7
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah tersebut, maka
muncul beberapa tujuan penelitian yang ingin dicapai, yaitu:
1. Mengidentifikasi karakteristik pengunjung, unit usaha, tenaga kerja lokal, dan
masyarakat sekitar Hutan Wisata Punti Kayu Palembang. 2.
Mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat mempengaruhi demand pariwisata di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang.
3. Mengestimasi dampak ekonomi yang timbul akibat dari kegiatan wisata di
sekitar objek wisata Hutan Wisata Punti Kayu Palembang.
1.4. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dari penelitian ini adalah:
1 Penelitian ini dilakukan di objek wisata Hutan Wisata Punti Kayu
Palembang. 2
Masyarakat yang menjadi responden adalah kepala keluarga atau anggota dari keluarga tersebut yang berada di sekitar Hutan Wisata Punti Kayu.
3 Pengunjung yang menjadi responden adalah wisatawan yang berkunjung ke
objek wisata Hutan Wisata Punti Kayu Palembang, baik yang berkelompok ataupun individu.
4 Unit usaha dan tenaga kerja lokal yang menjadi responden adalah masyarakat
lokal di sekitar Hutan Wisata Punti Kayu Palembang. 5
Analisis dampak ekonomi dilihat dari sisi arus uang yang terjadi di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang.
8
1.5. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang yang berlokasi di Kota Palembang, Sumatera Selatan. Penelitian ini pula memiliki
beberapa keterbatasan, diantaranya dampak ekonomi terhadap masyarakat lokal sekitar objek wisata tersebut yang diteliti dan dilihat dari sisi pengeluaran
wisatawannya tourism expenditure, serta penggunaan Keynesian models sebagai alat analisis yang mengandung keterbatasan untuk menganalisis dampak ekonomi
dari pariwisata. Dampak ekonomi lanjutan induced hanya diukur dari sisi pengeluaran tenaga kerja Hutan Wisata Punti Kayu Palembang saja tidak
termasuk pengeluaran para pemilik unit usaha.
1.6. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada: 1.
Pemerintah Daerah PEMDA Provinsi Sumatera Selatan dan stakeholder terkait lainnya berperan dalam pengelolaan dan pengembangan sektor
pariwisata, khususnya wisata yang berbasiskan alam dan dari hasil penelitian ini juga diharapkan agar pemerintah memperhatikan kondisi sarana dan
prasarana yang terindikasi masih kurang baik pemanfaatannya, dalam mendukung kegiatan pariwisata di Provinsi Sumatera Selatan.
2. Bagi pengelola wisata, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi
pertimbangan pengelolaan wisata di masa yang akan datang. 3.
Bagi akademisi, sebagai bahan tambahan dan rujukan untuk penelitian- penelitian selanjutnya, serta dapat dijadikan sebagai pelengkap disiplin ilmu.
9
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pariwisata
Menurut Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1990 dalam Alexa 2009, yang dimaksud pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata
termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata, serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut. Pariwisata meliputi: semua kegiatan yang berhubungan dengan
perjalanan wisata, pengusahaan objek dan daya tarik wisata, seperti kawasan wisata, taman rekreasi, peninggalan-peninggalan sejarah, museum, waduk, tata
kehidupan masyarakat dan yang bersifat alamiah keindahan alam, gunung berapi, danau, dan pantai, serta pengusahaan jasa dan sarana pariwisata.
Berbeda menurut Pendit 1999, pariwisata dapat diartikan sebagai salah satu jenis industri baru yang mampu menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang
cepat dalam penyediaan lapangan pekerjaan, peningkatan penghasilan dan standar hidup, serta menstimulasi sektor-sektor produktifitas lainnya. Institut of Tourism
Britain menyatakan pula bahwa pariwisata adalah kepergian orang-orang
sementara dalam jangka waktu pendek ke tempat-tempat tujuan di luar tempat tinggal dan bekerja sehari-hari dengan berbagai kegiatan selama seharian atau
lebih Susilowati, 2009. Berdasarkan pendapat dari para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pariwisata merupakan suatu kegiatan dimana orang-orang
berpergian ke suatu tempat dalam jangka waktu yang pendek dan melakukan kegiatan di tempat tersebut selama seharian atau lebih, serta pengelola wisatanya
akan mendapatkan tambahan penghasilan dari orang-orang yang berwisata ke tempat tersebut.
10
2.2. Wisata Alam
Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya, yang dimaksud dengan taman
wisata alam adalah kawasan pelestarian alam yang terutama dimanfaatkan untuk pariwisata dan rekreasi alam. Lain halnya dengan Pasal 31 dari Undang-Undang
No.5 Tahun 1990 yang menyebut bahwa taman wisata alam itu sebagai suatu kegiatan untuk kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan dan pendidikan, serta
menunjang budidaya dan wisata alam. Pasal 34 menyebutkan pula bahwa pengelolaan taman wisata alam dilaksanakan oleh pemerintah Alexa, 2009.
Kesimpulan dari uraian di atas adalah objek wisata alam merupakan sumberdaya alam yang berpotensi dan berdaya tarik bagi wisatawan serta
ditujukan untuk pembinaan cinta alam, baik dalam kegiatan alam maupun pembudidayaan, sedangkan wisata alam dapat diartikan sebagai bentuk kegiatan
yang memanfaatkan potensi sumberdaya alam yang memiliki daya tarik tersendiri bagi wisatawan dan tata lingkungannya. Umumnya, daya tarik dari wisata alam
ini adalah kondisi alamnya itu sendiri. Objek wisata alam dapat diklasifikasikan seperti yang ada di bawah ini:
1. Flora dan Fauna
Jenis flora dan fauna yang ada memiliki keunikan dan kekhasan tertentu, contohnya: Bunga Rafflessia, Kantong Semar, Badak Bercula Satu, Harimau
Sumatera, Beruk, dan Orang Utan.
11 2.
Keunikan dan kekhasan ekosistem Sesuai dengan keadaan geografis kawasan yang bervariasi, maka muncul
ekosistem yang unik dan khas seperti ekosistem pantai, hutan, daratan rendah, hutan hujan tropis, mangrove, gambut, dan rawa.
3. Gejala alam
Potensi objek wisata alam berupa gejala alam, antara lain: kawah, sumber air panas, gleiser, air terjun, dan matahari terbit.
4. Budidaya sumberdaya alam
Potensi objek wisata yang berupa budidaya sumberdaya alam, misalnya sawah, perkebunan, perikanan, dan kebun binatang.
2.3. Pengertian Hutan