wilayah. Pengelompokan wilayah-wilayah menjadi beberapa kelompok didasarkan pada pengukuran variabel-variabel yang diamati, sehingga diperoleh
kemiripan wilayah dalam kelompok yang sama dibandingkan antara wilayah dari kelompok yang berbeda.
2.9 Discriminant Analysis
Discriminant Analysis atau analisis diskriminan merupakan salah satu
analisis multivariabel untuk menentukan variabel mana yang membedakan secara nyata dengan kelompok-kelompok yang telah ada secara alami, sehingga
digunakan untuk menentukan variabel mana yang merupakan penduga terbaik dari pembagian kelompok-kelompok yang ada.
Pada prinsipnya, penentuan dalam analisis diskriminan ini berbalikan dengan metode analisis klaster. Jika analisis klaster khususnya klaster unit
menentukan klaster dari ciri-ciri yang diduga mirip, maka analisis diskriminan menentukan dengan kelompok yang sudah tentu yang terbentuk secara alamiah
ingin ditentukan variabel yang mana yang sebenarnya secara nyata membedakan kelompok-kelompok tersebut. Selain itu, analisis diskriminan juga dapat
dilakukan untuk menguji ketepatan pengelompokan wilayah hasil analisis pengelompokan yang lain, yaitu pengelompokan berdasarkan hasil analisis
tipologi Klassen. Asumsi-asumsi yang digunakan dalam analisis diskriminan antara lain adalah Saefulhakim, 2006:
a. Data contoh merupakan data multivariabel yang menyebar normal. Walaupun demikian, jika syarat penyebaran normal ini tidak dipenuhi, perbedaan hasil
pengujian tidak ”fatal”. Artinya hasil pengujian masih layak untuk dipercaya; b. Matriks ragam variances atau peragam covariances variabel antar
kelompok bersifat homogen. Jika terdapat deviasi kecil masih bisa diterima. Oleh karena itu, akan lebih baik jika sebelum menggunakan hasil pengujian
terlebih dahulu dilihat lagi nilai korelasi dan ragam variabel dalam setiap kelompoknya;
c. Tidak terdapat korelasi antara nilai tengah variabel antar kelompok dengan nilai ragam atau standar deviasinya;
d. Variabel yang digunakan tidak bersifat ”redundant”. Jika kondisi ini tidak
terpenuhi maka matrik tersebut disebut ”ill-condition”. Matriks yang ill-
conditioned tidak dapat diinverskan;
e. Nilai toleransi seharusnya tidak mendekati 0. Dalam analisis diskriminan akan dilakukan pengujian terhadap keadaan redundant yang diharapkan tidak
terjadi. Pengujian ini disebut dengan pengujian nilai toleransi. Nilai toleransi ini dihitung dengan persaman 1-R2. Jika kondisi redundant terjadi, maka nilai
toleransi akan mendekati nol. Fungsi yang terbentuk sebenarnya mirip dengan fungsi regresi. Dalam hal
ini variabel bebas Y adalah resultan skor klasifikasi. Variabel tak bebasnya X adalah variabel-variabel yang digunakan sebagai penduga.
Skor = a +b
1
X
1
+ b
2
X
2
+ ......+b
n
X
n
Variabel dengan nilai koefisien regresi terbesar merupakan variabel yang mempunyai peranan terbesar dalam membedakan kelompok-kelompok yang ada.
Hasil pengolahan statistik ini hasil analisis multivariat yang meliputi analisis PCA, cluster dan discriminant analysis akan menghasilkan tipologi wilayah yang
kemudian dibuat peta tipologinya.
IV. METODE PENELITIAN
3.1 Kerangka Pemikiran
Berdasarkan perumusan masalah, tujuan dan manfaat, penelitian ini dibangun atas dasar kerangka pemikiran bahwa kemiskinan merupakan masalah
multidimensi yang sangat kompleks. Kondisi, sifat dan konteks kemiskinan yang menjadi penyebab kemiskinan antara wilayah yang satu dengan wilayah lain akan
berbeda. Karakteristik tersebut menjadi faktor penentu timbulnya kemiskinan disuatu wilayah, diantaranya karakteristik struktur dan aktivitas ekonomi,
karakteristik ruang, dan sumber daya alam, manusia, buatan dan sosial, serta pengaruh wilayah lain di sekitarnya. Oleh karena itu dalam mengatasi kemiskinan
di suatu wilayah, tidak dapat dilihat dalam kacamata agregat wilayah, tetapi lebih kepada pendekatan pembangunan daerahregional baik melalui pembangunan
ekonomi maupun pembangunan manusiasosial. Pembangunan ekonomi sebagai upaya untuk mengumpulkan modal melalui aktivitas ekonomi yang mendorong
pertumbuhan ekonomi khususnya yang signifikan mengatasi kemiskinan di suatu wilayah.
Pertumbuhan ekonomi yang berpengaruh menurunkan kemiskinan merupakan modal dalam pembangunan manusia, dapat dikembangkan melalui
kebijakan pengeluaran. Kebijakan tersebut dapat dilakukan melalui investasi di bidang sosial seperti pendidikan dan kesehatan dasar, besaran dan komposisi
pengeluaran rumah tangga untuk kebutuhan dasar, dan pemenuhan nutrisi anggota keluarga, serta untuk kegiatan lain yang serupa. Pembangunan manusia akan
bermuara pada peningkatan kualitas hidup manusia untuk dapat hidup normal dalam memenuhi kebutuhannya yang berimplikasi kepada penurunan jumlah
penduduk miskin di suatu wilayah. Dengan demikian pola pembangunan ekonomi dan pembangunan
manusiasosial bersama-sama berpengaruh terhadap pola kemiskinan di suatu wilayah. Pola aktivitas ekonomi dan pembangunan manusiasosial yang signifikan
berpengaruh terhadap tingkat penurunan kemiskinan dapat dijadikan dasar kebijakan bagi pemerintah daerah dalam mengembangkan strategi penanganan