Konfigurasi Sebaran Aktivitas Sektor Pertanian

Tabel 38 Kategori Penciri pada tipologi aktivitas sektor pertanian Indeks Komposit PenciriPembeda Kategori I II III Idx_AEBunf4 Pangsa lokal produksi kelapa hybrida Rendah Sedang Tinggi Idx_AETUf2 Pangsa lokal populasi itik Rendah Sedang Tinggi Idx_AEPangf1 Pangsa produksi Ubi Kayu Sedang Tinggi Rendah Idx_AEPangf3 Pangsa produksi Jagung Sedang Tinggi Rendah Idx_AETBf1 Pangsa lokal populasi ternak sapi Rendah Sedang Tinggi Idx_AETBf2 Pangsa lokal populasi ternak babi Rendah Sedang Tinggi Idx_AEPadi Pangsa lokal luas panen padi sawah Rendah Tinggi Sedang Pangsa lokal luas panen padi ladang Rendah Tinggi Sedang Idx_AETUf1 Pangsa lokal populasi ayam telur Rendah Sedang Tinggi Idx_AEPangf2 Pangsa produksi Kacang Hijau Sedang Rendah Tinggi Idx_AEBunf3 Pangsa lokal produksi lada Rendah Tinggi Sedang Pangsa lokal produksi kakao Rendah Tinggi Sedang Sebaran spasial dari tipologi ini menunjukkan bahwa lebih dari separuh kecamatan tergolong kecamatan dengan kategori yang memiliki aktifitas pertanian yang rendah. Pada wilayah dalam klaster 2 dan klaster 3 aktifitas ekonomi pertanian cukup tinggi pada beberapa bidang yang berbeda. Gambaran ini menunjukkan bahwa aktifitas sektor pertanian di Kalimantan Barat, masih belum berimbang perkembangannya, meskipun sumbangan sektor pertanian secara regional merupakan sektor basis perekonomian daerah. Gambar 24 Peta konfigurasi aktivitas sektor pertanian di Provinsi Kalimantan Barat. Pada Tabel 39 menunjukkan ada dua kabupaten dengan kecamatan yang sebaran aktivitas sektor pertaniannya tinggi melebih separuh jumlah kecamatan yang ada, yaitu Kabupaten Pontianak dan Kabupaten Kubu Raya, sedangkan pada 7 wilayah kabupatenkota yang tidak satupun kecamatannya masuk kategori sebaran aktivitas tinggi, yaitu Kabupaten Bengkayang, Kaupaten Sanggau, Kabupaten Sintang, Kabupaten Kayong Utara, Kabupaten Kapuas Hulu, Kabupaten Melawi, dan Kota Pontianak. Bahkan untuk tiga wilayah terakhir, yaitu Kabupaten Kapuas Hulu, Kabupaten Melawi, dan Kota Pontianak, keseluruhan kecamatan di wilayahnya terkategori aktivitas sektor pertanian rendah. Kota Pontianak yang merupakan wilayah perkotaan yang aktivitas ekonominya tidak relevan dengan sektor pertanian. Rendahnya aktivitas sektor pertanian di Kabupaten Kapuas Hulu dan Kabupaten Melawi disebabkan karena kondisi fisik wilayah yang teralokasi untuk lahan pertanian hanya sebesar 6 dan 4 dari total luas wilayahnya masing-masing BPS, 2009. Untuk Kabupaten Pontianak dan Kabupaten Kubu Raya, lebih dari separuh kecamatan terkategori sebaran sektor pertanian sedang. Tabel 39 Distribusi kecamatan dengan kategori sebaran aktivitas sektor pertanian di tingkat kabupatenkota KabupatenKota Distribusi kecamatan dengan kategori sebaran aktivitas sektor pertanian persen Rendah Sedang Tinggi Kabupaten Sambas 57,89 5,26 36,84 Kabupaten Bengkayang 82,35 17,65 0,00 Kabupaten Landak 46,15 46,15 7,69 Kabupaten Pontianak 33,33 0,00 66,67 Kabupaten Sanggau 60,00 40,00 0,00 Kabupaten Ketapang 90,00 0,00 10,00 Kabupaten Sintang 92,86 7,14 0,00 Kabupaten Kapuas Hulu 100,00 0,00 0,00 Kabupaten Sekadau 71,43 0,00 28,57 Kabupaten Melawi 100,00 0,00 0,00 Kabupaten Kayong Utara 80,00 20,00 0,00 Kabupaten Kubu Raya 33,33 0,00 66,67 Kota Pontianak 100,00 0,00 0,00 Kota Singkawang 80,00 0,00 20,00

5.3.2 Konfigurasi Sebaran Aktivitas Sektor IndustriPerdagangan

Sektor perdagangan dan industri merupakan sektor ekonomi yang memberikan kontribusi kedua terbesar di Kalimantan Barat. Aktivitas di sektor ini dikelompokkan dalam industri kecilrumah tangga, perdagangan, hotel dan restoran, koperasi, perdagangan industri berizin. Aktifitas ekonomi di sektor industri khususnya industri kecilrumah tangga menampilkan delapan kategori aktifitas industri yang membangun variabel industri kecilrumah tangga, yakni pangsa lokal jumlah industri berbahan baku kulit, berbahan baku kayu, berbahan baku logam, pengrajin anyaman, pengrajin keramik, kain tenun, industri makanan dan minuman, serta industri kecil lainnya. Variabel-variabel tersebut membentuk tiga penciri yang menggambarkan 53,60 wilayah dijumpai aktivitas industri kecilrumah tangga. Pada Tabel 40, penciri pertama Idx_AEIRTf1 menunjukkan keragaman 24,03 yang berkorelasi positif dengan pangsa lokal industri kecil makanan dan minuman dan industri lainnya dengan muatan faktor masing-masing 0,87 dan 0,90 dimana kenaikan satu unit penciri pertama menunjukkan kenaikan variabel penyusunnya sebesar muatan faktornya masing-masing. Penciri keduanya Idx_AEIRTf2 menunjukkan keragaman 16,41 yang berkorelasi positif dengan pangsa lokal industri kecil berbahan baku kayu dan logam dengan muatan faktor masing-masing 0,72 dan 0,75. Kenaikan satu unit penciri kedua berkorelasi dengan kenaikan variabel penyusunnya sebesar muatan faktornya masing-masing. Penciri ketiga Idx_AEIRTf3 menunjukkan keragaman 13,16 yang berkorelasi negatif dengan pangsa lokal industri kecil berbahan baku kulit dengan muatan faktor 0,87. Untuk kenaikan satu unit penciri ketiga menunjukkan penurunan variabel penyusunnya sebesar 0,87 pangsa lokal kerajinan rumah tangga berbahan baku kulit. Aktifitas ekonomi di sektor perdagangan, hotel dan restoran menampilkan sembilan model aktifitas yang membangun variabel perdagangan, hotel dan restoran, yakni pangsa lokal jumlah kios tani KUD, kios tani non-KUD, pasar tradisional, minimarket, restoran, kedai makan, toko kelontong, hotel dan motel. Variabel-variabel tersebut membangun tiga penciri yang menggambarkan 69,18 wilayah terkait dengan aktivitas perdagangan, hotel dan restoran. Penciri pertama Idx_AEDHRf1 menunjukkan keragaman 42,59 yang berkorelasi positif dengan pangsa lokal jumlah pasar tradisional, minimarket dan restoran dengan muatan faktor masing-masing 0,72, 0,85 dan 0,86. Kenaikan satu unit penciri pertama menunjukkan kenaikan variabel penyusunnya sebesar muatan faktornya masing-masing. Penciri ini akan terkait dengan aktivitas perdagangan pada wilayah yang lebih berkembang. Penciri keduanya Idx_AEDHRf2 menunjukkan keragaman 13,66 yang berkorelasi positif dengan pangsa lokal jumlah motelpenginapan lainnya dengan muatan faktor 0,76. Kenaikan satu unit penciri kedua menunjukkan kenaikan variabel penyusunnya sebesar 0,76 pangsa lokal jumlah motelpenginapan lain. Penciri lainnya, yaitu penciri ketiga Idx_AEDHRf3 menunjukkan keragaman 12,96 yang berkorelasi positif dengan pangsa lokal jumlah kios tani dengan muatan faktor 0,88. Kenaikan satu unit penciri ketiga menunjukkan kenaikan variabel penyusunnya sebesar 0,88 pangsa lokal jumlah kios tani. Penciri ini terkait dengan fasilitas industriperdagangan di pedesaan. Tabel 40 Muatan faktor penciri dari konfigurasi sebaran aktivitas sektor industriperdagangan Kelompok Penciri varian Penciri varian Keterangan Faktor Loading Industri Kecil Rumah tangga 53,60 Idx_AEIRTf1 24,03 Pangsa lokal Industri makanan dan minuman 0,87+ Pangsa lokal Industri kecil rumah tangga lainnya 0,90+ Idx_AEIRTf2 16,41 Pangsa lokal kerajinan rumah tangga berbahan kayu 0,72+ Pangsa lokal kerajinan rumah tangga berbahan logam 0,75+ Idx_AEIRTf3 13,16 Pangsa lokal kerajinan rumah tangga berbahan kulit 0,87- Perdagangan, Hotel, dan Rumah Makan 69,18 Idx_AEDHRf1 42,56 Pangsa lokal pasar tradisional 0,72+ Pangsa lokal minimarket 0,85+ Pangsa lokal restoran 0,86+ Idx_AEDHRf2 13,66 Pangsa lokal motelpenginapan lain 0,76+ Idx_AEDHRf3 12,96 Pangsa lokal kios tani non KUD 0,88+ Kelembagaan Koperasi 36,98 Idx_AEKopr 36,98 Pangsa lokal koperasi non KUD 0,79- Izin Industri Perdagangan 59,05 Idx_AEIUD 59,05 Pangsa lokal Perdagangan Besar 0,90+ Pangsa lokal Perdagangan Kecil 0,91+ Aktifitas ekonomi oleh koperasi menampilkan empat model kelembagaan koperasi yang membangun variabel kelembagaan koperasi, yakni pangsa lokal jumlah KUD, Kopinkra, Koperasi Simpan Pinjam dan Koperasi non-KUD. Dari empat variabel tersebut direduksi membentuk satu komponen utama yang mewakili 36,98 keragaman data yang ada dan berkorelasi negatif dengan pangsa lokal jumlah lembaga koperasi non-KUD dengan muatan faktor 0,79. Kenaikan satu unit penciri menunjukkan penurunan variabel penyusunnya sebesar 0,79 unit pangsa lokal lembaga koperasi non-KUD. Aktifitas ekonomi di sektor perdagangan dan industri secara formal dapat pula ditampilkan dari jumlah surat izin usaha yang dikeluarkan, dan menampilkan empat variabel aktifitas industriperdagangan, yakni pangsa lokal jumlah industriperdagangan besar, menengah dan kecil. Dari tiga variabel tersebut membentuk satu penciri yang menunjukkan adanya aktivitas industriperdagangan pada 59,05 wilayah dan berkorelasi positif dengan pangsa lokal jumlah perdagangan besar dan kecil dengan muatan faktor masing-masing 0,90 dan 0,91. Kenaikan satu unit penciri menunjukkan peningkatan variabel penyusunnya sebesar muatan faktornya masing-masing. Penciri-penciri hasil PCA digunakan dalam mengklasifikasikan kecamatan dengan memanfaatkan factor score Lampiran 14 berdasarkan kedekatan jarak antar penciri euclidean distance melalui analisis klaster cluster analysis. Kedelapan penciri signifikan menjadi pembeda tiga klaster dengan kategori tinggi, rendah, dan sedang seperti yang ditunjukkan pada Gambar 25. Gambar 25 Grafik nilai tengah Euclidean Distance penciri konfigurasi aktivitas sektor industriperdagangan. Melalui analisis diskriminan enam penciri signifikan menjadi penciripembeda dari tiga kelompok yang terbentuk dengan besarnya kemampuan klasifikasi 100,00. Masing-masing kelompok tersebut memiliki kategori seperti yang diuraikan pada Tabel 41. Nilai Tengah Penciri Konfigurasi Aktivitas Sektor IndustriPerdagangan Klaster 1 Klaster 2 Klaster 3 Idx_AEIRTf1 Idx_AEIRTf2 Idx_AEIRTf3 Idx_AEDHRf1 Idx_AEDHRf2 Idx_AEDHRf3 Idx_AEKopr Idx_AEIUD Penciri -3 -2 -1 1 2 3 4 5 n il a i te n g a h Tabel 41 Kategori pembeda pada konfigurasi aktivitas sektor industri perdagangan Penciri Keterangan Kategori I II III Idx_AEIUD Pangsa lokal Perdagangan Besar Tinggi Rendah Sedang Pangsa lokal Perdagangan Kecil Tinggi Rendah Sedang Idx_AEDHRf3 Pangsa lokal kios tani non KUD Rendah Sedang Tinggi Idx_AEDHRf1 Pangsa lokal pasar tradisional Sedang Rendah Tinggi Pangsa lokal minimarket Sedang Rendah Tinggi Pangsa lokal restoran Sedang Rendah Tinggi Idx_AEDHRf2 Pangsa lokal motelpenginapan lain Tinggi Sedang Rendah Idx_AEIRTf1 Pangsa lokal Industri makanan dan minuman Sedang Rendah Tinggi Pangsa lokal Industri kecil rumah tangga lainnya Sedang Rendah Tinggi Idx_AEKopr Pangsa lokal koperasi non KUD Sedang Rendah Tinggi Klasifikasi pada 175 kecamatan menghasilkan klaster 1 terdiri atas 17 kecamatan 9,71, tipologi II terdiri atas 153 kecamatan 87,43 dan tipologi 3 terdiri atas 5 kecamatan 2,86. Distribusi konfigurasi di tingkat kecamatan ditunjukkan pada Lampiran 15. Dari hasil klasifikasi, penciri dari kategori pertama menunjukkan tingginya aktivitas perdaganganindustri besar dan kecil yang terdaftar, dan pangsa lokal penginapan kecilmotel. Sementara untuk jumlah kios tani non KUD dengan kategori rendah, dan sebaran yang sedang untuk pangsa lokal pasar tradisional, minimarket dan restoran, serta aktivitas sektor industri kecilrumah tangga dan koperasi non KUD. Untuk klaster kedua dicirikan dengan rendahnya aktivitas perdaganganindustri besar dan kecil yang terdaftar, pangsa lokal pasar tradisional, minimarket dan restoran, dan koperasi non KUD, serta aktivitas sektor industri kecilrumah tangga. Kategori sedang untuk pangsa kios tani non KUD dan pangsa lokal penginapan kecilmotel. Di klaster ketiga pencirinya adalah pangsa lokal pasar tradisional, minimarket dan restoran, sektor industri kecilrumah tangga dan pangsa koperasi non KUD yang tinggi. Kategori aktivitas yang sedang untuk pangsa kios tani non KUD yang tinggi serta aktivitas kategori sedang untuk aktivitas perdaganganindustri besar dan kecil yang terdaftar dan rendah untuk pangsa lokal penginapan kecilmotel. Secara umum, masing-masing klaster dapat dikategorikan dengan aktivitas tinggi pada klaster pertama, kategori rendah untuk klaster kedua dan sedang untuk klaster ketiga. Dari Gambar 26, tampak bahwa wilayah di Provinsi Kalimantan Barat dominan berada pada tipologi ketiga, yang mencerminkan rendahnya aktivitas sektor perdagangan dan industri. Aktivitas sektor ini hanya berkembang pada sebagian kecil kecamatan. Kondisi ini tentunya berdampak pula pada terbatasnya lapangan pekerjaan yang tersedia untuk menampung tenaga kerja non pertanian. Dampak nyata dari keterbatasan lapangan pekerjaan ini dapat menjadi pemicu tingginya insiden kemiskinan pada suatu wilayah. Gambar 26 Peta konfigurasi aktivitas sektor industriperdagangan di Provinsi Kalimantan Barat. Kabupaten yang dijumpai adanya kecamatan dengan kategori sebaran aktivitas industriperdagangan tinggi adalah Kabupaten Sintang, Kabupaten Sanggau, Kabupaten Sekadau, Kabupaten Melawi, Kabupaten Landak, Kabupaten Sambas, Kabupaten Ketapang, Kota Singkawang, dan Kota Pontianak. Kota Pontianak sebagai kota utama di provinsi ini menunjukkan seluruh kecamatannya terkategori sebaran aktivitas industriperdangan yang tinggi. Kabupaten Bengkayang, dan Kabupaten Kapuas Hulu, meskipun PDRB-nya di tahun 2008 termasuk tinggi, akan tetapi tidak satupun kecamatan di wilayahnya terkategori sebaran aktivitas sektor industriperdagangan tinggi. Untuk Kabupaten Kayong Utara sebagai kabupaten kedua termuda, belum mampu mendorong aktivitas industriperdagangan di wilayah ini berkembang, terlihat dari rendahnya kontribusi PDRB wilayahnya terhadap PDRB provinsi, dalam analisis ini juga menunjukkan bahwa keseluruhan kecamatan terkategori sebaran aktivitas sektor industri dan perdagangan tinggi. Distribusi kecamatan di kabupatenkota pada tiap klasternya ditunjukkan pada Tabel 42. Gambaran distribusi ini menunjukkan, di Provinsi Kalimantan Barat aktivitas sektor industriperdagangannya belum berkembang baik di wilayah kabupatenkota selain Kota Pontianak. Tabel 42 Distribusi kecamatan dengan kategori sebaran aktivitas sektor industriperdagangan di kabupatenkota KabupatenKota Distribusi kecamatan dengan kategori aktivitas sektor industriperdagangan persen Tinggi Rendah Sedang Kabupaten Sambas 5,26 78,95 15,79 Kabupaten Bengkayang 0,00 100,00 0,00 Kabupaten Landak 7,69 92,31 0,00 Kabupaten Pontianak 22,22 77,78 0,00 Kabupaten Sanggau 6,67 93,33 0,00 Kabupaten Ketapang 5,00 95,00 0,00 Kabupaten Sintang 7,14 92,86 0,00 Kabupaten Kapuas Hulu 0,00 100,00 0,00 Kabupaten Sekadau 14,29 85,71 0,00 Kabupaten Melawi 9,09 90,91 0,00 Kabupaten Kayong Utara 0,00 100,00 0,00 Kabupaten Kubu Raya 0,00 77,78 22,22 Kota Pontianak 100,00 0,00 0,00 Kota Singkawang 40,00 60,00 0,00

5.3.3 Pola Kuadran Sebaran Aktivitas Sektor Pertanian terhadap Sektor IndustriPerdagangan

Pola spasial aktivitas ekonomi adalah pola yang menunjukkan pola konfigurasi sebaran aktivitas sektor pertanian terhadap sektor industri perdagangan. Empat pola kuadran dihasilkan dari plot bobot masing-masing konfigurasi seperti yang ditunjukkan pada Tabel 43. Dari pola spasial tipologi aktivitas ekonomi di Provinsi Kalimantan Barat juga menunjukkan polarisasi tipologi wilayah desa-kota pada kabupatenkota dalam kuadran. Kota Pontianak dan Kota Singkawang ada dalam kuadran II yang menunjukkan tingginya aktivitas sektor industriperdagangan tinggi, sedangkan aktivitas sektor pertanian terkategori rendah.