negeri Sipil
PNS, pelajar mahasiswa, petani, karyawan swasta, dan ibu rumah tangga
Gambar 5.
Sumber: Hasil Analisis Data Primer, 2011
Gambar 5. Diagram Jenis Pekerjaan Pengunjung Dari diagram pada Gambar 5 terlihat bahwa responden yang berkunjung
ke Hutan Wisata Punti Kayu Palembang didominasi oleh kelompok pelajarmahasiswa sebesar 52, diikuti oleh Pegawai Negeri Sipil PNS sebesar
22, ibu rumah tangga sebesar 17, karyawan swasta sebesar 7, dan petani sebesar 2. Pelajarmahasiswa mendominasi jenis pekerjaan pengunjung Hutan
Wisata Punti Kayu Palembang karena sebagian besar usia pengunjungnya didominasi oleh kalangan remaja SMA dan SMP.
6.1.1.4. Pendapatan
Dalam hal ini, pendapatan per bulan suatu keluarga merupakan suatu pendapatan yang diperoleh dari hasil bekerja suami dan istri atau salah satu dari
22 7
52 17
2 PNS
Karyawan Swasta
PelajarMahasiswa Ibu
Rumah Tangga Tani
40 keduanya. Apabila terdapat responden dari pelajarmahasiswa dan ibu rumah
tangga, maka dalam hal ini pendapatannya dapat diukur dengan cara menghitung pengeluaran mereka sehari-hari dalam membelanjakan uangnya uang saku,
biasanya bagi pelajarmahasiswa. Pada penelitian ini, peneliti membagi empat kelompok pendapatan.
Sebaran kelompok pendapatan pengunjung Hutan Wisata Punti Kayu Palembang dapat dilihat pada Gambar 6.
Sumber: Hasil Analisis Data Primer, 2011
Gambar 6. Diagram Sebaran Pendapatan Perbulan Pengunjung Diagram sebaran pendapatan perbulan pengunjung Hutan Wisata Punti
Kayu Palembang terlihat seperti pada gambar di atas. Dari gambar tersebut, dapat disimpulkan bahwa sebaran pendapatan perbulan pengunjung didominasi oleh
kelompok pendapatan Rp 500.000-Rp 1.000.000,- per bulannya. Gambar 6 menunjukkan bahwa proporsi yang dominan adalah kelompok pendapatan
pengunjung Rp 500.000-Rp 1.000.000,- per bulannya, dengan besaran proporsi sebesar 59. Hal ini dikarenakan pengunjung Hutan Wisata Punti Kayu
Palembang didominasi oleh kelompok remaja, terutama pasangan mahasiswa dan anak-anak SMA. Kelompok pendapatan pengunjung selanjutnya yang
59 13
24 4
500rb ‐1.0jt dagang sebagai pekerjaan lain
1.1jt ‐1.9jt
2.0jt ‐3.0jt
3.1jt ‐5.0jt
41 mendominasi kunjungan hari biasa adalah pengunjung dengan kelompok
pendapatan Rp 2.000.000-Rp 3.000.000,- per bulannya sebesar 24, lalu pengunjung yang memiliki mendapatan sebesar Rp 1.100.000-Rp 1.900.000,- per
bulannya sebesar 13, dan terakhir pengunjung yang memiliki pendapatan sebesar Rp 3.100.000-Rp 4.000.000,- per bulannya memiliki proporsi sebesar 4.
6.1.1.5. Jumlah Tanggungan
Jumlah tanggungan di dalam berwisata memiliki pengaruh terhadap seberapa besar jumlah biaya yang dikeluarkan dalam melakukan kegiatan wisata,
sehingga secara tidak langsung akan mempengaruhi besarnya jumlah kunjungan yang akan dilakukan. Pengunjung Hutan Wisata Punti Kayu Palembang memiliki
dua tipe pengunjung yang didasari oleh hari kunjungannya. Pengunjung hari biasa didominasi oleh kelompok pengunjung pasangan muda-mudi dan pelajar
SMAmahasiswa yang tidak memiliki tanggungan karena rata-rata dari mereka belum ada yang menikah, sedangkan pengunjung hari minggulibur didominasi
oleh kelompok keluarga yang terdiri dari ibu, ayah, dan anak-anaknya Gambar 7.
Sumber: Hasil Analisis Data Primer, 2011
Gambar 7. Diagram Jumlah Tanggungan Pengunjung
61 39
Tidak Ada
1 ‐5 orang
42 Pada diagram di atas terlihat bahwa sebesar 61 pengunjung tidak
memiliki tanggungan dan sisanya sebesar 39 yang memiliki tanggungan. Pengunjung yang memiliki tanggungan, rata-rata memiliki 3-4 orang anak dan 1
orang istri.
6.1.1.6. Pendidikan Formal Terakhir yang Ditempuh
Pendidikan formal terakhir yang ditempuh pengunjung mempengaruhi jenis pekerjaan yang mereka lakoni seperti yang telah dibahas di atas. Dari
informasi di atas, didapatkan bahwa baik pengunjung hari biasa maupun hari minggulibur didominasi oleh pengunjung yang berprofesi sebagai pelajar. Hal ini
dapat menunjukkan bahwa pengunjung Hutan Wisata Punti Kayu Palembang, baik pada hari biasa maupun pada hari minggulibur memiliki pendidikan formal
terakhir sebagai siswa SMP, SMA, atau lulusan Perguruan Tinggi PT. Dalam penelitian ini, peneliti membagi tingkat pendidikan formal terakhir dibagi menjadi
4 kelompok, yaitu kelompok lulusan SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi PT. Data tergambar pada Gambar 8 di bawah ini.
Sumber: Hasil Analisis Data Primer, 2011
Gambar 8. Diagram Pendidikan Formal Terakhir Pengunjung
2 39
31 28
SD SMP
SMA PT
43 Dari Gambar 8 terbukti bahwa proporsi dominan pendidikan formal
terakhir yang ditempuh oleh pengunjung didominasi oleh pengunjung lulusan SMP dan SMA sebesar 39 dan 31. Adapun pengunjung lulusan perguruan
tinggi PT sebesar 28 dan lulusan SD sebesar 2. Hal yang demikian terjadi karena mayoritas pengunjung didominasi oleh pasangan muda-mudi dan siswa-
siswi SMA.
6.1.1.7. Jenis Kendaraan yang Digunakan Pengunjung
Berbagai macam cara yang digunakan pengunjung untuk berwisata ke Hutan Wisata Punti Kayu Palembang ini. Mereka pada umumnya datang ke Hutan
Wisata Punti Kayu Palembang menggunakan kendaraan, seperti mobil dan motor pribadi, serta kendaraan umum. Berikut gambar mengenai jenis kendaraan yang
digunakan pengunjung pada saat berwisata ke Hutan Wisata Punti Kayu Palembang.
Sumber: Hasil Analisis Data Primer, 2011
Gambar 9. Diagram Jenis Kendaraan yang Digunakan Pengunjung Gambar 9 menunjukkan sebanyak 46 pengunjung mengendarai mobil
pribadi dalam berwisata ke Hutan Wisata Punti Kayu Palembang. Sebanyak 32
46 22
32 Mobil
Pribadi Motor
Pribadi Kendaraan
Umum
44 nya berkunjung ke Hutan Wisata Punti Kayu Palembang dengan menggunakan
kendaraan umum dan sisanya sebanyak 22 pengunjung berkunjung dengan mengendarai motor pribadi. Pengunjung dengan mengendarai mobil pribadi
mendominasi jenis kendaraan yang digunakan pada saat berwisata karena pengunjung Hutan Wisata Punti Kayu Palembang ini didominasi oleh siswa-siswi
SMA serta mahasiswa seperti yang telah dijelaskan pada penjelasan sebelumnya juga, dimana pada saat itu para pelajar tersebut datang ke Hutan Wisata Punti
Kayu Palembang bersama keluarga mereka atau bahkan mereka memang membawa mobil pribadinya pada saat bersekolah.
6.1.1.8. Cara Kedatangan Pengunjung
Berdasarkan sebaran cara kedatangan pengunjung ke Hutan Wisata Punti Kayu Palembang, responden berkunjung ke objek wisata alam ini dengan cara
berkelompok, dengan keluarga dengan keluarga besar ataupun dengan cara berpasangan, ataupun secara sendirian. Berikut gambar mengenai cara
kedatangan pengunjung ke Hutan Wisata Punti Kayu Palembang Gambar 10.
Sumber: Hasil Analisis Data Primer, 2011
Gambar 10. Diagram Cara Kedatangan Pengunjung
2 48
50 Sendiri
Kelompok Keluarga
45 Dari diagram di atas dapat terlihat bahwa sebanyak 50 pengunjung
berkunjung ke lokasi ini bersama keluarga mereka. Sebanyak 48 pengunjung lainnya, datang ke lokasi ini dengan cara berkelompok. Sisanya sebesar 2
berwisata ke Hutan Wisata Punti Kayu Palembang dengan seorang diri. Keluarga yang berwisata merupakan keluarga yang terdiri dari ibu, ayah, dan anaknya,
sedangkan pengunjung yang datang secara berkelompok isinya berupa para pelajar SMA atau SMP yang sedang melakukan foto kelas dan juga mereka yang
sedang melakukan kegiatan ekstrakulikuler, seperti pramuka.
6.1.1.9. Jumlah Rombongan yang Dibawa
Dari pengamatan lapang dan wawancara yang dilakukan, jumlah rombongan yang dibawa oleh pengunjung yang datang secara berkelompok dapat
terlihat pada Gambar 11 di bawah ini.
Sumber: Hasil Analisis Data Primer, 2011
Gambar 11. Diagram Jumlah Rombongan Pengunjung Pada Gambar 11 dapat terlihat bahwa sebesar 57 pengunjung yang
datang secara berkelompok membawa rombongannya sebanyak 3-5 orang. Sebanyak 26 membawa rombongan sebanyak 6-10 orang dan sebanyak 17
lainnya membawa rombongan lebih dari 10 orang.
57 26
17 3
‐5orang 6
‐10orang 10
0rang
46
6.1.1.10. Motivasi Kunjungan
Motivasi kunjungan yang dimaksud adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh pengunjung selama berada di lokasi wisata tersebut. Motivasi kunjungan
memiliki motivasi yang berbeda-beda pada setiap pengunjungnya. Hal tersebut disebabkan karena adanya fasilitas dan potensi wisata yang memiliki bermacam
jenis, yang telah disediakan oleh pengelola wisata di lokasi wisatanya masing- masing.
Hutan Wisata Punti Kayu Palembang memiliki suatu daya tarik kunjungan wisatawan yaitu dari suatu arena satwa-satwa langka dan arena anaknya. Arena
outbound yang telah disediakan oleh pengelola belum mampu memberikan
kontribusinya untuk meningkatkan jumlah pengunjung di wisata alam ini. Dari pengamatan lapang dan wawancara dengan pengunjung, mereka sangat
mengharapkan adanya perbaikan-perbaikan dan penambahan arena wisata. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan pemasukan Hutan Wisata Punti Kayu Palembang,
tetapi perbaikan dan penambahan tersebut tidak merusak keadaan alam yang ada. Hal ini dikarenakan menurut persepsi pengunjung, alam yang ada di Hutan Wisata
Punti Kayu Palembang sudah baik keberadaannya dan mampu memberikan kesejukkan bagi para pengunjungnya.
Motivasi kunjungan yang ada di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang memiliki proporsi yang berbeda-beda diantara para pengunjungnya. Keterangan
lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 12 berikut.
47
Sumber: Hasil Analisis Data Primer, 2011
Gambar 12. Diagram Motivasi Kunjungan Pengunjung Gambar 12 menunjukkan bahwa pengunjung dominan melakukan kegiatan
di arena anak dan hanya bersantai-santai di gazebo, sambil berfoto-foto menikmati sejuknya 44. Kegiatan lain yang didominasi oleh pengunjung adalah arena
satwa-satwa langka dan kegiatan camping, yaitu masing-masing sebesar 24. Proporsi lainnya sebesar 4 dilakukan pengunjung dengan outbound dan
berenang.
6.1.2. Persepsi Pengunjung
Persepsi pengunjung adalah suatu pandangan atau pendapat dari responden-responden mengenai lokasi dan fasilitas, serta kondisi lingkungan yang
ada pada suatu objek wisata. Persepsi dari pengunjung tersebut perlu ditelaah lebih lanjut agar daya saing objek wisata ini dengan objek wisata lain dapat
ditingkatkan, terutama dari segi kualitas objek wisatanya.
24 4
4 24
44 Satwa
Langka Outbond
Berenang Camping
Arena Anak Hanya Bersantai
48
6.1.2.1. Persepsi Pengunjung terhadap Lokasi dan Fasilitas di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang
Kondisi alam yang indah dan menarik, serta memiliki potensi untuk dapat dikembangkan lebih lanjut dikemudian harinya adalah suatu daya tarik wisata
yang dimiliki oleh Hutan Wisata Punti Kayu Palembang. Selain itu pula, hutan wisata ini memiliki berbagai fasilitas yang mendukungnya sebagai tempat wisata.
Berdasarkan pengamatan di lapangan dan wawancara dengan pengunjung, fasilitas yang ada di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang ini sudah memadai dan
cukup baik kondisinya Tabel 4. Namun di dalam pelaksanaannya, fasilitas- fasilitas yang ada itu harus tetap diperbaiki apabila ada yang mengalami
kerusakan karena umur teknisnya sudah tidak layak pakai lagi dan perlu adanya pembaharuan juga, guna dapat meningkatkan kepuasan pengunjung yang
berwisata ke objek wisata ini. Sebagian besar responden yang diwawancarai pada saat penelitian,
memberikan penilaian sedang terhadap kondisi sarana dan prasarana yang ada, tempat sampah, dan warung makan. Mereka memberikan kesan yang positif
terhadap kondisi saung yang ada karena sebagian besar dari mereka memberikan penilaian yang baik terhadap kondisi saung tersebut. Hal ini berbeda ketika
responden dimintai penilaian terhadap kondisi toilet yang ada. Menurut responden, kondisi toilet yang ada masih sangat kurang keberadaannya dan tidak
selalu ada di setiap blok arena wisata. Mereka juga menyarankan agar menambah jumlah toilet serta pengelola harus dapat mengoperasikan air pada toilet-toilet
tersebut di waktu ramai kunjungan. Di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang tidak tersedia kios-kios
cinderamata. Hal ini dikarenakan kios-kios tersebut telah disiapkan lokasi khusus
49 oleh pemerintah Kota Palembang. Adapun kondisi penyewaan alat, misalnya ban
atau pakaian renang di lokasi wisata ini, sebagian besar responden memberikan tanggapan tidak terlalu mengetahui tentang kondisi tersebut karena sebagian besar
diantara mereka tidak pernah menggunakan atau menyewa alat di objek wisata ini. Pengunjung Hutan Wisata Punti Kayu Palembang memberikan penilaian
yang baik terhadap panorama alam, aksestabilitas menuju lokasi ini, dan pengelola wisatanya. Kondisi keamanan dan sikap masyarakat sekitar dinilai
sebagian besar pengunjung dalam kategori sedang. Kebersihan lokasi wisata dinilai pengunjung belum baik. Ini diakibatkan karena kurangnya sumberdaya
terhadap petugas kebersihan yang membersihkan Hutan Wisata Punti Kayu Palembang ini. Hal lain yang membuat Hutan Wisata Punti Kayu Palembang
terindikasi belum bersih karena ulah para kera liar yang sering mengacak-acak sisa makanan yang ada di tempat sampah, lalu meletakkannya di sembarang
tempat.
50 Adapun gambaran mengenai persepsi pengunjung terhadap lokasi dan
fasilitas yang ada di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang ditampilkan pada Tabel 4 di bawah ini.
Tabel 4. Persepsi Pengunjung terhadap Lokasi dan Fasilitas di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang
Sumber: Hasil Analisis Data Primer, 2011 Keterangan: = kondisi lokasi dan sarana di Hutan Wisata Punti Kayu
Satuan yang digunakan dalam tabel = banyaknya orang
No. Keterangan Sangat
Baik Baik
Sedang Buruk
Sangat Buruk
Tidak Tersedia
Tidak Tahu
1 a.Sarana dan
Prasarana 11 26 8 1
b. Toilet 6 18 20 2
c.Tempat Sampah
13 22 10 1
d. Saung
17 14 11 4
e.Warung Makan
9 32 5
f.Kios Cinderamata
46
g.Penyewaan Peralatan
1 7 14 6 1
17
2 Panorama
Alam 3
32 10 1
3 Kebersihan
lokasi Wisata
14 14 15 3
4 Akses dari
Ibukota Provinsi dan
Tempat asal 2
31 10 3
5 Keamanan
1 14 23 7 1
6 Sikap
Masyarakat Sekitar
Objek Wisata
18 23 4 1
7 Pengelola
Objek Wisata
23 16 7
51
6.1.2.2. Persepsi Pengunjung terhadap Kondisi Lingkungan
Dalam penelitian ini, sebagian responden menilai bahwa kondisi lingkungan dengan adanya Hutan Wisata Punti Kayu Palembang semakin baik
kondisinya. Hal ini disebabkan karena pengunjung merasa nyaman saat berwisata ke objek wisata alam. Sebanyak 56 responden menilai kondisi lingkungan
semakin baik dengan adanya Hutan Wisata Punti Kayu Palembang. Adapun responden yang menilai kondisi lingkungan tidak ada perubahan dengan adanya
objek wisata alam ini sebesar 35, sedangkan sisanya hanya 9 responden menilai kondisi lingkungan semakin rusak dengan adanya Hutan Wisata Punti
Kayu Palembang. Responden yang menilai kondisi lingkungan semakin rusak dengan adanya objek wisata ini karena mereka melihat kondisi sampah yang tidak
pada tempatnya dan mereka menilai hal ini semata-mata karena ulah dari pada pengunjung, padahal ada faktor lain yang menyebabkannya. Keterangan lebih
lanjut dapat dilihat pada Gambar 13.
Sumber: Hasil Analisis Data Primer, 2011
Gambar 13. Diagram Persepsi Pengunjung terhadap Kondisi Lingkungan Hutan Wisata Punti Kayu Palembang
35 56
9 Tetap
Semakin Baik
Semakin Rusak
52
6.1.2.3. Persepsi Pengunjung terhadap Tiket Masuk
Tiket masuk yang layak diberlakukan di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang dinilai para pengunjung berbeda-beda sesuai dengan tingkat
pendidikan dan tingkat pendapatan mereka. Harga tiket masuk yang telah ditetapkan pengelola wisata sebesar Rp 5.000,- per orang dewasa untuk setiap
harinya. Sebesar 74 responden menyetujui besar tiket masuk yang telah ditetapkan tersebut karena menurut mereka tiket masuk yang besarnya Rp 5.000,-
dapat dijangkau oleh semua kalangan dan golongan pengunjung. Responden lainnya tidak menyetujui besar tiket masuk yang telah diberlakukan oleh
pengelola. Sebesar 11 responden menganggap bahwa tiket masuk yang pantas diberlakukan di lokasi wisata ini sebesar Rp 7.000,-. Sebanyak 7 responden
lainnya menyetujui besar tiket masuk yang diberlakukan sebesar Rp 8.000,-. 4 responden menyetujui besar tiket masuk yang harus diberlakukan sebesar Rp
10.000,- dan sisanya menyetujui bahwa besar tiket masuk yang harus ditetapkan di objek wisata alam ini sebesar Rp 9.000,- 2 responden dan Rp 12.000,- 2
responden. Responden-responden yang menilai besar tiket masuk yang harus diberlakukan di atas Rp 5.000,- memiliki alasan bahwa tiket masuk yang mereka
bayarkan itu akan digunakan untuk perbaikan-perbaikan Hutan Wisata Punti Kayu Palembang agar terlihat lebih indah dan mempunyai daya tarik tersendiri di
kemudian harinya. Untuk melihat sebaran persepsi terhadap harga tiket masuk yang diberikan responden pada penelitian kali ini, terlihat pada Gambar 14 di
bawah.
53
Sumber: Hasil Analisis Data Primer, 2011
Gambar 14. Diagram Persepsi Pengunjung terhadap Harga Tiket Masuk di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang
6.2. Gambaran Umum Responden Tenaga Kerja Lokal Hutan Wisata
Punti Kayu Palembang Dalam pengelolaan wisatanya, pengelola Hutan Wisata Punti Kayu
Palembang melibatkan masyarakat sekitar juga. Hal ini tidak lain bertujuan untuk memberdayakan masyarakat sekitar objek wisata tersebut untuk menggerakkan
sektor perekonomian. Tenaga kerja yang diberdayakan oleh pengelola wisata 60 nya merupakan penduduk asli setempat, meskipun 50 diantara mereka baru
bekerja di kawasan wisata ini selama kurun waktu 1-3 tahun. Adapun manfaat yang dapat dirasakan oleh tenaga kerja lokal dengan
adanya Hutan Wisata Punti Kayu Palembang adalah dalam hal peningkatan lapangan pekerjaan. Pendapat ini dirasakan oleh 60 responden tenaga kerja
lokal. Pendapat lain yang mereka sampaikan tentang manfaat adanya Hutan Wisata Punti Kayu Palembang, yaitu peningkatan pengetahuan. Sebesar 40 dari
mereka menganggap keberadaan Hutan Wisata Punti Kayu Palembang ini pun
74 11
7 2 4
2 5000
7000 8000
9000 10000
12000
54 dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat, terutama sangat bermanfaat bagi
anak-anak untuk mengenal alam. Hampir semua pekerja menyatakan bahwa mereka telah bekerja di tempat
lain, sebelum mereka bekerja di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang. Para pekerja ini juga merasa lebih betah dan nyaman selama mereka bekerja di objek
wisata alam ini. Alasan lain yang mereka sampaikan pada saat wawancara, mereka lebih merasa santai ketika bekerja di lokasi ini daripada di tempat mereka
bekerja sebelumnya. Menurut wawancara dengan pengelola wisata, tenaga kerja lokal yang ada
di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang terdiri atas petugas kebersihan, penjaga loket, penjaga arena wisata, pemandu gajah, dan pemandu kuda. Tidak ada tenaga
kerja lokal yang bekerja sebagai guide pemandu wisata. Menurut data pekerja yang diperoleh dari pengelola pada tahun 2011, jumlah tenaga kerja yang bekerja
di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang berjumlah 16 orang. Rincian banyaknya tenaga kerja Hutan Wisata Punti Kayu dapat dilihat pada Tabel 5 berikut.
Tabel 5. Total Tenaga Kerja Hutan Wisata Punti Kayu Palembang
Jenis Pekerjaan Jumlah Tenaga Kerja orang
Petugas kebersihan Penjaga loket
Penjaga arena permainan Pemandu Kuda
Pemandu Gajah 6
5 3
1 1
Sumber: Hasil Analisis Data Primer, 2011
Tenaga kerja di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang ini juga memiliki dua golongan pekerja. Golongan pekerja yang dimaksud adalah pekerja yang
bekerja full day dan pekerja yang bekerja hanya pada hari minggu atau libur saja. Pekerja yang bekerja pada hari minggulibur itu, seorang pemandu kuda dan
55 pemandu gajah. Sebanyak 14 orang pekerja lainnya bekerja dari hari senin-
minggu atau sering disebut sebagai pekerja fullday. Penerimaan per bulan yang diterima pekerja tersebut berkisar antara Rp
200.000-Rp 1.000.000,-. Penerimaan pekerja tersebut diberikan oleh pengelola berbeda-beda berdasarkan jenis pekerjaan mereka di lokasi wisata tersebut. Data
penerimaan tenaga kerja Hutan Wisata Punti Kayu Palembang dapat dilihat pada Tabel 6 di bawah ini.
Tabel 6. Penerimaan per Bulan Tenaga Kerja Hutan Wisata Punti Kayu
Jenis Pekerjaan Penerimaan per Bulan Rp. orang
Petugas kebersihan Penjaga loket
Penjaga arena permainan Pemandu Kuda
Pemandu Gajah
Sumber: Hasil Analisis Data Primer, 2011
1.000.000 450.000
700.00 300.000
200.000
Dari tabel sebaran penerimaan perbulan tenaga kerja di atas, maka dapat diestimasi pula besarnya pendapatan dan pengeluaran per bulan mereka. Dari hasil
analisis yang dilakukan oleh peneliti, maka diperoleh kisaran pendapatan para tenaga kerja tersebut sebesar Rp 50.000-Rp 1.900.000,- per bulannya dengan
pengeluaran mereka yang berkisar antara Rp 250.000-Rp 800.000,- per bulan yang sebagian besar pengeluarannya untuk biaya konsumsi mereka.
6.3. Gambaran Umum Unit Usaha di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang