2 Perumusan Masalah Latar Belakang

pendidikan. Selain itu, peran keluarga terutama orang tua sangat penting dalam proses pendidikan terutama sebagai motivator utama bagi anak-anaknya untuk meraih akses pendidikan setinggi-tingginya, namun tekanan ekonomi yang menghimpit mayoritas nelayan di Indonesia membuat anak-anak mereka tak mempunyai akses yang cukup pada pendidikan. Bagi orangtua mereka lebih baik anak-anak bekerja; entah membantu melaut, menjadi buruh pengupas kerang, atau mencari ikan-ikan tercecer yang bisa dijual. Kondisi dunia perikanan dan kelautan saat ini dapat dikatakan krisis SDM diakibatkan oleh rendahnya tingkat pendapatan dan tingkat pendidikan di kalangan nelayan, padahal tuntutan untuk mengelola sumberdaya alam laut sangat tinggi. Sehubungan dengan hal itu perlu dikaji lebih lanjut mengenai pendidikan non- formal dan informal anak pada keluarga nelayan yang diharapkan mampu untuk meningkatkan kualitas SDM pada masyarakat perikanan di masa yang akan datang. Perlunya pengkajian lebih lanjut mengenai pendidikan non-formal dan pendidikan informal karena adanya kemungkinan biaya pendidikan yang lebih rendah pada pendidikan non-formal dan informal dibandingkan pada pendidikan formal serta adanya kelenturan-kelenturan yang memudahkan anak untuk menentukan waktu belajarnya sendiri pada pendidikan non-formal. Muara Angke merupakan salah satu daerah pemukiman nelayan yang terletak di DKI Jakarta yang merupakan pusat pemerintahan, pusat informasi dan telekomunikasi, dan pusat pendidikan karena begitu banyaknya lembaga pendidikan yang ada di Jakarta baik lembaga pendidikan formal maupun non formal. Keberadaan Provinsi DKI Jakarta diduga belum berkontribusi terhadap pendidikan anak nelayan karena masih rendahnya tingkat pendidikan anak nelayan. Oleh karena itu perlu dilihat apakah keberadaan Jakarta sebagai pusat pendidikan dapat memberikan dampak positif terhadap perkembangan pendidikan anak nelayan yang nantinya akan mengelola sumber daya perikanan pada tahun- tahun mendatang.

1. 2 Perumusan Masalah

Konsep pembangunan manusia memiliki dua sisi yang harus seimbang, sisi pertama adalah peningkatan kapabilitas fisik penduduk seperti perbaikan derajat kesehatan, tingkat pendidikan, dan keterampilan. Sisi lainnya adalah pemanfaatan kapabilitas tersebut untuk kegiatan-kegiatan yang lebih produktif, kultural, sosial, dan politik. Secara singkat dapat dikatakan bahwa pembangunan manusia mencakup sisi produksi maupun distribusi dari berbagai komoditi pemanfaatan kemampuan manusia. Terdapat tiga dimensi pokok pembangunan manusia yang dinilai mencerminkan status dasar kemampuan penduduk, yaitu: - Umur panjang dan sehat yang mengukur peluang hidup - Berpengetahuan dan berketerampilan, serta - Akses terhadap sumber daya yang dibutuhkan untuk mencapai standar hidup layak Pengukuran tiga dimensi tersebut dapat dirangkum dan dilihat dalam Indeks Pembangunan Manusia IPM atau Human Development Index HDI. IPM yang dimaksudkan untuk mengukur dampak dari upaya peningkatan kemampuan dasar tersebut, menggunakan indikator dampak sebagai dasar perhitungannya, yaitu: - Angka harapan hidup waktu lahir eo - Pencapaian tingkat pendidikan, yang diukur dengan angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah, serta - Standar hidup layak yang diukur dengan rata-rata konsumsi riil yang telah disesuaikan. Kota Jakarta Utara merupakan daerah yang memiliki populasi nelayan yang cukup banyak di Propinsi DKI Jakarta. Hal ini dikarenakan daerah tersebut merupakan daerah yang berbatasan langsung dengan Teluk Jakarta. Kota Jakarta Utara adalah daerah dengan IPM terendah di Propinsi DKI Jakarta bila dibandingkan dengan empat kota lain, sedangkan nilai IPM tertinggi dimiliki oleh daerah Jakarta Selatan. Rendahnya IPM Jakarta Utara secara tidak langsung menunjukan rendahnya kualitas hidup nelayan yang tinggal di Jakarta. Untuk mendongkrak IPM ada tiga faktor yang harus ditingkatkan yaitu faktor ekonomi, pendidikan, dan kesehatan. Dalam penelitian ini penulis lebih menitikberatkan pada peningkatan pendidikan karena dengan adanya peningkatan pendidikan maka dua sektor lainnya yaitu ekonomi dan kesehatan diharapkan dapat ikut meningkat. Adapun angka melek huruf AMH Jakarta Utara pada tahun 2006 adalah 98,18. Bila dibandingkan dengan empat kota lain yang ada di Jakarta maka AMH Jakarta Utara adalah AMH terendah kedua diatas Jakarta Barat BPS DKI Jakarta, 2006. Di satu sisi, pendidikan formal menjadi hal yang penting bagi seluruh lapisan masyarakat, namun di sisi lain masih banyak faktor yang mempengaruhi mudah atau tidaknya akses untuk menempuh pendidikan formal. Oleh karena itu perlu dikaji jalur pendidikan lain misalnya pendidikan non formal atau pendidikan informal yang dapat dijadikan salah satu jalur pendidikan alternatif bagi anak nelayan. Berdasarkan latar belakang penelitian, maka rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut: 1 Bagaimana gambaran keadaan keluarga nelayan dan tingkat pendidikan anak nelayan di Muara Angke? 2 Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi aksesibilitas dan keberlanjutan anak nelayan dalam melanjutkan pendidikannya? 3 Pola pendidikan alternatif seperti apa yang menurut orang tua nelayan relevan untuk diterapkan dalam lingkungan masyarakat nelayan? 1. 3 Tujuan dan Kegunaan 1.3.1 Tujuan