Tambak Tumpangsari TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ekosistem

Gambar 8. Kerangka pemikiran operasional Ekosistem Mangrove Tambak Tumpangsari Di Dalam Kawasan Mangrove Pendapatan Petani di Dalam Kawasan Mangrove Surplus Produsen Tambak Konvensional Pendapatan Petani di Luar Kawasan Mangrove Perbandingan Analisis Biaya Manfaat Pandangan Petani Mengenai Mangrove Kesejahteraan Masyarakat Rekomendasi Penelitian Analisa Deskriptif Budidaya Perikanan Tambak Di Luar Kawasan Mangrove Kelestarian Mangrove

IV. METODE PENELITIAN 4.1.

Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan terhadap dua lokasi. Lokasi yang pertama adalah Desa Curahsawo, Kecamatan Gending, yang merupakan lokasi desa dimana tambak berada di lingkungan mangrove yang cukup baik. Lokasi yang kedua adalah Desa Sukokerto, Kecamatan Pajarakan. yakni lokasi desa dimana lahan mangrove hanya sedikit, yakni sekitar lima hektar, karena dikonversi menjadi lahan untuk pertambakan Lampiran 1. Kedua desa tersebut termasuk ke dalam wilayah Kabupaten Probolinggo, Propinsi Jawa Timur dan merupakan daerah yang berbatasan langsung dengan laut namun dibatasi oleh hutan mangrove. Penelitian untuk memperoleh data primer dilakukan selama bulan Mei 2012.

4.2. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh dari hasil kuisioner dan pertanyaan yang diberikan, dengan dipandu, kepada masyarakat sekitar, yakni berupa data usaha tambak, pendapat mengenai keberadaan mangrove di sekitar lingkungan tambak, dan lainnya. Data sekunder merupakan data yang didapat dari literatur-literatur seperti data dari Badan Pusat Statistik BPS, Laporan Monografi Desa, dan lainnya.

4.3. Metode Pengumpulan Data dan Penentuan Jumlah Sampel

Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan survei lapang di lokasi penelitian. Wawancara dilakukan terhadap responden dengan bantuan kuisioner yang telah disiapkan sebelumnya. Studi pustaka juga dilakukan untuk mengumpulkan data sekunder yang dibutuhkan untuk menunjang penelitian, baik dari penelitian-penelitian terdahulu maupun data-data dari instansi yang terkait seperti Perum Perhutani, Dinas Kelautan dan Perikanan, dan lainnya. Pemilihan reponden dilakukan dengan metode purposive sampling, yakni dengan memilih responden-responden yang memiliki pekerjaan sebagai petani tambak. Penentuan jumlah sampel responden yang digunakan dalam penelitian ini ditentukan dengan menimbang jumlah populasi petani tambak yang ada dan berdasarkan yang dikemukakan Gay bahwa dalam penelitian sosial ekonomi jumlah minimum responden yang dapat dijadikan sampel dapat berjumlah 30 orang Wardiyanta, 2006. Untuk itu, dalam penelitian ini jumlah responden yang digunakan adalah sebanyak 30 orang.

4.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Dalam penelitian ini, akan digunakan dua jenis analisis, yakni analisis kuantitatif dan analisis kualitatif. Analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis data mengenai hasil dari tambak, bagaimana kelayakan usaha tambak, surplus produsen dari petani tambak, dan kemudian bagaimana jika dibandingkan dengan petani yang tidak menerapkan pola tumpangsari pada tambaknya. Data tersebut akan dianalisa secara kuantitatif dengan surplus produsen dan analisis biaya manfaat. Analisis kualitatif dilakukan dengan menganalisa data secara deskriptif, dalam hal ini, data yang didapat mengenai pandangan dan pendapat masyarakat mengenai keberadaan mangrove di sekitar tempat tinggalnya tersebut.

4.4.1. Mengkaji Pendapat dan Partisipasi Masyarakat dalam Menjaga Kelestarian Mangrove

Peranan atau partisipasi merupakan suatu proses dimana pemangku kepentingan saling mempengaruhi dan berbagi kekuasaan pada inisiatif-inisiatif pembangunan, keputusan-keputusan, dan sumber daya-sumber daya yang berpengaruh terhadap mereka. Dalam praktiknya, partisipasi memiliki bermacam- macam tahapan, salah satunya adalah tahapan pelaksanaan. Tahapan pelaksanaan merupakan tahap yang paling penting dari suatu kegiatan dan wujud nyatanya digolongkan menjadi tiga, yakni partisipasi dalam bentuk sumbangan pikiran, sumbangan materi, dan bentuk tindakan sebagai anggota proyek. Dengan menggunakan analisis deskriptif, akan diperlihatkan bagaimana pendapat masyarakat mengenai keadaan mangrove yang ada. 4.4.2. Mengkaji Perbandingan Kelayakan Pola Tambak dalam Kawasan Mangrove dengan di Luar Kawasan Mangrove Kelayakan ekonomi dari pola tambak tersebut dapat dilihat dari perhitungan nilai NPV, BCR, IRR, dan payback period. Kegiatan perikanan tambak dikatakan layak apabila nilai yang didapat sesuai dengan syarat nilai kelayakan kriteria-kriteria tersebut. Menurut Gittinger 1986, ukuran arus uang berdiskonto manfaat proyek yang paling langsung adalah manfaat sekarang neto atau NPV. Ukuran ini tak lebih dari nilai sekarang dari manfaat neto tambahan atau arus uang tambahan. NPV juga dihitung dengan terlebih dahulu mencari selisih antara nilai sekarang dari arus manfaat dikurangi dengan nilai sekarang dari arus biaya atau juga dapat diartikan sebagai nilai sekarang dari arus pendapatan yang ditimbulkan oleh penanaman investasi. NPV juga merupakan nilai diskonto dari selisih manfaat dan biaya untuk setiap aliran keluar masuknya uang yang juga berarti keuntungan bersih pengusahaan pada saat ini Soekartawi, 1995. Dalam analisa finansial, nilai itu merupakan nilai sekarang dari arus tambahan pendapatan untuk individu. Secara matematis, menurut Gittinger 1976 rumus dari NPV adalah: NPV = ∑ ..………….............................. 1 Keterangan: B t = Penerimaan petani pada tahun ke-t Rp C t = Biaya yang dikeluarkan petani pada tahun ke-t Rp i = Suku bunga t = Tahun kegiatan n = Umur proyek Proyek tersebut layak jika kriteria NPV adalah lebih besar dari nol atau positif. Dalam hal ini, jika proyek memenuhi kriteria NPV, berarti akan ada peningkatan dalam kesejahteraan sosial. Selain NPV, ada beberapa alternatif kriteria lainnya, misalnya Benefit-Cost Ratio BCR, Internal Rate of Return IRR, dan Payback Period PP. Kriteria kelayakan BCR merupakan kriteria yang menggambarkan rasio antara manfaat bersih yang bernilai positif dengan manfaat bersih yang bernilai negatif. Suatu proyek dapat dikatakan layak apabila nilai BCR yang didapat adalah sama dengan atau lebih besar dari satu. Secara matematis, rumus BCR dapat dituliskan sebagai berikut: ∑ ∑ ……………………………………. 2 Keterangan: B t = Penerimaan petani pada tahun ke-t Rp C t = Biaya yang dikeluarkan petani pada tahun ke-t Rp i = Suku bunga t = Tahun kegiatan n = Umur proyek