Analisis Biaya dan Manfaat
atau NPV. Ukuran ini tak lebih dari nilai sekarang dari manfaat neto tambahan atau arus uang tambahan.
NPV juga dihitung dengan terlebih dahulu mencari selisih antara nilai sekarang dari arus manfaat dikurangi dengan nilai sekarang dari arus biaya atau
juga dapat diartikan sebagai nilai sekarang dari arus pendapatan yang ditimbulkan oleh penanaman investasi. NPV juga merupakan nilai diskonto dari selisih
manfaat dan biaya untuk setiap aliran keluar masuknya uang yang juga berarti keuntungan bersih pengusahaan pada saat ini Soekartawi, 1995. Dalam analisa
finansial, nilai itu merupakan nilai sekarang dari arus tambahan pendapatan untuk individu. Secara matematis, menurut Gittinger 1976 rumus dari NPV adalah:
NPV = ∑
..………….............................. 1 Keterangan:
B
t
= Penerimaan petani pada tahun ke-t Rp C
t
= Biaya yang dikeluarkan petani pada tahun ke-t Rp i
= Suku bunga t
= Tahun kegiatan n
= Umur proyek Proyek tersebut layak jika kriteria NPV adalah lebih besar dari nol atau
positif. Dalam hal ini, jika proyek memenuhi kriteria NPV, berarti akan ada peningkatan dalam kesejahteraan sosial. Selain NPV, ada beberapa alternatif
kriteria lainnya, misalnya Benefit-Cost Ratio BCR, Internal Rate of Return IRR, dan Payback Period PP. Kriteria kelayakan BCR merupakan kriteria
yang menggambarkan rasio antara manfaat bersih yang bernilai positif dengan manfaat bersih yang bernilai negatif. Suatu proyek dapat dikatakan layak apabila
nilai BCR yang didapat adalah sama dengan atau lebih besar dari satu. Secara matematis, rumus BCR dapat dituliskan sebagai berikut:
∑ ∑
……………………………………. 2
Keterangan: B
t
= Penerimaan petani pada tahun ke-t Rp C
t
= Biaya yang dikeluarkan petani pada tahun ke-t Rp i
= Suku bunga t
= Tahun kegiatan n
= Umur proyek
Kriteria yang berikutnya adalah IRR. Tingkat pengembalian internal atau IRR merupakan cara lain penggunaan arus manfaat neto tambahan untuk
mengukur manfaat proyek, yakni dengan mencari tingkat diskonto yang dapat membuat manfaat sekarang neto dari arus manfaat neto tambahan atau arus uang
tambahan sama dengan nol NPV=0. Tingkat tersebut adalah tingkat bunga maksimum yang dapat dibayar oleh proyek untuk sumber daya yang digunakan
karena proyek membutuhkan dana lagi untuk biaya-biaya operasi dan investasi dan proyek baru sampai pada tingkat pulang modal Gittinger, 1986. Suatu
proyek atau kegiatan investasi dikatakan layak apabila IRR ≥ Opportunity Cost of
Capital atau Discount Rate yang digunakan. Besaran yang dihasilkan dari
perhitungan ini adalah dalam satuan persentase. Secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut:
….…………3 Keterangan:
IRR = Internal Rate of Return
i
1
= Discount rate
yang menghasilkan NPV positif i
2
= Discount rate
yang menghasilkan NPV negatif NPV
1
= NPV positif Rp NPV
2
= NPV negatif Rp Adapun kriteria yang digunakan selanjutnya adalah payback period PP.
Kriteria PP merupakan kriteria yang digunakan untuk menunjukkan jangka waktu yang diperlukan biaya investasi untuk kembali. Menurut Gitingger 1986, PP
merupakan adalah jangka waktu kembalinya keseluruhan jumlah investasi modal yang ditanamkan, dihitung mulai dari permulaan proyek sampai dengan arus nilai
neto produksi tambahan sehingga mencapai jumlah keseluruhan investasi modal yang ditanamkan. Kriteria payback period berguna untuk mengetahui berapa lama
waktu yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi dengan menggunakan cashflow. Semakin kecil angka yang dihasilkan mempunyai arti
semakin cepat tingkat pengembalian investasinya, maka usaha tersebut semakin baik untuk diusahakan. Secara matematis, PP dapat dituliskan sebagai berikut:
PP
I
……………………..………………..… 4 Keterangan:
PP =
Payback Period Tahun ke-
I = Biaya Investasi Rp
A
b
= Manfaat Bersih Rp
4.3.3. Menganalisis Kesejahteraan Petani Tambak dengan Perbandingan Surplus Produsen Pola Tambak Dalam Kawasan Mangrove dengan di
Luar Kawasan Mangrove Menurut Fauzi 2006, pada dasarnya konsep surplus menempatkan nilai
moneter terhadap kesejahteraan dari masyarakat dari mengekstraksi dan mengkonsumsi sumber daya alam. Surplus juga merupakan manfaat ekonomi
yang tidak lain adalah selisih antara manfaat kotor gross benefit dan biaya yang dikeluarkan masyarakat untuk mengekstraksi sumber daya alam. Green 1992
dalam Fauzi 2006 memandang bahwa menggunakan pendekatan surplus untuk mengukur manfaat sumber daya alam merupakan pengukuran yang tepat karena
pemanfaatan sumber daya dinilai berdasarkan alternatif penggunaan terbaiknya. Menurut Fauzi 2006, secara matematis besaran surplus produsen dapat diukur
berdasarkan: PS x
xC x C x ………………………… 5
Keterangan: PS
= Surplus produsen Producer’s Surplus Rp xC’x = Pembayaran minimum yang dapat diterima produsen Rp
Cx = Biaya yang dibutuhkan untuk memproduksi barang x Rp
Surplus produsen tersebut tidak lain adalah pembayaran paling minimum yang bisa diterima oleh produsen dikurangi dengan biaya untuk memproduksi
barang x. Surplus produsen dapat juga dianggap sebagai surplus yang bisa diperoleh oleh pemilik sumber daya atau aset yang produktif pada saat pendapatan
dari sumber daya melebihi biaya pemanfaatannya. Untuk mengestimasi surplus produsen, diperlukan data variabel biaya-biaya produksi dan pendapatan yang
diterima dari barang Djajanigrat 2011. Penerimaan yang diterima oleh petani tersebut adalah yang diperoleh dari petani dari hasil produksi tambak masing-
masing. Secara matematis, dapat dilihat dalam rumus berikut: PS
m
= P
im.
x
im
– C
m
……………………………… 6 Keterangan:
PS = Surplus produsen tambak Rp
P
i
= Harga komoditas i Rp x
i
= Komoditas i kg C
= Biaya produksi tambak Rp m
= Lokasi tambak dalam kawasan mangrove atau di luar kawasan