2.2.2. Studi Empiris Mengenai Analisis Pendapatan Usahatani
Hanifah 2008 melakukan penelitian mengenai pendapatan usahatani integrasi pola sayuran-ternak-ikan di Kecamatan Rancabali, Kabupaten Bogor.
Dengan menggunakan analisis pendapatan dan imbangan pendapatan dan biaya R C rasio diperoleh hasil bahwa nilai pendapatan atas biaya total pada kedua kondisi
menunjukan hasil yang negatif. Nilai rasio RC rasio atas biaya total pada kedua kondisi bernilai kurang dari satu. Hal ini berarti usahatani ikan yang dilakukan
pada kondisi yang diintegrasikan maupun tidak belum terbukti efisien. Total pendapatan pada usahatani integrasi lebih besar daripada usahatani
yang tidak terintegrasi. Total pendapatan atas biaya tunai maupun atas biaya total, menunjukan usahatani yang terintegrasi lebih besar daripada usahatani tidak
terintegrasi. Sehingga diketahui bahwa usahatani sayuran, ternak dan ikan yang selama ini terintegrasi terbukti lebih menguntungkan dibandingkan jika cabang-
cabang usahatani tersebut berdiri sendiri.
2.2.3. Studi Empiris Mengenai Analisis Efisiensi Pemasaran
Penelitian mengenai analisis efisiensi pemasaran ikan lele di Kecamatan Kapetakan, Kabupaten Cirebon dilakukan oleh Fauzi 2008. Hasil penelitiannya
menunjukkan saluran pemasaran ikan lele yang terdapat di Kecamatan Kapetakan terdiri atas empat saluran. Saluran 1 terdiri dari pembudidaya, pedagang
pengumpul, pedagang pengumpul luar kecamatan, pedagang pecel dan konsumen. Saluran 2 terdiri dari pembudidaya, pedagang pengumpul, pedagang pengumpul
luar kecamatan, pedagang pecel lele dan konsumen. Saluran 3 terdiri dari pembudidaya, pedagang pengumpul, pedagang pengencer dan konsumen. Saluran 4
terdiri dari pembudidaya, pedagang pengumpul, pemilik kolam pancingan dan konsumen.
Analisis marjin pemasaran total menunjukkan nilai margin pemasaran total masing-masing saluran antara lain saluran 1 sebesar Rp 20.450,00 per kg, saluran 2
sebesar Rp 20.700,00 per kg, saluran 3 sebesar Rp 4.700,00 per kg dan saluran 4 sebesar Rp 8.200,00 per kg. Margin pemasaran total terbesar terdapat pada saluran
2 pembudidaya, pedagang pengumpul, pedagang pengumpul luar kecamatan, pedagang pecel lele dan konsumen sebesar Rp 20.700,00 per kg.
Farmer’s share dan rasio keuntungan biaya total pada saluran 1 sebesar 25,64 persen dan 76,05 persen, saluran 2 sebesar 24,73 persen dan 97,79 persen dan
saluran 3 sebesar 59,13 persen dan 389,26 persen. Farmer’s share dan rasio keuntungan biaya total terbesar terdapat pada saluran 3 pembudidaya, pedagang
pengumpul, pedagang pengencer dan konsumen sebesar 59,13 dan 389,26 persen, sehingga pemasaran yang dilakukan oleh saluran 3 relatif efisien.
Putrisa 2006 melakukan penelitian tentang analisis efisiensi pemasaran benih ikan lele dumbo dari Desa Babakan, Kecamatan Ciseeng, Kabupaten Bogor.
Dari penelitian tersebut dapat diperoleh informasi bahwa terdapat empat saluran pemasaran benih ikan lele dumbo dari Desa Babakan dan saluran pemasaran yang
terlibat yaitu tengkulak, grosir dan pedagang antar kabupaten. Struktur pasar yang dihadapi adalah pasar persaingan tidak sempurna. Harga di tingkat pembudidaya
benih ditentukan oleh tengkulak berdasarkan ada tidaknya hubungan dengan tengkulak, dan di tingkat tengkulak, grosir dan pedagang antar kabupaten
ditentukan dengan tawar menawar. Sistem pembayaran dilakukan secara tunai dan jangka waktu 3-10 hari dari waktu pembelian.
Ditinjau dari efisiensi operasional, sistem pemasaran benih ikan lele dumbo dari Desa Babakan belum efisien. Hal ini dapat diketahui dari marjin pemasaran
yang cukup tinggi serta rendahnya farmer’s share. Dari keempat saluran pemasaran benih ikan lele dumbo, saluran 4 lebih efisien dari pada saluran 1,2 dan 3. Dengan
marjin terkecil sebesar 26,7 persen dan farmer’s share terbesar yaitu 73,3 persen pada benih ukuran 11-12 cm.
2.2.4. Studi Empiris Mengenai Analsisis Usahatani dan Pemasaran