Kerangka Alir Penelitian METODE PENELITIAN

39 Gambar 5 Proses pemetaan pola spasial tipologi kemiskinan. 3.5.2 Pemetaan Pola Spasial Pembangunan ManusiaSosial Variabel-variabel yang terkait dengan pembangunan manusiasosial diortoganalisasi untuk mendapatkan penciri utamanya yang diperlukan untuk membentuk tiga konfigurasi, yaitu konfigurasi tingkatan pembangunan di bidang kesehatan, bidang pendidikan dan bidang sosial. Factor score penciri masing- masing konfigurasi diklaster dengan teknik Cluster Analysis dan untuk mendapatkan pembeda dari tiap pola konfigurasi digunakan teknik Discriminant Analysis . Penciri ditampilkan secara spasial dan menghasilkan konfigurasi spasialnya. Tingkatan pembangunan yang tinggi ditunjukkan dengan warna hijau, tingkatan sedang dengan tampilan warna kuning, dan tingkatan rendah dengan tampilan warna merah. Persentase kecamatan yang ada pada setiap klaster di kabupatenkota dikalikan skala bobot klaster menghasilkan bobot kabupatenkota yang akan di- plot dalam analisis kuadran. Bobot klaster konfigurasi pada pola spasial tipologi pembangunan manusiasosial ditunjukkan pada Tabel 6. Tabel 6 Bobot Klaster pada pola spasial tipologi pembangunan manusiasosial Konfigurasi Bobot Klaster Tinggi Sedang Rendah Konfigurasi pembangunan bidang kesehatan 3 2 1 Konfigurasi pembangunan bidang pendidikan 3 2 1 Konfigurasi pembangunan bidang sosial 3 2 1 Kemiskinan Sebaran keluarga miskin Sebaran penduduk Orthogonalisasi, clustering dan discrimant function Konfigurasi sebaran keluarga miskin Pola spasial kemiskinan Konfigurasi sebaran penduduk Analisis Kuadran Orthogonalisasi, clustering dan discrimant function 40 Pola spasial yang dibangun adalah konfigurasi tingkatan pembangunan manusia komposit dari pembangunan kesehatan dan pendidikan terhadap konfigurasi tingkatan pembangunan sosial. Pola spasial membentuk empat kuadran, yaitu: 1 kuadran pertama untuk wilayah dengan tingkatan pembangunan manusia dan pembangunan sosial tinggi; 2 kuadran kedua untuk wilayah dengan tingkatan pembangunan manusia rendah dan pembangunan sosial tinggi; 3 kuadran ketiga untuk wilayah dengan tingkatan pembangunan manusia dan pembangunan sosial rendah; dan 4 kuadran keempat untuk wilayah dengan tingkatan pembangunan manusia tinggi dan pembangunan sosial rendah. Keseluruhan alur analisis pemetaan pola spasial tipologi pembangunan manusiasosial ditunjukkan pada Gambar 6. Gambar 6 Proses pemetaan pola spasial tipologi pembangunan manusiasosial.

3.5.3 Pemetaan Pola Spasial Aktivitas Ekonomi

Variabel-variabel yang terkait dengan aktivitas ekonomi diortoganalisasi untuk mendapatkan penciri utama yang diperlukan untuk membentuk dua konfigurasi, yaitu konfigurasi sebaran aktivitas sektor pertanian dan konfigurasi sebaran aktivitas sektor industriperdagangan. Factor score penciri konfigurasi sebaran aktivitas sektor pertanian dan konfigurasi sebaran aktivitas sektor 41 industriperdagangan digunakan dalam teknik Cluster Analysis dan untuk mendapatkan pembeda dari tiap pola konfigurasi digunakan teknik Discriminant Analysis . Wilayah kecamatan unit analisis dikelompokkan berdasarkan tingkat capaian setiap pembeda, hingga diperoleh kategori tinggi, sedang, dan rendah. Penciri menjadi atribut unit analisis dan ditampilkan secara spasial untuk menghasilkan konfigurasi spasialnya. Sebaran aktivitas ekonomi yang tinggi ditampilkan dengan warna hijau, sebaran sedang dengan tampilan warna kuning, dan sebaran rendah dengan tampilan warna merah. Persentase kecamatan pada setiap klaster di kabupatenkota dikalikan skala bobot klaster untuk menghasilkan bobot spasial kabupatenkota sebagai nilai yang akan di-plot dalam analisis kuadran. Bobot klaster konfigurasi pada pola spasial tipologi aktivitas ekonomi ditunjukkan pada Tabel 7. Tabel 7 Bobot Klaster pada pola spasial tipologi aktivitas ekonomi Konfigurasi Bobot Klaster Tinggi Sedang Rendah Konfigurasi sebaran aktivitas sektor pertanian 3 2 1 Konfigurasi sebaran aktivitas sektor industriperdagangan 3 2 1 Konfigurasi spasial yang menggunakan atribut di tingkat kecamatan, akan digunakan untuk menentukan pola spasial tipologi aktivitas ekonomi di tingkat kabupatenkota dengan pendekatan kuadran, yaitu pemetaan kabupaten kota berdasarkan pola sebaran aktivitas sektor pertanian terhadap pola sebaran aktivitas sektor industriperdagangan. Pola spasial membentuk empat kuadran, yaitu: 1 kuadran pertama untuk wilayah dengan sebaran aktivitas sektor pertanian dan sebaran industriperdagangan tinggi; 2 kuadran kedua untuk wilayah dengan sebaran aktivitas sektor pertanian rendah dan sebaran industriperdagangan tinggi; 3 kuadran ketiga untuk wilayah dengan sebaran aktivitas sektor pertanian dan sebaran industriperdagangan rendah; dan 4 kuadran keempat untuk wilayah dengan sebaran aktivitas sektor pertanian tinggi dan sebaran industriperdagangan rendah. Alur analisis pemetaan pola spasial tipologi aktivitas ekonomi secara keseluruhan ditunjukkan pada Gambar 7. 42 Gambar 7 Proses pemetaan pola spasial tipologi aktivitas ekonomi.

3.5.4 Analisis Keterkaitan Variabel-variabel Pembangunan ManusiaSosial

dan Aktivitas Ekonomi, dengan Kemiskinan. Analisis ini menggunakan analisis fungsional untuk melihat seberapa besar variable-variabel utama dari aktivitas ekonomi dan pembangunan manusiasosial berperan dalam menentukan jumlah penduduk miskin baik di wilayahnya maupun pengaruh dari wilayah lain. Untuk mengatasi multikolinieritas, maka dalam analisis ini digunakan indeks komposit dari setiap kelompok variabel. Analisis ini didasarkan pemikiran bahwa untuk dapat menekan tingginya tingkat kemiskinan perlu meningkatkan aktivitas ekonomi daerah dan upaya pembangunan manusia. Indeks komposit dari variabel-variabel pada aktivitas ekonomi dan pembangunan manusiasosial menjadi variabel independen X, sedangkan jumlah penduduk miskin yang merupakan variabel dependen Y. Analisis hubungan fungsional ini menggunakan komponen utama masing- masing variabel dan data jarak antar kecamatan yang kemudian dianalisis dengan spatial econometric . Kedekatan dan keterkaitan antar lokasi menyebabkan munculnya autokorelasi spasial, yang menunjukkan bahwa tingkat perkembangan di suatu wilayah selain dipengaruhi oleh variabel bebas, juga dipengaruhi oleh hubungan spasial. 43 Spatial econometric hampir sama dengan regresi berbobot. Untuk perhitungan pembobotan spasial didasarkan pada dua aspek, yaitu :  Ketetanggaan  Kebalikan jarak

3.5.4.1 Model Regresi Berganda

Model regresi berganda digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kemiskinan dalam suatu wilayah sendiri tanpa melihat pengaruh daerah lain. Variabel-variabel dari komponen utama yang dihasilkan dari PCA pada variabel keadaan diregresikan dengan terhadap variabel tujuan yaitu jumlah penduduk miskin pada suatu wilayah. Variabel yang berpengaruh signifikan dalam menekan jumlah penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan, direkomendasikan kepada pemerintah sebagai bahan pertimbangan strategi pembangunan daerah dalam mengatasi kemiskinan. Rumus dari model regresi berganda : Y r = α + βX r + ε r dimana : Y r adalah variabel tujuan sebaran keluarga miskin, α dan β adalah koefisien fungsi regresi, X r adalah variabel bebas pembangunan manusiasosial dan aktivitas ekonomi, dan ε r adalah error.

3.5.4.2 Spatial Durbin Model

Teknik ini digunakan untuk apakah melihat kemiskinan dalam suatu wilayah disebabkan oleh kemiskinan daerah lainnya yang berdekatan dan memiliki keterkaitan, dan dipengaruhi pula oleh variabel-variabel dari komponen utama pada indikator pembangunan ekonomi dan pembangunan manusia di wilayahnya dan diwilayah lain. Jika jarak antar daerah sangat mempengaruhi interaksi antar daerah, maka dapat dilihat parameter apa saja pada daerah lain yang memberi pengaruh terhadap penurunan tingkat kemiskinan di daerah tersebut, dan seberapa besar pengaruhnya. Variabel-variabel dari komponen utama dari pembangunan ekonomi dan pembangunan di wilayahnya dan di wilayah lain yang dihasilkan dari PCA akan digunakan sebagai variabel bebas X r , dan jumlah penduduk miskin wilayah lain dan di wilayahnya sendiri menjadi variabel tujuan Y r . Prinsip dasarnya adalah