Pembangunan sosial sebagai proses pembangunan yang memanfaatkan modal sosial dengan memperhatikan tiga komponennya, yaitu: norma, jaringan,
dan kepercayaan. Norma sebagai serangkaian nilai yang disepakati bersama, jaringan menggambarkan adanya ikatan dari segolongan atau sekelompok
masyarakat, dan kepercayaan adalah nilai yang menghasilkan tingkatan ikatan antar masyarakat atau golongan. Ketiga komponen tersebut bersifat spesifik,
sehingga akan berbeda antara satu wilayah dengan wilayah lainnya karena perbedaan pola karakteristik sosial kelompok atau masyarakat Fukuyama, 2002.
1.4 Kemiskinan
Secara ekonomi kemiskinan diidentikkan dengan permasalahan pendapatan. Akan tetapi pendekatan ini tidak mampu menjelaskan masalah kemiskinan secara
tuntas. Karenanya kemiskinan harus didefinisikan secara plural, dimana kemiskinan adalah suatu kondisi tidak terpenuhinya kebutuhan dasar esensial
individu sebagai manusia. Menggambarkan kemiskinan, terutama di pedesaan, ada lima karakteristik yang saling terkait: kemiskinan material, kelemahan fisik,
keterkucilan dan keterpencilan, kerentanan, dan ketidakberdayaan. Kerentanan tersebut dapat dilihat dari ketidakmampuan keluarga miskin untuk menyediakan
sesuatu guna menghadapi situasi darurat seperti datangnya bencana alam, kegagalan panen, atau penyakit yang tiba-tiba menimpa keluarga miskin itu
Chambers, 1983 dalam Kuncoro, 2006. Keluarga miskin pada umumnya selalu lemah dalam kemampuan berusaha
dan terbatas aksesnya kepada kegiatan ekonomi sehingga seringkali makin tertinggal jauh dari masyarakat lain yang memiliki potensi lebih tinggi. Rustiadi
et al. 2009 mendefinisikan kemiskinan sebagai keadaan di mana tingkat
pendapatan seseorang mengakibatkan dirinya tidak dapat mengikuti tata nilai dan norma-norma yang berlaku di masyarakat.
Kemiskinan dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu: 1. Kemiskinan Natural atau alamiah, yakni, kemiskinan yang timbul sebagai
akibat terbatasnya jumlah sumber daya danatau karena tingkat perkembangan teknologi yang sangat rendah. Artinya faktor-faktor yang menyebabkan suatu
masyarakat menjadi miskin terjadi secara alami memang ada, dan bukan karena adanya kelompok atau individu di dalam masyarakat tersebut lebih
kaya atau miskin dari yang lain. Mungkin saja dalam keadaan kemiskinan alamiah tersebut akan terdapat perbedaan-perbedaan kekayaan, tetapi dampak
perbedaan tersebut akan diperlunak atau dieliminasi oleh adanya pranata- pranata tradisional, seperti pola hubungan patron-client, jiwa gotong royong
dan sejenisnya yang secara fungsional untuk meredam kemungkinan timbulnya kecemburuan sosial Kuncorojakti, 1986.
2. Kemiskinan struktural, yakni kemiskinan yang terjadi karena struktur sosial yang ada membuat anggota atau kelompok masyarakat tidak menguasai sarana
ekonomi dan fasilitas-fasilitas secara merata. Dengan demikian sebagian anggota masyarakat tetap miskin walaupun sebenarnya jumlah total produksi
yang dihasilkan oleh masyarakat tersebut bila dibagi rata dapat membebaskan semua anggota masyarakat dari kemiskinan. Kemiskinan struktural ini dapat
diartikan sebagai suasana kemiskinan yang dialami oleh suatu masyarakat yang penyebab utamanya bersumber dari strukur sosial yang berlaku dalam
masyarakat itu sendiri. Oleh karena struktur sosial yang berlaku menggolongkan mereka dalam golongan miskin tampak tidak berdaya untuk
mengubah nasibnya dan tidak mampu memperbaiki hidupnya. Struktur sosial yang berlaku telah mengurung mereka kedalam suasana kemiskinan secara
turun temurun selama bertahun-tahun. Mereka hanya mungkin keluar dari penjara kemelaratan melalui suatu proses perubahan struktur yang mendasar.
Kemiskinan struktural, biasanya terjadi dalam suatu masyarakat di mana terdapat perbedaan yang tajam antara mereka yang hidup melarat dengan
mereka yang hidup dalam kemewahan dan kaya raya. Walaupun mereka merupakan mayoritas terbesar dari masyarakat, dalam realita tidak
mempunyai kekuatan apa-apa untuk mampu memperbaiki nasib hidupnya. Sementara minoritas kecil mayarakat yang kaya raya biasanya berhasil
memonopoli dan mengontrol berbagai kehidupan, terutama segi ekonomi dan politik. Selama golongan kecil yang kaya raya itu masih menguasai berbagai
kehidupan masyarakat, selama itu pula diperkirakan struktur sosial yang berlaku akan bertahan. Akibatnya terjadilah apa yang disebut dengan
kemiskinan struktural.
Ciri utama dari kemiskinan struktural ialah tidak terjadinya - kalaupun terjadi sifatnya lamban sekali - apa yang disebut sebagai mobilitas sosial
vertikal. Struktur sosial yang berlaku telah melahirkan berbagai corak rintangan yang menghalangi mereka untuk maju. Ciri lain dari kemiskinan
struktural adalah timbulnya ketergantungan yang kuat antara pihak si miskin terhadap kelas sosial-ekonomi di atasnya Kuncorojakti, 1986.
3. Kemiskinan Kultural Kemiskinan kultural merupakan suatu adaptasi atau penyesuaian,
bukan berasal dari kebodohan dan ketidakmampuan fisik, tetapi lebih kepada sikap apatis dan pasrah dalam menerima kondisi kemiskinan yang dimilikinya
yang kemudian diturunkan dari generasi ke generasi, sehingga seringkali kita dapat dapat menemui kemiskinan ini pada masyarakat strata sosial yang lebih
rendah, masyarakat terasing, dan warga urban yang berasal dari buruh tani
yang tidak memiliki tanah. 2.4.1
Kemiskinan Absolut dan Relatif
Kemiskinan absolut dan relatif adalah konsep kemiskinan yang mengacu pada kepemilikan materi dikaitkan dengan standar kelayakan hidup
seseorangkeluarga. Kedua istilah itu merujuk pada perbedaan sosial social distinction
yang ada dalam masyarakat berangkat dari distribusi pendapatan. Perbedaannya adalah pada kemiskinan absolut ukurannya sudah terlebih dahulu
ditentukan dengan angka-angka nyata dan atau indikator atau kriteria yang digunakan, sementara pada kemiskinan relatif, kategorisasi kemiskinan ditentukan
berdasarkan perbandingan relatif tingkat kesejahteraan antar penduduk. Kategori ini dapat digunakan untuk mengukur kemiskinan konsumsi maupun kemiskinan
keterbelakangan yang bersifat multidimensi. Dalam kemiskinan absolut, standar kemiskinan dihitung berdasarkan nilai
uang yang dibutuhkan untuk membayar jumlah kalori minimal yang dibutuhkan untuk hidup sehat dan kebutuhan non-makanan tertentu; Tingkat pendidikan yang
dianggap tertinggal ditetapkan berdasarkan kemampuan membacamenulis melek huruf atau kelulusan dari sekolah dasar. Standar-standar ini tidak akan berubah
meskipun tingkat kemakmuran masyarakat berubah. Standar kemiskinan absolut digunakan untuk menganalisis angka kemiskinan. Badan Pusat Statistik BPS