4.3.3. Menganalisis Kesejahteraan Petani Tambak dengan Perbandingan Surplus Produsen Pola Tambak Dalam Kawasan Mangrove dengan di
Luar Kawasan Mangrove Menurut Fauzi 2006, pada dasarnya konsep surplus menempatkan nilai
moneter terhadap kesejahteraan dari masyarakat dari mengekstraksi dan mengkonsumsi sumber daya alam. Surplus juga merupakan manfaat ekonomi
yang tidak lain adalah selisih antara manfaat kotor gross benefit dan biaya yang dikeluarkan masyarakat untuk mengekstraksi sumber daya alam. Green 1992
dalam Fauzi 2006 memandang bahwa menggunakan pendekatan surplus untuk mengukur manfaat sumber daya alam merupakan pengukuran yang tepat karena
pemanfaatan sumber daya dinilai berdasarkan alternatif penggunaan terbaiknya. Menurut Fauzi 2006, secara matematis besaran surplus produsen dapat diukur
berdasarkan: PS x
xC x C x ………………………… 5
Keterangan: PS
= Surplus produsen Producer’s Surplus Rp xC’x = Pembayaran minimum yang dapat diterima produsen Rp
Cx = Biaya yang dibutuhkan untuk memproduksi barang x Rp
Surplus produsen tersebut tidak lain adalah pembayaran paling minimum yang bisa diterima oleh produsen dikurangi dengan biaya untuk memproduksi
barang x. Surplus produsen dapat juga dianggap sebagai surplus yang bisa diperoleh oleh pemilik sumber daya atau aset yang produktif pada saat pendapatan
dari sumber daya melebihi biaya pemanfaatannya. Untuk mengestimasi surplus produsen, diperlukan data variabel biaya-biaya produksi dan pendapatan yang
diterima dari barang Djajanigrat 2011. Penerimaan yang diterima oleh petani tersebut adalah yang diperoleh dari petani dari hasil produksi tambak masing-
masing. Secara matematis, dapat dilihat dalam rumus berikut: PS
m
= P
im.
x
im
– C
m
……………………………… 6 Keterangan:
PS = Surplus produsen tambak Rp
P
i
= Harga komoditas i Rp x
i
= Komoditas i kg C
= Biaya produksi tambak Rp m
= Lokasi tambak dalam kawasan mangrove atau di luar kawasan
V. GAMBARAN UMUM
Penelitian dilakukan di dua desa dalam Kabupaten Probolinggo, Propinsi Jawa Timur, yakni Desa Curahsawo yang berada di Kecamatan Gending, dan
Desa Sukokerto yang berada di Kecamatan Pajarakan. Secara geografis, Kecamatan Gending berbatasan langsung dengan Kecamatan Pajarakan yang juga
berbatasan langsung dengan Selat Madura, sehingga secara umum keduanya memiliki kondisi lingkungan yang hampir sama. Desa Curahsawo digunakan
sebagai lokasi untuk menganalisa tambak yang berada dalam kawasan mangrove, sedangkan sebagai pembandingnya Desa Sukokerto digunakan untuk
menganalisis tambak yang berada di luar kawasan mangrove. Adapun berdasarkan Laporan Monografi Desa 2011 dari masing-masing desa, didapat data yang akan
diuraikan selanjutnya berikut.
5.1. Keadaan Umum Desa Curahsawo
1. Luas dan Letak Geografis
Desa Curahsawo merupakan desa atau kelurahan yang termasuk ke dalam wilayah administratif Kecamatan Gending, Kabupaten Probolinggo.
Propinsi Jawa Timur. Desa Curahsawo tersebut merupakan desa pantai yang terletak lebih kurang 180 km dari Surabaya dan 10 km dari ibukota
Kabupaten Probolinggo. Luas keseluruhan wilayah Desa Curahsawo adalah 555.427 ha, yang
terbagi atas tiga dusun, yakni Dusun Karang Anyar, Dusun Krajan, dan Dusun Tambak, lalu ada tiga rukun warga RW, dan enam rukun tetangga
RT. Adapun batas-batas wilayah Desa Curahsawo sendiri meliputi:
Utara : Selat Madura Barat : Desa Tamansari Dringu
Selatan : Desa Banyuanyar Timur : Desa Pajurangan
2. Topografi dan Iklim
Desa Curahsawo berada pada ketinggian 4 m di atas permukaan laut. Suhu maksimum di desa tersebut adalah 31ºC sedangkan suhu minimumnya
adalah 27ºC. Jumlah hari dengan curah hujan terbanyak adalah sebanyak
79 hari dan banyaknya curah hujan per tahun adalah 150 hari. Secara umum, tanah di wilayah Curahsawo memiliki kemiringan sekitar 8-14,
dan tergolong cukup asam karena memiliki pH sekitar 5,5 hingga 5,9. Lahan di Desa Curahsawo dipergunakan untuk berbagai peruntukan
seperti tanah sawah seluas sekitar 45,460 ha, tanah hutan seluas 362 ha. Selain itu juga sebagai tanah keperluan fasilitas umum seluas 3 ha, tanah
keperluan fasilitas sosial seluas 1,950 ha, kemudian yang terutama dalam hal ini, tanah basah yaitu tambak seluas 102,363 ha.
3. Penduduk dan Mata Pencaharian Penduduk
Jumlah penduduk Desa Curahsawo adalah 1.638 orang, dengan jumlah laki-laki sebanyak 846 orang dan perempuan sebanyak 792 orang. Jumlah
rumah tangga yang ada adalah sebanyak 469 kepala keluarga. Dengan jumlah penduduk 1.638 orang dan luas 5,55 km
2
, maka kepadatan penduduk Desa Curahsawo adalah sekitar 295 orang per km
2
. Sebagian besar mata pencaharian utama dari penduduk Desa Curahsawo
adalah buruh tani. Selain itu, mata pencaharian utama penduduk desa lainnya adalah petani, buruh, pedagang, PNS, TNI, nelayan, dan lainnya.
Dalam hal ini, petani tambak yang ada berjumlah 47 orang. 4.
Sarana dan Prasarana Daerah Untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat, ada pula sarana pembangunan
seperti koperasi sebanyak satu buah, tokokioswarung sebanyak 18 buah, bank sebanyak satu buah, kemudian beberapa jenis usaha seperti industri
kecil dan rumah tangga sebanyak tiga buah, rumah makanwarung makan sebanyak lima buah, perdangangan sebanyak tiga buah, dan usaha
angkutan sebanyak satu buah. Adapun sarana umum lainnya yang dapat digunakan oleh masyarakat adalah tempat ibadah seperti masjid sebanyak
dua buah dan musholla sebanyak sembilan buah. Sarana pendidikan yang ada di Desa Curahsawo terdiri dari taman kanak-
kanak swasta sebanyak dua buah dengan jumlah murid sebanyak 116 orang dan tenaga pengajar sebanyak sembilan orang, kemudian ada
sekolah dasar negeri sebanyak satu buah dengan jumlah siswanya sebanyak 157 orang dan dengan tenaga pengajar sebanyak 14 orang, dan