3. METODOLOGI 3.1. Waktu dan Tempat
Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret hingga Mei 2009. Preparasi sampel dilaksanakan di Laboratorium Karakteristik Bahan Baku Hasil Perairan,
Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Uji proksimat yang meliputi kadar air, kadar abu, kadar lemak dan kadar protein, serta
pengujian kandungan kitin dilaksanakan di Laboratorium Biokimia Hasil Perairan, Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Analisis kadar mineral kalsium, fosfor dan magnesium dilakukan di Laboratorium Teknologi dan Manajemen Lingkungan, Departemen Teknologi
Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian.
3.2. Alat dan Bahan
Peralatan yang dibutuhkan pada tahap persiapan sampel dan pembuatan tepung meliputi penggaris, timbangan digital, baskom, pisau, tampah, kompor
listrik, oven, gelas piala 1 L dan mortar. Bahan utama yang digunakan adalah kijing lokal yang diperoleh dari Situ Gede.
Peralatan yang digunakan untuk uji proksimat meliputi oven, desikator, timbangan digital, cawan porselen, tanur pengabuan, labu soxhlet, kapas wool
atau kertas saring, labu kjeldahl 100 ml, pemanas listrikalat destruksi dan buret 10 ml. Pelarut dan pereaksi yang digunakan untuk uji proksimat yaitu hekasana,
campuran katalis selen, etanol 95, asam borat H
3
BO
3
2, NaOH, H
2
SO
4
pekat dan akuades. Peralatan yang digunakan untuk analisis kadar kalsium, fosfor dan magnesium
terdiri atas gelas piala, timbangan digital, labu takar, pipet volumetrik, labu kjeldahl 100 ml, alat destruksi, kertas saring whatman, corong, kuvet,
spektrofotometer dan AAS. Bahan kimia dan pelarut yang digunakan meliputi asam nitrat, HNO
3
, HClO
4
, HCl, amonium molibdat, amonium vanadat, asam nitrat pekat, akuades, indikator merah metil, NH
4
OH, amonium oksalat, akuades, amonium fosfat, HCl dan asam molibdat.
3.3. Metode Penelitian
Tahapan penelitian meliputi persiapan sampel kijing dan pengamatan untuk mengetahui karakteristik fisik cangkang kijing, pembuatan tepung cangkang
kijing, kemudian dilakukan analisis untuk mengetahui karakteristik fisik dan kimia dari tepung cangkang kijing.
3.3.1. Persiapan sampel
Sampel berupa kijing lokal Pilsbryoconcha exilis diperoleh dari perairan tergenang Situ Gede. Kijing yang telah diperoleh kemudian ditimbang bobotnya
dan diukur panjang tubuhnya. Kijing yang telah dihitung bobot tubuh dan panjangnya kemudian dipisahkan daging, jeroan serta cangkang untuk dihitung
rendemennya. Cangkang yang telah ditimbang kemudian dikelompokkan berdasarkan ukurannya yaitu ukuran 90 mm dan
≥ 90 mm. Pembagian kelompok ukuran cangkang kijing ini didasarkan pada ukuran konsumsi kijing.
Cangkang yang telah dikelompokkan berdasarkan ukurannya kemudian siap untuk dibuat tepung. Diagram alir prosedur persiapan sampel disajikan pada Gambar 3.
Kijing lokal Penimbangan bobot tubuh
Pengukuran panjang tubuh Pemisahan daging, jeroan dan cangkang
Penimbangan daging, jeroan dan cangkang Pengukuran rendemen
Pemisahan cangkang berdasarkan ukuran Pembuatan tepung cangkang kijing
Gambar 3. Diagram alir prosedur persiapan sampel
3.3.2. Pembuatan tepung cangkang kijing
Cangkang kijing yang telah dikelompokkan berdasarkan ukuran direbus dengan larutan NaOH 1 N, kemudian dilakukan penepungan. Analisis
karakteristik fisik yang meliputi rendemen dan derajat putih serta analisis kimia yang meliputi kadar air, abu, protein, lemak, kalsium, magnesium dan fosfor
dilakukan terhadap cangkang kijing yang telah ditepungkan. Tepung cangkang kijing dibuat dengan modifikasi metode Sada 1984, diacu dalam Wahyuni
2007 yang dimodifikasi pada tahap penepungan. Cangkang yang telah dipisahkan dari dagingnya dibersihkan. Cangkang
dikeringkan dengan panas matahari selama 6-8 jam, kemudian cangkang direbus dalam larutan NaOH 1 N pada suhu 50 ºC selama 3 jam. Perebusan dengan
menggunakan NaOH ini bertujuan untuk menghilangkan bahan-bahan organik yang terdapat pada cangkang kijing. Cangkang kijing yang telah direbus
kemudian dinetralisasi dengan pencucian, lalu dikeringkan dengan oven pada suhu 121 ºC selama 15 menit. Cangkang kijing yang telah dikeringkan kemudian
dihancurkan dengan menggunakan mortar lalu disaring dengan saringan kasar dan nilon mesh ukuran 60 mesh hingga menjadi tepung cangkang kijing. Tepung yang
dihasilkan kemudian dikarakterisasi untuk mengetahui karakteristik fisik dan kimia tepung cangkang kijing. Diagram alir prosedur pembuatan tepung cangkang
kijing dapat dilihat pada Gambar 4.
Cangkang kijing Pengeringan 50-60 ºC selama 6-8 jam
Perebusan dalam larutan NaOH 1 N suhu 50ºC selama 3 jam Penetralan cangkang kijing pH = 7 dengan pencucian
Pengeringan oven 121 ºC selama 15 menit Penumbukan
Penyaringan Tepung cangkang kijing
Karakterisasi fisik dan kimia : modifikasi
Gambar 4. Diagram alir prosedur pembuatan tepung cangkang kijing
3.4. Pengamatan 3.4.1.
Karakterisasi fisik 3.4.1.1. Karakterisasi fisik cangkang kijing
Karakterisasi fisik cangkang kijing meliputi pengukuran panjang, tebal dan tinggi cangkang, rendemen tubuh kijing dan rendemen cangkang yang diperoleh.
Panjang, tebal dan tinggi cangkang diukur dengan menggunakan penggaris dan jangka sorong. Panjang cangkang diukur dari ujung posterior ke ujung anterior
cangkang, tebal cangkang diukur pada bagian yang tergemuk dari bagian kiri ke bagian kanan cangkang dan tinggi cangkang diukur dari tepi dorsal ke tepi ventral
Putra 2008. 3.4.1.2. Karakterisasi fisik tepung cangkang kijing
1 Pengukuran rendemen AOAC 1995, diacu dalam Hilman 2008 Rendemen merupakan hasil akhir yang dihitung berdasarkan proses input dan
output. Rendemen =
100 x
B A
A merupakan berat akhir sampel dan B merupakan berat awal sampel. 2 Derajat putih Kett Whiteness Electric Laboratory 1981, diacu dalam
Hilman 2008 Sampel berupa tepung dimasukkan ke dalam cawan whiteness meter hingga
padat dan penuh. Kemudian cawan berisi sampel beserta cawan berisi standar dapat berupa white plate atau serbuk BaSO
4
dimasukkan ke dalam sistem Kett Whiteness Meter. Derajat putihan diukur dengan membandingkan warna sampel
dengan warna kontrol, ditunjukkan oleh jarum penunjuk pada monitor. Warna sampel
110 Keterangan : 110 = standar BaSO
4
3.4.2. Karakterisasi kimia
3.4.2.1. Karakterisasi kimia cangkang kijing
1 Kitin Suptijah et al. 1992, diacu dalam Yogaswari 2009 Kadar kitin diketahui dengan menimbang kitin yang dibuat dari cangkang
kijing. Kitin dibuat berdasarkan metode Suptijah et al. 1992, sebanyak 10 gram cangkang yang telah dicuci dan dikeringkan, ditimbang dengan menggunakan
timbangan digital. Tahap pertama dalam ektraksi kitin adalah demineralisasi penghilangan mineral. Sampel dimasukkan ke dalam gelas piala 100 ml lalu
dicampur dengan larutan HCl 0,1 N dengan perbandingan 1:7 10 gram bahan dengan 70 ml HCl. Penambahan HCl dilakukan sedikit demi sedikit sambil
diaduk. Campuran dibiarkan selama 1 jam sambil diaduk. Setelah 1 jam kemudian didekantasi dan dicuci dengan air sampai netral 3-4 kali kemudian disaring dan
siap untuk diproses selanjutnya yaitu deproteinasi. Pada tahap deproteinasi penghilangan protein, bahan yang telah mengalami
demineralisasi dicampur dengan larutan NaOH 3,5 dengan perbandingan 1:10, kemudian dipanaskan hingga temperatur 65
o
C selama 2 jam sambil diaduk. Setelah 2 jam, campuran didekantasi dan dicuci hingga netral, disaring dan
dikeringkan dengan oven 60
o
C selama semalam. Jika rendemen kitin yang dihasilkan sangat kecil, maka dalam penyaringan akhir digunakan kertas saring
X 100 Derajat putih =
yang sebelumnya telah dioven dan ditimbang. Bobot kitin diperoleh dari pengurangan bobot kertas saring yang berisi kitin yang telah dioven dengan kertas
saring yang telah dioven. bobot kitin g
bobot sampel g
3.4.2.2. Karakterisasi kimia tepung cangkang kijing
1 Kadar air Apriyantono et al. 1995 Cawan kosong dikeringkan dalam oven pada suhu 100 ºC–102 ºC selama
15 menit dan didinginkan dalam desikator kemudian ditimbang. Sampel sejumlah 5 gram ditimbang kemudian dimasukkan ke dalam cawan. Cawan dan sampel
kemudian dikeringkan dalam oven bersuhu 100 ºC–102 ºC selama 6 jam, selanjutnya didinginkan dalam desikator selama 30 menit kemudian cawan
ditimbang hingga diperoleh berat yang tetap. Kadar air dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut :
Berat sampel gram = W
1
Berat sampel setelah dikeringkan gram = W
2
Kehilangan berat gram = W
3
Persen kadar air = 100
W1 W3
x 2 Kadar abu SNI 01-3751-2006
Cawan abu porselen dikeringkan dalam oven pada suhu 100 ºC–102 ºC selama satu jam. Cawan abu porselen kemudian didinginkan dalam desikator selama satu
jam kemudian beratnya ditimbang. Sebanyak 3-5 g sampel ditimbang kemudian dimasukkan ke dalam cawan abu porselen selanjutnya sampel diabukan dalam
tanur pada suhu 600
o
C selama 5-8 jam hingga sampel berwarna putih atau kelabu. Cawan dan sampel yang telah berwarna putih atau kelabu didinginkan
dalam desikator selama 30 menit kemudian ditimbang bobotnya. Kadar abu sampel dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Kadar abu = 100
1 2
x W
W W
kitin =
X 100
Keterangan: W adalah bobot sampel g
W1 adalah bobot cawan kosong g W2 adalah bobot cawan kosong dan abu g
3 Kadar protein SNI 01-3751-2006
Sebanyak 0,5-1,0 gram sampel ditimbang kemudian dimasukkan ke dalam labu Kjeldahl. Campuran katalis selen sebanyak 1 gram dan 10 ml H
2
SO
4
ditambahkan ke dalam sampel. Campuran kemudian dipanaskan dalam pemanas listrik hingga mendidih dan larutan menjadi berwarna jernih kehijau-hijauan.
Tahap ini dilakukan di dalam lemari asam. Campuran yang telah mendidih dan berubah warna menjadi jernih kehijau-hijauan kemudian dibiarkan dingin lalu
diencerkan dengan akuades secukupnya. Sebanyak 15 ml atau lebih larutan NaOH 30 ditambahkan ke dalam campuran. Campuran kemudian disuling selama
10-15 menit atau hingga penampung berubah warna dengan penampung distilat adalah 50 ml larutan H
3
BO
3
2 yang telah diberikan beberapa tetes indikator BCG + MM. Campuran distilat kemudian dititar dengan larutan HCl. Kadar
protein sampel dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut : Kadar protein =
100 25
. 6
008 .
14 2
1 X
W x
xNx V
V
Keterangan: V1 = volume HCl untuk titrasi contoh ml,
V2 = volume HCl untuk titrasi blanko ml, N = Normalitas larutan HCl,
W = berat contoh mg, 14,008 = Bobot atom nitrogen,
6,25 = faktor protein untuk produk perikanan. 4 Kadar lemak Apriyantono et.al 1995
Labu lemak yang ukurannya sesuai dengan alat ekstraksi Soxhlet yang akan digunakan, dikeringkan dalam oven pada suhu 103 ºC selama 1 jam kemudian
didinginkan dalam dalam desikator dan ditimbang. Sebanyak 5 gram sampel yang berbentuk tepung ditimbang langsung dalam saringan timbal, yang sesuai
ukurannya kemudian ditutup dengan kapas wool yang bebas lemak. Sampel dapat juga dibungkus dengan kertas saring sebagai alternatif lain. Timbal atau kertas
saring yang berisi sampel diletakkan dalam alat ekstraksi Soxhlet, kemudian dipasang alat kondensor di atasnya dan labu lemak di bawahnya. Pelarut heksana
dituangkan ke dalam labu lemak secukupnya dan dilakukan refluks minimal selama 5 jam sampai pelarut yang turun kembali ke labu lemak berwarna jernih,
kemudian dilakukan destilasi pelarut yang ada di dalam labu lemak dan pelarutnya ditampung. Labu lemak yang berisi lemak hasil ekstraksi dipanaskan dalam oven
pada suhu 105 ºC selama 5 jam, kemudian dikeringkan hingga berat tetap dan didinginkan dalam desikator selanjutnya ditimbang. Kadar lemak sampel dapat
dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : Kadar lemak =
100 x
C A
B
Keterangan: A = Berat labu lemak
B = Berat labu lemak beserta lemak C = Berat sampel
5 Nilai pH Apriyantono et al. 1989, diacu dalam Kaya 2008
Sebanyak 5 gram sampel dicampur dengan 45 ml akuades dan diaduk selama 2 menit. Alat pH meter dikalibrasi dengan menggunakan buffer pH standar
pH 4 dan pH 7. Elektroda yang telah dibersihkan, dicelupkan ke dalam sampel yang akan diperiksa. Nilai pH merupakan hasil pembacaan jarum penunjuk pada
pH meter selama 1 menit atau sampai angka digital tidak berubah. 6 Kadar kalsium dan magnesium Nur et al. 1992
Persiapan sampel dengan metode pengabuan basah Sebanyak 1 gr sampel ditimbang kemudian dimasukkan ke dalam erlenmeyer
ukuran 125 ml. Sebanyak 5 ml HNO
3
ditambahkan ke dalam erlenmeyer lalu didiamkan selama 1 jam pada suhu ruang di ruang asam kemudian dipanaskan di
atas hot plate dengan temperatur rendah selama 4-6 jam di dalam ruang asam dan dibiarkan selama semalam sampel ditutup. Setelah dibiarkan selama
semalam, ditambahkan 0,4 ml H
2
SO
4
lalu dipanaskan di atas hot plate sampai larutan berkurang lebih pekat biasanya selama ± 1 jam. Sebanyak 2-3 tetes
larutan campuran HClO
4
: HNO
3
2:1 ditambahkan ke dalam sampel. Sampel masih tetap di atas hot plate karena pemanasan terus dilanjutkan hingga 1 jam
hingga terjadi perubahan warna dari coklat, kuning tua hingga kuning muda. Setelah perubahan warna, pemanasan dilanjutkan selama 10-15 menit. Sampel
dipindahkan kemudian didinginkan lalu ditambahkan 2 ml akuades dan 0,6 ml HCl. Sampel dipanaskan kembali selama ± 15 menit kemudian dimasukkan ke
dalam labu takar 100 ml. Apabila ada endapan disaring dengan glass wool. Persiapan larutan stok standar
Sebanyak 1,248 gr CaCO
3
untuk kalsium dan 5,060 gr MgSO
4
.7H
2
O untuk magnesium ditimbang dengan tepat kemudian masing-masing dilarutkan dan
diencerkan dengan akuades hingga volume 500 ml. Pengukuran sampel
Larutan standar, blanko dan sampel dialirkan ke dalam AAS lalu diukur absorbansinya. Pengujian kadar kalsium diukur dengan panjang gelombang
422,7 nm dan pengujian kadar magnesium diukur dengan panjang gelombang 285,2 nm.
7 Kadar fosfor, metode Molibdat-Vanadat Apriyantono et al. 1995 Persiapan pereaksi Vanadat-Molibdat:
Sebanyak 20 g amonium molibdat dilarutkan dalam 400 ml akuades hangat 50
o
C kemudian didinginkan larutan molibdat. Selanjutnya 1,0 g amonium vanadat amonium meta vanadat dilarutkan dalam 300 ml akuades mendidih
kemudian ditambahkan 140 ml asam nitrat pekat secara perlahan-lahan dan diaduk larutan vanadat. Larutan vanadat dimasukkan ke dalam larutan molibdat
lalu diaduk. Selanjutnya diencerkan dengan akuades hingga volume 1 liter. Persiapan larutan fosfat standar:
Potasium dihidrogen fosfat kering sebanyak 3,834 g ditimbang dengan tepat, kemudian dilarutkan dalam akuades dan diencerkan hingga volume 1 liter.
Sebanyak 25 ml larutan tersebut diambil dan dimasukkan ke dalam labu takar 250 ml kemudian diencerkan hingga tanda tera.
Pembuatan kurva standar: Sebanyak 0; 2.5; 5; 10; 20; 30; 40; dan 50 ml larutan fosfat standar
dimasukkan ke dalam satu seri labu takar 100 ml, kemudian diencerkan dengan akuades hingga volume 50-60 ml. Selanjutnya pereaksi vanadat-molibdat
sebanyak 25 ml ditambahkan ke dalam masing-masing labu takar dan diencerkan
dengan akuades hingga volume 100 ml. Larutan didiamkan selama 10 menit, kemudian absorbansi masing-masing larutan diukur dengan spektrofotometer pada
panjang gelombang 400 nm. Masing-masing larutan ini mengandung 0; 0,5; 1,0; 2,0; 4,0; 6,0; 8,0 dan 10 mg P
2
O
5
100 ml. Persiapan sampel:
Sebanyak 5 gr sampel ditimbang dengan tepat di dalam gelas piala 150 ml. Selanjutnya ditambahkan 2 ml asam nitrat pekat dan dididihkan selama 5 menit.
Kemudian didinginkan dan ditambahkan asam sulfat pekat sebanyak 5 ml. Setelah itu larutan dipanaskan dan ditambahkan HNO
3
setetes demi setetes hingga larutan tidak berwarna kemudian dipanaskan hingga timbul asap putiih lalu didinginkan.
Sebanyak 15 ml akuades ditambahkan ke dalam larutan kemudian dididihkan lagi selama 10 menit. Larutan didinginkan dan dipindahkan ke dalam labu takar 250
ml. Gelas piala dibilas sampai bersih dan hasil bilasan dimasukkan ke dalam labu takar kemudian larutan dalam labu takar diencerkan dengan akuades hingga tanda
tera. Penetapan sampel:
Sebanyak 10 ml larutan sampel dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml kemudian ditambahkan 40 ml akuades dan 25 ml pereaksi vanadat-molibdat, lalu
diencerkan dengan akuades hingga tanda tera. Larutan didiamkan selama 10 menit kemudian diukur absorbansinya dengan spektrofotometer pada panjang
gelombang 400 nm. Selanjutnya konsentrasi fosfor dari kurva standar dicatat berdasarkan absorbans yang terbaca.
Perhitungan kadar fosfor ditetapkan dengan rumus sebagai berikut: fosfor dalam sampel P
2
O
5
= W
Cx 5 ,
2 C = konsentrasi fosfor dalam sampel mg100ml yang terbaca dari kurva
standar W = berat sampel yang digunakan
8 Mineral Terlarut Santoso 2003, diacu dalam Kaya 2008 Sebanyak 10 gr sampel ditambahkan dengan air masing-masing sebanyak 40
ml pada berbagai pH 2, 4 dan 6. Larutan pH 2, 4 dan 6 dibuat dengan menggunakan HCl dan NaOH. Sampel yang telah ditambahkan dengan air dengan
berbagai pH kemudian dihomogenkan dengan menggunakan homogenizer pada kecepatan 5000-10000 rpm selama 2 menit untuk menghasilkan fraksi terlarut.
Sampel tersebut selanjutnya diinkubasi dalam penangas air bergoyang pada suhu 37
o
C dengan kecepatan 5 120 strokemenit selama 2 jam. Sampel selanjutnya di sentrifuse pada kecepatan 10000 rpm, 2
o
C selama 10 menit. Hasil dari sentrifuse disaring menggunakan kertas saring Whattman 42. Hasil saringan tersebut diukur
dengan menggunakan AAS pada panjang gelombang 422,7 nm untuk mengetahui berapa banyak kalsium yang terlarut dan 660 nm untuk mengetahui fosfor yang
terlarut.
3.5. Analisis Data Walpole 1995
Data yang telah diperoleh dianalisis dengan menggunakan uji rata-rata populasi, uji-t. Uji t digunakan apabila jumlah sampel tidak cukup besar, dalam
hal ini jumlah sampel kurang dari 30 n 30. Pada uji t dilihat perbedaan rata-rata dua sampelnya. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah
cangkang kijing yang berukuran 90 mm dan ≥ 90 mm. Statistik uji yang
digunakan adalah sebagai berikut : y
1
– y
2
– D s
2
p1n
1
+ 1n
2
]
12
n
1
-1s
1 2
+ n
2
-1s
2 2
dengan derajat bebas n
1
+ n
2
- 2 n
1
+ n
2
– 2 Keterangan :
y
1
: nilai tengah sampel 1 y
2
: nilai tengah sampel 2 s
2
p : ragam gabungan
n
1
: jumlah sampel 1 n
2
: jumlah sampel 2 s
1
: ragam sampel 1 s
2
: ragam sampel 2 Hipotesis yang digunakan adalah
H : µ kecil = µ besar Perbedaan ukuran memberikan pengaruh yang tidak
berbeda nyata H
1
: µ kecil ≠ µ besar Perbedaan ukuran memberikan pengaruh yang berbeda
nyata
t =
dimana s
2
p =
4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.
Karakteristik Fisik
Karakterisasi fisik dilakukan untuk mengetahui karakteristik fisik cangkang kijing dan tepung cangkang kijing yang dihasilkan. Karakteristik fisik cangkang
kijing dan tepung cangkang kijing yang dihasilkan dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Karakteristik fisik cangkang kijing dan tepung cangkang kijing
Ukuran cangkang Parameter
90 mm ≥ 90 mm
Panjang mm 81,05 ± 2,72
96,17 ± 2,40 Tinggi mm
36,38 ± 1,70 43,19 ± 1,25
Tebal mm 15,73 ± 0,62
19,28 ± 1,40 Rendemen cangkang
52,40 ± 0,29 52,19 ± 0,08
Rendemen tepung cangkang 42,82 ± 3,40
34,91 ± 0,10 Derajat putih tepung cangkang
76,36 ± 0,83 72,91 ± 1,55
4.1.1. Karakteristik fisik cangkang kijing Pilsbryoconcha exilis
Cangkang atau kulit merupakan bagian yang berhubungan langsung dengan perairan. Kerang air tawar Pilsbryoconcha exilis yang ditemukan di perairan Situ
Gede memiliki cangkang tipis berwarna coklat kekuningan hingga agak gelap. Cangkang berbentuk oval, elips atau memanjang, membulat di bagian anterior dan
meruncing di bagian posterior. Cangkang kijing yang berukuran 90 mm dan ≥ 90 mm memiliki karakteristik fisik yang sedikit berbeda. Cangkang yang
berukuran 90 mm memiliki warna yang lebih cerah, coklat kekuningan serta relatif tipis.
Cangkang yang berukuran ≥ 90 mm memiliki warna cenderung gelap dan
cukup tebal. Menurut Morton 1992 kerang bivalvia air tawar memiliki cangkang yang tipis dan memiliki corak yang khas. Purnama 2008 menyatakan
bahwa kijing atau kerang air tawar memiliki cangkang yang berwarna coklat kehijauan atau coklat kekuningan. Sebagian besar kerang air tawar memiliki
bentuk oval namun ada juga yang mendekati bulat. Studi morfometri merupakan salah satu bagian dari studi ekobiologi yang
dipergunakan untuk mempelajari sebaran ukuran suatu organisme dalam suatu habitat. Ciri morfometri yang diamati pada kijing meliputi panjang, tebal dan