A merupakan berat akhir sampel dan B merupakan berat awal sampel. 2 Derajat  putih  Kett  Whiteness  Electric  Laboratory  1981,  diacu  dalam
Hilman 2008 Sampel  berupa  tepung  dimasukkan  ke  dalam  cawan  whiteness  meter  hingga
padat  dan  penuh.  Kemudian  cawan  berisi  sampel  beserta  cawan  berisi  standar dapat  berupa  white  plate  atau  serbuk  BaSO
4
dimasukkan  ke  dalam  sistem  Kett Whiteness  Meter.  Derajat  putihan  diukur  dengan  membandingkan  warna  sampel
dengan warna kontrol, ditunjukkan oleh jarum penunjuk pada monitor. Warna sampel
110 Keterangan : 110 = standar BaSO
4
3.4.2. Karakterisasi kimia
3.4.2.1.  Karakterisasi kimia cangkang kijing
1 Kitin Suptijah et al. 1992, diacu dalam Yogaswari 2009 Kadar  kitin  diketahui  dengan  menimbang  kitin  yang  dibuat  dari  cangkang
kijing. Kitin dibuat berdasarkan metode Suptijah et al. 1992, sebanyak 10 gram cangkang  yang  telah  dicuci  dan  dikeringkan,  ditimbang  dengan  menggunakan
timbangan  digital.  Tahap  pertama  dalam  ektraksi  kitin  adalah  demineralisasi penghilangan  mineral.  Sampel  dimasukkan  ke  dalam  gelas  piala  100  ml  lalu
dicampur  dengan  larutan  HCl  0,1  N  dengan  perbandingan  1:7  10  gram  bahan dengan  70  ml  HCl.  Penambahan  HCl  dilakukan  sedikit  demi  sedikit  sambil
diaduk. Campuran dibiarkan selama 1 jam sambil diaduk. Setelah 1 jam kemudian didekantasi dan dicuci dengan air sampai  netral 3-4 kali  kemudian disaring dan
siap untuk diproses selanjutnya yaitu deproteinasi. Pada  tahap  deproteinasi  penghilangan  protein,  bahan  yang  telah  mengalami
demineralisasi  dicampur  dengan  larutan  NaOH  3,5  dengan  perbandingan  1:10, kemudian  dipanaskan  hingga  temperatur  65
o
C  selama  2  jam  sambil  diaduk. Setelah  2  jam,  campuran  didekantasi  dan  dicuci  hingga  netral,  disaring  dan
dikeringkan  dengan  oven  60
o
C  selama  semalam.  Jika  rendemen  kitin  yang dihasilkan  sangat  kecil,  maka  dalam  penyaringan  akhir  digunakan  kertas  saring
X 100 Derajat putih  =
yang  sebelumnya  telah  dioven  dan  ditimbang.  Bobot  kitin  diperoleh  dari pengurangan bobot kertas saring yang berisi kitin yang telah dioven dengan kertas
saring yang telah dioven. bobot kitin g
bobot sampel g
3.4.2.2.  Karakterisasi kimia tepung cangkang kijing
1 Kadar air Apriyantono et al. 1995 Cawan  kosong  dikeringkan  dalam  oven  pada  suhu  100  ºC–102  ºC  selama
15 menit dan didinginkan dalam desikator kemudian ditimbang. Sampel sejumlah 5  gram  ditimbang  kemudian  dimasukkan  ke  dalam  cawan.  Cawan  dan  sampel
kemudian  dikeringkan  dalam  oven  bersuhu  100  ºC–102  ºC  selama  6  jam, selanjutnya  didinginkan  dalam  desikator  selama  30  menit  kemudian  cawan
ditimbang  hingga  diperoleh  berat  yang  tetap.  Kadar  air  dapat  dihitung  dengan menggunakan rumus berikut :
Berat sampel gram = W
1
Berat sampel setelah dikeringkan gram = W
2
Kehilangan berat gram = W
3
Persen kadar air = 100
W1 W3
x 2 Kadar abu SNI 01-3751-2006
Cawan abu porselen dikeringkan dalam oven pada suhu 100 ºC–102 ºC selama satu jam. Cawan abu porselen kemudian didinginkan dalam desikator selama satu
jam  kemudian  beratnya  ditimbang.  Sebanyak  3-5  g  sampel  ditimbang  kemudian dimasukkan  ke  dalam  cawan  abu  porselen  selanjutnya  sampel  diabukan  dalam
tanur  pada  suhu  600
o
C  selama  5-8  jam  hingga  sampel  berwarna  putih  atau kelabu.  Cawan  dan  sampel  yang  telah  berwarna  putih  atau  kelabu  didinginkan
dalam  desikator  selama  30  menit  kemudian  ditimbang  bobotnya.  Kadar  abu sampel dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Kadar abu  = 100
1 2
x W
W W
 kitin =
X 100
Keterangan: W adalah bobot sampel g
W1 adalah bobot cawan kosong g W2 adalah  bobot cawan kosong dan abu g
3 Kadar protein SNI 01-3751-2006
Sebanyak  0,5-1,0  gram  sampel  ditimbang  kemudian  dimasukkan  ke  dalam labu  Kjeldahl.  Campuran  katalis  selen  sebanyak  1  gram  dan  10  ml  H
2
SO
4
ditambahkan  ke  dalam  sampel.  Campuran  kemudian  dipanaskan  dalam  pemanas listrik  hingga  mendidih  dan  larutan  menjadi  berwarna  jernih  kehijau-hijauan.
Tahap  ini  dilakukan  di  dalam  lemari  asam.  Campuran  yang  telah  mendidih  dan berubah  warna  menjadi  jernih  kehijau-hijauan  kemudian  dibiarkan  dingin  lalu
diencerkan dengan akuades secukupnya. Sebanyak 15 ml atau lebih larutan NaOH 30  ditambahkan  ke  dalam  campuran.  Campuran  kemudian  disuling  selama
10-15  menit  atau  hingga  penampung  berubah  warna  dengan  penampung  distilat adalah  50  ml  larutan  H
3
BO
3
2  yang  telah  diberikan  beberapa  tetes  indikator BCG  +  MM.  Campuran  distilat  kemudian  dititar  dengan  larutan  HCl.  Kadar
protein sampel dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut : Kadar protein  =
100 25
. 6
008 .
14 2
1 X
W x
xNx V
V 
Keterangan: V1 = volume HCl untuk titrasi contoh ml,
V2 = volume HCl untuk titrasi blanko ml, N = Normalitas larutan HCl,
W = berat contoh mg, 14,008 = Bobot atom nitrogen,
6,25 = faktor protein untuk produk perikanan. 4 Kadar lemak Apriyantono et.al 1995
Labu  lemak  yang  ukurannya  sesuai  dengan  alat  ekstraksi  Soxhlet  yang  akan digunakan,  dikeringkan  dalam  oven  pada  suhu  103  ºC  selama  1  jam  kemudian
didinginkan dalam dalam desikator dan ditimbang. Sebanyak 5 gram sampel yang berbentuk  tepung  ditimbang  langsung  dalam  saringan  timbal,  yang  sesuai
ukurannya kemudian ditutup dengan kapas wool yang bebas lemak. Sampel dapat juga  dibungkus  dengan  kertas  saring  sebagai  alternatif  lain.  Timbal  atau  kertas
saring  yang  berisi  sampel  diletakkan  dalam  alat  ekstraksi  Soxhlet,  kemudian dipasang alat kondensor di atasnya dan labu lemak di bawahnya. Pelarut heksana
dituangkan  ke  dalam  labu  lemak  secukupnya  dan  dilakukan  refluks  minimal selama  5  jam  sampai  pelarut  yang  turun  kembali  ke  labu  lemak  berwarna  jernih,
kemudian dilakukan destilasi pelarut yang ada di dalam labu lemak dan pelarutnya ditampung. Labu lemak  yang berisi lemak hasil ekstraksi dipanaskan dalam oven
pada  suhu  105  ºC  selama  5  jam,  kemudian  dikeringkan  hingga  berat  tetap  dan didinginkan  dalam  desikator  selanjutnya  ditimbang.  Kadar  lemak  sampel  dapat
dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : Kadar lemak  =
100 x
C A
B 
Keterangan: A = Berat labu lemak
B = Berat labu lemak beserta lemak C = Berat sampel
5 Nilai pH Apriyantono et al. 1989, diacu dalam Kaya 2008
Sebanyak 5 gram sampel dicampur dengan 45 ml akuades dan diaduk selama 2  menit.  Alat  pH  meter  dikalibrasi  dengan  menggunakan  buffer  pH  standar
pH 4 dan  pH 7.  Elektroda  yang  telah  dibersihkan,  dicelupkan  ke  dalam  sampel yang  akan  diperiksa. Nilai  pH  merupakan  hasil  pembacaan  jarum penunjuk  pada
pH meter selama 1 menit atau sampai angka digital tidak berubah. 6 Kadar kalsium dan magnesium Nur et al. 1992
Persiapan sampel dengan metode pengabuan basah Sebanyak 1 gr sampel ditimbang kemudian dimasukkan  ke dalam erlenmeyer
ukuran  125  ml.  Sebanyak  5  ml  HNO
3
ditambahkan  ke  dalam  erlenmeyer  lalu didiamkan selama 1 jam pada suhu ruang di ruang asam kemudian dipanaskan di
atas  hot  plate  dengan  temperatur  rendah  selama  4-6  jam  di  dalam  ruang  asam dan  dibiarkan  selama  semalam  sampel  ditutup.  Setelah  dibiarkan  selama
semalam,  ditambahkan  0,4  ml  H
2
SO
4
lalu  dipanaskan  di  atas  hot  plate  sampai larutan  berkurang  lebih  pekat  biasanya  selama  ±  1  jam.  Sebanyak  2-3  tetes
larutan  campuran  HClO
4
:  HNO
3
2:1  ditambahkan  ke  dalam  sampel.  Sampel masih  tetap  di  atas  hot  plate  karena  pemanasan  terus  dilanjutkan  hingga  1  jam
hingga  terjadi  perubahan  warna  dari  coklat,  kuning  tua  hingga  kuning  muda. Setelah  perubahan  warna,  pemanasan  dilanjutkan  selama  10-15  menit.  Sampel
dipindahkan  kemudian  didinginkan  lalu  ditambahkan  2  ml  akuades  dan  0,6  ml HCl.  Sampel  dipanaskan  kembali  selama  ±  15  menit  kemudian  dimasukkan  ke
dalam labu takar 100 ml. Apabila ada endapan disaring dengan glass wool. Persiapan larutan stok standar
Sebanyak 1,248 gr CaCO
3
untuk kalsium dan 5,060 gr MgSO
4
.7H
2
O untuk magnesium  ditimbang  dengan  tepat  kemudian  masing-masing  dilarutkan  dan
diencerkan dengan akuades hingga volume 500 ml. Pengukuran sampel
Larutan  standar,  blanko  dan  sampel  dialirkan  ke  dalam  AAS  lalu  diukur absorbansinya.  Pengujian  kadar  kalsium  diukur  dengan  panjang  gelombang
422,7  nm  dan  pengujian  kadar  magnesium  diukur  dengan  panjang  gelombang 285,2 nm.
7 Kadar fosfor, metode Molibdat-Vanadat  Apriyantono et al. 1995 Persiapan pereaksi Vanadat-Molibdat:
Sebanyak  20  g  amonium  molibdat  dilarutkan  dalam  400  ml  akuades  hangat 50
o
C  kemudian  didinginkan  larutan  molibdat.  Selanjutnya  1,0  g  amonium vanadat  amonium  meta  vanadat  dilarutkan  dalam  300  ml  akuades  mendidih
kemudian  ditambahkan  140  ml  asam  nitrat  pekat  secara  perlahan-lahan  dan diaduk larutan vanadat. Larutan vanadat dimasukkan ke dalam larutan molibdat
lalu diaduk. Selanjutnya diencerkan dengan akuades hingga volume 1 liter. Persiapan larutan fosfat standar:
Potasium dihidrogen  fosfat  kering sebanyak  3,834  g  ditimbang  dengan  tepat, kemudian  dilarutkan  dalam  akuades  dan  diencerkan  hingga  volume  1  liter.
Sebanyak  25  ml  larutan  tersebut  diambil  dan  dimasukkan  ke  dalam  labu  takar 250 ml kemudian diencerkan hingga tanda tera.
Pembuatan kurva standar: Sebanyak  0;  2.5;  5;  10;  20;  30;  40;  dan  50  ml  larutan  fosfat  standar
dimasukkan  ke  dalam  satu  seri  labu  takar  100  ml,  kemudian  diencerkan  dengan akuades  hingga  volume  50-60  ml.  Selanjutnya  pereaksi  vanadat-molibdat
sebanyak 25 ml ditambahkan ke dalam masing-masing labu takar dan diencerkan
dengan  akuades  hingga  volume  100  ml.  Larutan  didiamkan  selama  10  menit, kemudian absorbansi masing-masing larutan diukur dengan spektrofotometer pada
panjang  gelombang  400  nm.  Masing-masing  larutan  ini  mengandung  0;  0,5; 1,0; 2,0; 4,0; 6,0; 8,0 dan 10 mg P
2
O
5
100 ml. Persiapan sampel:
Sebanyak  5  gr  sampel  ditimbang  dengan  tepat  di  dalam  gelas  piala  150  ml. Selanjutnya  ditambahkan  2  ml  asam  nitrat  pekat  dan  dididihkan  selama  5  menit.
Kemudian didinginkan dan ditambahkan asam sulfat pekat sebanyak 5 ml. Setelah itu larutan dipanaskan dan ditambahkan HNO
3
setetes demi setetes hingga larutan tidak berwarna  kemudian dipanaskan  hingga timbul asap putiih lalu  didinginkan.
Sebanyak 15 ml akuades ditambahkan ke dalam larutan kemudian dididihkan lagi selama  10  menit.  Larutan  didinginkan  dan  dipindahkan  ke  dalam  labu  takar  250
ml. Gelas piala dibilas sampai bersih dan hasil bilasan dimasukkan  ke dalam labu takar kemudian larutan dalam labu takar diencerkan dengan akuades hingga tanda
tera. Penetapan sampel:
Sebanyak  10  ml  larutan  sampel  dimasukkan  ke  dalam  labu  takar  100  ml kemudian ditambahkan 40  ml akuades dan 25 ml pereaksi vanadat-molibdat, lalu
diencerkan dengan akuades hingga tanda tera. Larutan didiamkan selama 10 menit kemudian  diukur  absorbansinya  dengan  spektrofotometer  pada  panjang
gelombang  400  nm.  Selanjutnya  konsentrasi  fosfor  dari  kurva  standar  dicatat berdasarkan absorbans yang terbaca.
Perhitungan kadar fosfor ditetapkan dengan rumus sebagai berikut: fosfor dalam sampel P
2
O
5
= W
Cx 5 ,
2 C  = konsentrasi fosfor dalam sampel mg100ml yang terbaca dari kurva
standar W  = berat sampel yang digunakan
8 Mineral Terlarut Santoso 2003, diacu dalam Kaya 2008 Sebanyak  10  gr  sampel  ditambahkan  dengan  air  masing-masing  sebanyak  40
ml  pada  berbagai  pH  2,  4  dan  6.  Larutan  pH  2,  4  dan  6  dibuat  dengan menggunakan HCl dan NaOH. Sampel yang telah ditambahkan dengan air dengan
berbagai  pH  kemudian  dihomogenkan  dengan  menggunakan  homogenizer  pada kecepatan  5000-10000  rpm  selama  2  menit  untuk  menghasilkan  fraksi  terlarut.
Sampel  tersebut  selanjutnya  diinkubasi  dalam  penangas  air  bergoyang  pada  suhu 37
o
C dengan kecepatan 5 120 strokemenit selama 2 jam. Sampel selanjutnya di sentrifuse pada kecepatan 10000 rpm, 2
o
C selama 10 menit. Hasil dari sentrifuse disaring menggunakan kertas saring Whattman 42. Hasil saringan tersebut diukur
dengan menggunakan AAS pada panjang gelombang 422,7 nm untuk mengetahui berapa  banyak  kalsium  yang  terlarut  dan  660  nm  untuk  mengetahui  fosfor  yang
terlarut.
3.5.  Analisis Data Walpole 1995