Faktor-Faktor Timbulnya Kejahatan FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB ANAK SEBAGAI KORBAN

38

BAB II FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB ANAK SEBAGAI KORBAN

PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA

A. Faktor-Faktor Timbulnya Kejahatan

Mengamati dan memahani kejahatan ternyata tidaklah mudah. Kejahatan merupakan suatu fonomena yang sangat kompleks. Memahani suatu bentuk kejahatan dapat dipandang dari berbagai sudut pandang yang berbeda. Maka tidak lah mengherankan jika di dalam suatu kejahatan yang terjadi akan terdapat berbagai macam komentar yang berbeda-beda. Banyak para pakar berusaha dan mencari apa sebenarnya yang menjadi faktor yang utama manusia berbuat jahat. Kebanyakan dari mereka berpendapat bahwa sumber kejahatan kejahatan adalah: emas; kemiskinan; dan kekuasaan. Mengacu terhadap ajaran Bacon yang mengajarkan: “vere scire est per causas scire ” yang artinya adalah “mengetahui sesuatu yang sebenarnya, adalah mengetahui sebab musababnya”. 38 Plato 427-247 SM dalam bukunya yang berjudul “Republiek” menyatakan antara lain bahwa emas dan manusia merupakan sumber dari banyak kejahatan. Aristoteles 382-322 SM menyatakan kemiskinan menimbulkan kejahatan dan pemberontakan. Thomas Aquino 1226-1274 berpendapat tentang pengaruh kemiskinan dan kejahatan. 39 Maka akan muncullah pertanyaan di dalam benak kita. Sebenarnya apakah “kejahatan” itu? Menurut pengertian yuridisnya, kejahatan adalah suatu perbuatan 38 Wahju Muljono, Pengantar Teori Kriminologi, Pustaka Yustisia, Yogyakarta, 2012, hlm. 3. 39 Topo Santoso dan Eva Achjani, Kriminologi , Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2001, hlm. 1. yang oleh masyarakat baca: Negara dikenakan sanksi pidana. Namun jika kita tinjau lebih mendalam lagi, kejahatan merupakan sebagian dari perbuatan- perbuatan yang bertentangan dengan kesusilaan. 40 Banyak orang yang mempertanyakan apakah setiap perbuatan yang bertentangan dengan kesusilaan itu merupakan kejahatan? Bonger berpendapat bahwa perbuatan yang bertentangan dengan kesusilaan termasuk kejahatan, namun Bonger juga kelihatan ragu terhadap pendapatnya tersebut. Di sisi lain ia berpendapat bila ada kejahatanperbuatan jahat tidak disarankan sebagai melanggar kesusilaan, yang dimaksud adalah perbuatan dipandang jahat hanya menurut bentuknya saja. 41 Menurut B.Simandjuntak, yang dimaksud kejahatan merupakan suatu tindakan anti sosial yang merugikan, tidak pantas, tidak dapat dibiarkan, yang dapat menimbulkan kegoncangan di masyarakat. 42 Menurut J.M. Bammelem, ia memandang kejahatan sebagai suatu tindakan anti sosial yang menimbulkan kerugian, ketidakpatutan dalam masyarakat, sehingga dalam masyarakat terdapat kegelisahan, dan untuk menentamkan masyarakat Negara harus menjatuhkan hukuman kepada masyarakat. 43 Menurut Van Bammelen, yang dimaksud dengan kejahatan adalah tiap kelakuan yang bersifat tindak asusila dan merugikan, dan menimbulkan begitu banyak ketidak tenangan dalam suatu masyarakat tertentu, sehingga masyarakat itu berhak untuk mencelanya dan menyatakan penolakannya atas kelakuan itu dalam bentuk nestapa dengan sengaja diberikan karena kelakuan tersebut. 44 40 Wahju Muljono, Op.Cit.,Hal 4. 41 Ibid. 42 http:ritongachandra.blogspot.com201401makalah-kriminologi-kejahatan dan.html?m=1 , terakhir diakses 13 Januari 2015, 21.39 WIB 43 Ibid. 44 Ibid. Menurut Hermann Mannhein mengatakan bahwa criminology is no way limited in the scope of its scientific investigation to way is legally crime in a given country at a given time, and it is free to use its own classification. 45 Yang artinya adalah kriminologi tidak mempunyai batasan yang jelas mengenai kejahatan baik dilihat dari visi hukum maupun ilmu pengetahuan yang terlalu luas disuatu negara dan kriminologi bebas memberikan penggolongannya tersendiri mengenai kejahatan tersebut. Bagi Bonger, bakat merupakan hal yang konstan atau tetap, sedangkan lingkungan adalah faktor variabelnya dan karena itu juga dapat disebutkan sebagai penyebabnya. 46 Secara sosiogis kejahatan disebabkan karena adanya disorganisasi sosial. Artinya, dengan adanya disorganisasi sosial ini dapat mengakibatkan runtuhnya fungsi untuk mengontrol dari para penegak hukum yang memberikan kemungkinan pada individu untuk bertingkah laku sesuai dengan keinginannya sendiri tanpa adanya kendali, kontrol, dan tanpa penggunaan pola susila yang baik. Dengan hilang fungsi kontrol dari masyarakat dan para penegak hukum akan mengakibatkan hilangnya efektifitas dari norma-norma yang ada di masyarakat. Ditinjau dari sudut pandang sosiologi, terdapat beberapa pendekatan yang menjelaskan sebab-sebab terjadinya kejahatan. Pendekatan pertama menjelaskan bahwa individu yang disosialisir secara kurang tepat tidak dapat menyerap norma- 45 Bunadi Hidayat, Op.Cit., Hal 72 46 Ninik Widiyanti dan Panji Anoraga, Perkembangan Kejahatan dan Masalahnya, Pradnya Paramita, Jakarta, 1992, Hal 40. norma kultural ke dalam kepribadiaannya. Karena tidak mampu membedakan perilaku yang pantas dan kurang pantas menurut peradaban. 47 Pendekatan kedua menjelaskan kejahatan adalah akibat dari ketegangan yang terjadi antara kebudayaan dan struktur sosial suatu masyarakat. Sedangkan pendekatan yang ketiga menjelaskan individu melakukan kegiatan kejahatan karena belajar dari perbuatan kejahatan sebelumnya. 48 Dalam mengkaji suatu kejahatan, di dalam kriminologi terdapat beberapa paradigmaaliran yang mempengaruhinya, antara lain : 1. Aliran Klasik Di dalam aliran ini mempunyai dua pemikiran yang mendasar dari suatu perbuatan yang dilakukan oleh manusia yaitu penderitaan dan kesenangan. Hal disebabkan karena manusia memiliki kehendak bebas free will, yang kemudian dalam bertingkah laku manusia memiliki kemampuan untuk memperhitungkan perilakunya berdasarkan hedonism. Aliran ini juga mempunyai asumsi bahwa hukuman dijatuhkan berdasarkan tindakannya dan bukan karena kesalahan. 49 Karena pemikiran manusia selalu dipengaruhi oleh akal dan pikirannya indeterminisme. Kejahatan merupakan hasil pilihan bebas seseorang setelah memperhitungkan secara rasional untung ruginya dalam melakukan kejahatan. 47 http:dedotjcb.blogspot.com201303penyebab-timbulnya-kejahatan.html?m=1 , terakhir diakses 13 Januari 2015, 22.55 WIB. 48 Ibid. 49 Wahju Muljono, Op.cit., Hal. 37. 2. Aliran Neo Klasik Aliran Neo Klasik merupakan pembahruan dari aliran klasik. Hal ini dilakukan setelah melihat adanya ketidak adilan dari aliran klasik. Ada beberapa ciri-ciri yang membedakan aliran klasik dengan aliran neo klasik antara lain: 50 a. Adanya pelunakan pada doktrin kehendak bebas; kehendak bebas untuk memilih dipengaruhi oleh: 1 Patologi, ketidakmampuan untuk bertindak, sakit jiwa atau lain keadaan yang mencegah seseorang untuk memperlakukan kehendak bebasnya; 2 Predimitasi, niat yang dijadikan ukuran daripada kebebesan kehendak hal-hal yang aneh b. Pengakuan daripada sahnya keadaan yang melunak. Misalnya: fisik, keadaan lingkungan atau keadaan mental dari individu c. Perubahan doktrin tanggung jawab sempurna untuk memungkinkan pelunakan hukum menjadi tanggung jawab sebagian saja, sebab-sebab utama untuk mempertanggungjawabkan seseorang sebagian saja adalah kegilaan, kebodohan, dan lain-lain keadaan yang dapat mempengaruhi “pengetahuan dan niat” seseorang waktu melakukan kejahatan. d. Dimasukkannya kesaksian ahli di dalam acara pengadilan untuk menentukan besarnya tanggung jawab untuk menentukan apakah si terdakwa mampu memilih antara yang benar dan yang salah. 3. Aliran Positivis Berbicara tentang aliran positivis ini mau tak mau kita harus mengingat pula Dokter Cesare Lambroso 1335-1909. Dalam ajarannya Lambroso mengatakan bahwa asal mulanya kejahatan itu berasal dari gen dan sikap liar yang diturunkan oleh nenek moyang. Sifat jahat manusia sesuatu yang dapat diwariskan kepada keturunannya sendiri. Karena sejak manusia dilahirkan manusia telah memiliki sifat jahat di dalam dirinya. 50 Ibid, Hal 39. Penjahat sejak lahir merupakan tipe khusus, dan tipe ini dikendali dari bentuk atau cacat fisik tertentu. Lebih lanjut Lambroso menggarisbawahi bahwa cacat ataupun keanehan tersebut sebagai takdir untuk menjadi gambaran dari kepribadiannya sebagai penjahat. 51 Kejahatan merupakan perilaku manusia yang dipengaruhi oleh faktor-faktor fisik, psikis dan sosio-kulturalnya. 4. Aliran Kritis Berpijak dari asumsi sebelumnya bahwa perilaku manusia tidak hanya ditentukan oleh kondisi-kondisi fisik, psikis dan sosio-kulturalnya, melainkan ditentukan oleh peranan individu dalam memaknai, menafsirkan, menanggapi setelah dia berinteraksi dengan kondisi tertentu. Kejahatan merupakan suatu keberhasilan masyarakat dalam memberikan reaksi perbuatan tertentu sebagai kejahatan dan pelakunya sebagai penjahat. Pemikiran seperti ini mengarah kepada kajian proses yang mempengaruhi pada pembentukan undang-undang yang menjadikannya perbuatan tertentu sebagai kejahatan, serta proses bekerjanya hukum pidana. Yaitu proses-proses yang menjadikan perbuatan tertentu dan pelakunya sebagai penjahat sosiologi hukum pidana. 52 Pada umumnya penyebab kejahatan itu terdapat tiga kelompok pendapat yaitu : 1. Pendapat bahwa kriminalitas itu disebabkan karena pengaruh yang terdapat diluar diri pelaku. 2. Pendapat bahwa kriminalitas itu merupakan akibat dari bakat jahat yang terdapat di dalam diri pelaku sendiri. 51 Ibid, Hal 41. 52 I.S. Susanto, Kejahatan Koorporasi, Badan Penerbit UNDIP, Semarang, 1995, Hal 13 3. Pendapat yang menggabungkan bahwa kriminalitas itu disebabkan baik karena pengaruh di luar pelaku maupun karena sifat dan bakat dari diri si pelaku. Beberapa aspek sosial yang dikemukakan di dalam Kongres ke-8 PBB tahun 1990 di Havana, Cuba, diidentifikasikan sebagai faktor kondusif penyebab terjadinya kejahatan antara lain: 53 1. Kemiskinan, pengangguran, kebutahurufan kebodohan, ketiadaankekurangan perumahan yang layak dan sistem pendidikan serta latihan yang tidak cocokserasi; 2. Meningkatnya jumlah penduduk yang tidak mempunyai prospek harapan karena 81 proses integrasi sosial, juga karena memburukknya ketimpangan-ketimpangan sosial; 3. Mengendurnya ikatan sosial dan keluarga; 4. Keadaan-keadaan kondisi yang menyulitkan bagi orang-orang yang beremigrasi ke kota-kota atau ke Negara-negara lain; 5. Rusakknya atau hancurnya identitas budaya asli, yang bersamaan dengan adanya rasisme dan diskriminasi menyebabkan kerugian dibidang sosial, kesejahteraan, clan, lingkungan pekerjaan; 6. Menurunnya lingkungan perkotaan yang mendorong peningkatan kejahatan dan berkurangnya pelayanan bagi tempat-tempat lingkungan fasilitas; 7. Kesulitan-kesulitan bagiorang-orang dalam masyarakat modern untus berintegrasi sebagaimana mestinya di dalam lingkungan masyarakatnya, keluarganya, tempat kerjanya, atau lingkungan sekolahnya; 8. Penyalahgunaan alcohol, obat bius dan lain-lain yang pemakainya juga diperlukan karena faktor-faktor tersebut di atas; 9. Meluasnya aktivitas kejahatan terorganisasi, khususnya perdagangan obat bius dan penadahan barang-barang curian; 10. Dorongan-dorongan khususnya oleh media massa mengenai ide- ide dan sikap-sikap yang mengarah pada tindakan kekerasan, ketidaksamaan hak atau sikap-sikap tidak toleransi. 53 http:ritongachandra.blogspot.com201401makalah-kriminologi-kejahatan- dan.html?m=1 , terakhir diakses 13 Januari 2015, 21.39 WIB

B. Faktor-Faktor Penyebab Anak Nakal

Dokumen yang terkait

Analisis Pola Asuh Orangtua Remaja Korban Penyalahgunaan Narkoba Binaan Al-Kamal Sibolangit Centre

3 75 91

REHABILITASI SOSIAL TERHADAP ANAK SEBAGAI KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA.

0 2 12

PENDAHULUAN REHABILITASI SOSIAL TERHADAP ANAK SEBAGAI KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA.

0 4 16

PENUTUP REHABILITASI SOSIAL TERHADAP ANAK SEBAGAI KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA.

0 4 5

SKRIPSI TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA DENGAN REHABILITASI BERDASARKAN UU No. 35 TAHUN 2009 TENTANG NARKOTIKA DI KOTA YOGYAKARTA.

0 2 12

PENDAHULUAN TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA DENGAN REHABILITASI BERDASARKAN UU No. 35 TAHUN 2009 TENTANG NARKOTIKA DI KOTA YOGYAKARTA.

0 3 14

PENUTUP TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA DENGAN REHABILITASI BERDASARKAN UU No. 35 TAHUN 2009 TENTANG NARKOTIKA DI KOTA YOGYAKARTA.

0 2 99

BAB II FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB ANAK SEBAGAI KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA A. Faktor-Faktor Timbulnya Kejahatan - Peranan Pusat Rehabilitasi Anak Korban Penyalahgunaan Narkotika Ditinjau Dari UU No.35 Tahun 2009 Tentang Narkotika (Studi Kasus Pusat Rehabi

0 0 27

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Peranan Pusat Rehabilitasi Anak Korban Penyalahgunaan Narkotika Ditinjau Dari UU No.35 Tahun 2009 Tentang Narkotika (Studi Kasus Pusat Rehabilitasi Narkotika Al Kamal Sibolangit Centre)

0 0 37

BAB III PENERAPAN REHABILITASI BAGI PECANDU NARKOTIKA DAN KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA 3.1 Penempatan Rehabilitasi Melalui Proses Peradilan - IMPLEMENTASI PELAKSANAAN REHABILITASI BAGI PECANDU NARKOTIKA DAN KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA Repository -

0 0 13