91
BAB IV PERANAN PUSAT REHABILITASI NARKOTIKA DALAM
MELAKSANAKAN REHABILITASI TERHADAP ANAK KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA
STUDI KASUS PUSAT REHABILITASI NARKOBA AL KAMAL
A. Tujuan dan Peranan Pusat Rehabilitasi Narkotika
Pengertian rehabilitasi narkotika adalah sebuah tindakan represif yaitu penanggulangan yang dilakukan setelah terjadinya tindak pidana yang dilakukan
bagi pencandu narkotika. Tindakan rehabilitasi ditujukan kepada korban dari penyalahgunaan narkotika untuk memulihkan atau mengembangkan kemampuan
fisik, mental, dan sosial penderita yang bersangkutan.
135
Selain itu, rehabilitasi juga sebagai pengobatan atau perawatan bagi para pecandu narkotika, agar para
pecandu dapat sembuh dari kecanduannya terhadap narkotika. Penggunakan Narkotika bagi diri sendiri mengandung arti bahwa
penggunaan narkotika tersebut tanpa melalui pengawasan dokter dianggap merupakan suatu perbuatan “tanpa hak dan melawan hukum”. Dikeluarkan
Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009 mengatur ketentuan mengenai putusan memerintahkan untuk menjalani rehabilitasi bagi pengguna narkotika pada Pasal
54 dan Pasal 103 : Pasal 54
Pecandu narkotika dan korban penyalahgunaan narkotika wajib menjalani rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial.
Pasal 103
135
http:www.psychologymania.com201208pengertian-rehabilitasi-narkoba.html, terakhir diakses Sabtu, 21 Februari 2015 pukul 15.30 WIB.
1 Hakim yang memeriksa perkara pecandu narkotika dapat: a. Memutuskan untuk memerintahkan yang bersangkutan menjalani
pengobatan danatau perawatan, apabila pecandu narkotika tersebut terbukti bersalah melakukan tindak pidana narkotika; atau
b. Menetapkan untuk memerintahkan yang bersangkutan menjalani pengobatan danatau perawatan, apabila pecandu narkotika tersebut
tidak terbukti bersalah melakukan tindak pidana narkotika. 2 Masa menjalani pengobatan danatau perawatan bagi pecandu
narkotika sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 huruf a, diperhitungkan sebagai masa menjalani hukuman.
Terlebih terhadap para pecandu anak yang merupakan korban penyalahgunaan narkotika, pemerintah telah mengatur proses rehabilitasi sebagai
solusi yang terbaik terhadap perkembangnya mental dan fisik anak yang telah terpuruk akibat penggunaan narkotika. Seperti yang telah disebutkan dalam Pasal
55 ayat 1: “Orang tua atau wali dari Pecandu Narkotika yang belum cukup umur wajib melaporkan kepada pusat kesehatan masyarakat, rumah sakit, danatau
lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial yang ditunjuk oleh Pemerintah untuk mendapatkan pengobatan danatau perawatan melalui rehabilitasi medis dan
rehabilitasi sosial.” Bahkan terhadap orangtua yang dengan sengaja tidak melaporkan ke pusat
rehabilitasi medis maupun sosial akan dipidanakan. Hal ini sesuai dengan pasal: Pasal 128:
1 Orang tua atau wali dari pecandu yang belum cukup umur, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat 1 yang sengaja tidak
melapor, dipidana dengan pidana kurungan paling lama 6 enam bulan atau pidana denda paling banyak Rp1.000.000,00 satu juta
rupiah. 2 Pecandu Narkotika yang belum cukup umur dan telah dilaporkan oleh
orang tua atau walinya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat 1 tidak dituntut pidana.
Melalui pasal inilah dapat kita pahami bahwa rehabilitasi merupakan suatu usaha yang wajib dilakukan oleh orangtua apabila anaknya telah terindikasi
sebagai korban dari penyalahgunaan narkotika. Dalam pasal diatas juga menjelaskan bahwa rehabilitasi tersebut terbagi
atas rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial. Rehabilitasi medis adalah adalah suatu proses kegiatan pengobatan secara
terpadu untuk membebaskan pecandu dari ketergantungan narkotika.
136
Rehabilitasi medis pecandu narkotika dapat dilakukan di Rumah Sakit yang ditunjuk oleh Menteri Kesehatan. Yaitu rumah sakit yang diselenggarakan baik
oleh pemerintah, maupun oleh masyarakat. Selain pengobatan atau perawatan melalui rehabilitasi medis, proses penyembuhan pecandu narkotika dapat
diselenggarakan oleh masyarakat melalui pendekatan keagamaan dan tradisional.
137
136
Pasal 1 butir 16, Undang-Undang No.35 Tahun 2009 Tentang Narkotika.
137
Ibid.
Rehabilitasi sosial adalah suatu proses kegiatan pemulihan secara terpadu baik secara fisik, mental maupun sosial agar bekas pecandu narkotika dapat
kembali melaksanakan fungsi sosial dalam kehidupan masyarakat.
138
Yang dimaksud dengan bekas pecandu narkotika disini adalah orang yang telah sembuh
dari ketergantungan terhadap narkotika secara fisik dan psikis. Rehabilitasi sosial untuk para pecandu ataupun bekas pecandu narkotika dapat dilakukan di lembaga
rehabilitasi sosial yang ditunjuk oleh Menteri Sosial, yaitu lembaga rehabilitasi sosial yang diselenggarakan baik oleh pemerintah, maupun oleh masyarakat.
139
Agar proses rehabilitasi sosial berjalan dengan baik, pemerintah memberikan standar dalam melakukan proses rehabilitasi ini yang bertujuan
untuk:
140
1. Menjadi acuan dalam melaksanakan rehabilitasi sosial bagi korban
penyalahgunaan NAPZA; 2.
Memberikan perlindungan terhadap korban dari kesalahan praktik 3.
Memberikan arah dan pedoman kinerja bagi penyelenggara rehabilitasi sosial korban penyalahgunaan NAPZA; dab
4. Meningkatkan kualitas dan jangkauan pelayanan penyelenggara
rehabilitasi sosial korban penyalahgunaan NAPZA.
Rancangan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana tahun 2008 juga telah mengatur mengenai rehabilitasi terhadap pengguna narkotika, yang diatur dalam
Pasal 110 :
141
1 Tindakan rehabilitasi dikenakan kepada pembuat tindak pidana yang:
138
Pasal 1 butir 17, Undang-Undang No.35 Tahun 2009 Tentang Narkotika
139
Ibid.
140
Pasal 2, Peraturan Menteri Sosial No. 26 Tahun 2012 Tentang Standar Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika, Dan Zat Adiktif Lainnya.
141
http:www.parlemen.netsitesdefaultfilesdokumen150313Buku20KESATU20RU U20KUHP.pdf
, terakhir diakses Sabtu, 21 Februari 2015 pukul 16.20 WIB
a. kecanduan alkohol, narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya; danatau
b. mengidap kelainan seksual atauyang mengidap kelainan jiwa. 2 Rehabilitasi dilakukan di lembaga rehabilitasi medis atau sosial, baik
milik pemerintah maupun swasta. Dalam hal rehabilitasi terhadap pencandu narkotika menganut teori
treatment dan social defence.
Rehabilitasi pecandu narkotika mengenut teori treatment
sebab merupakan suatu proses kegiatan pengobatan secara terpadu untuk membebaskan pecandu dari efek ketergantungan pada narkotika. Treatment
sebagai tujuan pemidanaan sangat pantas diserahkan pada pelaku kejahatan , bukan pada perbuatannya. Pemidanaan yang dimaksudkan adalah untuk memberi
tindakan perawatan dan perbaikan kepada pelaku kejahatan sebagai pengganti hukuman. Pelaku tindak pidana merupakan orang yang sedang sakit oleh karena
itu dibutuhkan treatmen dan rehabilitasi.
142
Treatment sebagai tujuan pemidanaan sangat pantas diarahkan pada pelaku
kejahatan,bukan pada perbuatannya. Pemidanaan yang dimaksudkan pada aliran ini adalah untuk memberi tindakan perawatan dan perbaikan kepada pelaku
kejahatan sebagai pengganti penghukuman. Pelaku kejahatan adalah orang sakit sehingga membutuhkan tindakan perawatan dan perbaikan.
143
Selain menggunakan teori treatment rehabilitasi terhadap pecandu narkotika juga menggunakan teori social defence.Menggunakan teori social
defence dikarenakan bentuk perlindungan sosial yang menyatukan pecandu
142
http:www.psychologymania.com201208pengertian-rehabilitasi-narkoba.html ,
terakhir diakses Sabtu, 21 Februari 2015 pukul 15.45 WIB.
143
Ray Jeffery dan Mahmud Mulyadi, Criminal Policy Pendekatan Integral Penal Policy dan Non-Penal Policy dalam Penanganan Kejahatan Kekerasan
, Pustaka Bangsa, Medan, 2008, hlm. 79.
narkotika tersebut ke dalam tertib sosial agar tidak melakukan penyalahgunaan lagi.
144
Rehabilitasi terhadap pecandu narkotika juga menganut teori social defence
sebab merupakan suatu bentuk perlindungan sosial yang
mengintegrasikan pecandu narkotika ke dalam tertib sosial agar dia tidak lagi melakukan penyalahgunaan narkotika. Teori Social defence berkembang setelah
Perang Dunia ke-2. Tokoh terkenal dari teori ini adalah Filippo Gramatica. Dalam teori ini, terbagi dua konsepsi yaitu:
145
1.Konsepsi radikal ekstrim, dan 2.Konsepsi yang moderat reformist
Rehabilitasi pada hakekatnya bertujuan agar penderita bisa melakukan perbuatan secara normal, bisa melanjutkan pendidikan sesuai dengan bakat dan
minatnya, dan yang terpenting bisa hidup menyesuaikan diri dengan lingkungan keluarga maupun masyarakat sekitarnya.
146
Menurut Pasal 9 Peraturan Menteri Sosial No. 26 Tahun 2012 Tentang Standar Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika, Dan
Zat Adiktif Lainnya yang menjadi tujuan dilakukannya rehabilitasi terhadap korban penyalahgunaan NAPZA adalah:
144
http:www.psychologymania.com201208pengertian-rehabilitasi-narkoba.html ,
terakhir diakses Sabtu, 21 Februari 2015 pukul 15.45 WIB
145
Muladi dan Barda Nawawi Arief, Teori-teori dan Kebijakan Pidana, Alumni, Bandung, 1992, hlm.
35-38.
146
Zulkarnain, Memilih Lingkungan Bebas Narkoba Panduan Untuk Remaja, Citapustaka Media, Bandung, 2014, hlm.62
1. Korban penyalahgunaan NAPZA dapat melaksanakan keberfungsian
sosialnya yang meliputi kemampuan dalam melaksanakan peran, memenuhi kebutuhan, memecahkan masalah, dan aktualisaso diri; dan
2. Terciptanya lingkungan sosial yang mendukung keberhasilan
rehabilitasi sosial korban penyalahgunaan NAPZA. Satu hal lagi yang banyak diharapkan setelah mengikuti rehabilitasi, pasien
dapat menghayati agamanya secara baik. Dan nyatanya, pasien akibat narkotika ini umumnya memang hidup jauh dari kepercayaannya masing-masing.
147
Terlebih terhadap anak yang menjadi korban penyalahgunaan narkotika. Ancaman pidana penjara tentu bukanlah jalan keluar yang tepat untuk
menyembuhkan ketergantungannya terhadap obat-obat terlarang itu. Mereka perlu dibantu, dibina untuk mengembalikan diri mereka menjadi manusia yang normal,
menghilangkan pengaruh narkotika dari dalam dirinya, mengembalikan kepercayaannya terhadap agama dan mampu menghadapi lingkungan sekitarnya
yang sempat memandang negatif terhadap diri mereka. Sehingga impian dan masa depan mereka yang sempat hilang akibat penggunaan narkotika dapat kembali
diraih. Tahap rehabilitasi ini meliputi beberapa hal:
148
1. Rehabilitasi Sosial
Segala usaha yang bertujuan memupuk, membimbing dan mengangkat rasa kesadaran dan tanggung jawab sosial bagi keluarga dan masyarakat.
2. Rehabilitasi Edukasional
Bertujuan memelihara dan meningkatkan pengetahuan dan , mengusahakan agar pasien dapat mengikuti pendidikan lagi, jika mungkin
147
Ibid.
148
Zulkarnain, Memilih Lingkungan Bebas Narkoba Panduan Untuk Orangtua, Ciptapustaka Media, Bandung, 2014, hlm.70
memberikan bimbingan dalam memilih sekolah yang sesuai dengan kemampuan intelegensia dan bakatnya.
3. Rehabilitasi Vokasional
Bertujuan menentukan kemampuan kerja pasien serta cara mengatasi penghalang atau rintangan untuk penempatan dalam pekerjaan yang sesuai. Juga
memberikan ketrampilan yang belum dimiliki pasien agar dapat bermanfaat bagi pekerjaan untuk mencari nafkah.
4. Rehabilitasi Kehidupan Beragama
Bertujuan membangkitkan kesadaran pasien akan kedudukan manusia di tengah-tengah makhluk ciptaan Tuhan; menyadarkan kelemahan yang dimiliki
manusia, arti agama bagi manusia, membangkitkan optimisme berdasarkan sifat- sifat Tuhan Yang Maha Bijaksana, Maha Tahu, Maha Pengasih, dan Maha
Pengampun.
Saat para pengguna narkotika kecanduan, mereka sedang dalam posisi yang benar-benar down. Mereka berada dibawah rata-rata manusia normal. Baik
dalam hal cara pikir dan mentalnya, sehingga pusat rehabilitasi narkotika merupakan suatu tempat yang akan memfasilitasi para korban penyalahgunaan
narkotika untuk memulihkan kondisi fisik dan kejiwaan mereka.
149
Tujuannya ketika para pecandu telah keluar dan tidak terikat kembali dengan aturan yang terdapat di pusat rehabilitasi, apa yang mereka dapatkan di
pusat rehabalitasi dapat mereka terapkan pada lingkungannya. Sehinggga menunjukkan pada masyarakat bahwa mereka adalah manusia yang normal.
150
Begitu banyak dampak positif yang didapat saat seseorang menjalankan proses rehabilitasi narkotika. Namun, tidak sedikit para pecandu khususnya
pecandu anak yang awalnya enggan untuk menjalankan proses rehabilitasi ini. Padahal rehabilitasi merupakan proses atau pengganti hukuman yang di benarkan
149
Wawancara dengan Yayan Farhan, Konselor Pusat Rehabilitasi Narkotika Al Kamal Sibolangit Center, Selasa 3 Maret 2015.
150
Ibid.
oleh pemerintah terhadap para korban penyalahgunaan narkotika untuk dapat memulihkan kondisi fisik dan jiwanya akibat ketergantungan narkotika.
Seperti misalnya terhadap salah seorang resident anak di Pusat Rehabilitasi Narkotika Al Kamal Sibolangit Center yang menuturkan bahwa:
“Dulu, pandangan saya terhadap pusat rehabilitasi begitu menakutkan yang saya dengar dari orang-orang. Misalnya, dikurung, direndam air dingin, tidak
diperbolehkan bertemu dengan ibu dan ayah. Padahal sudah lama saya ingin terlepas dari kecanduan obat.”
Sosialisasi terhadap keberadaan pusat-pusat rehabilitasi narkotika serta program-program apa saja yang ada di dalamnya sangat diperlukan untuk
diberikan kepada masyarakat. Pandangan negatif dan paradigma buruk masyarakat terhadap pusat rehabilitasi narkotika dapat dihilangkan. Sehingga para
pecandu yang enggan untuk menjalani proses rehabilitasi menjadi sadar dan mengerti bahwa rehabilitasi adalah solusi yang paling baik untuk membantu
mereka terlepas dari kecanduan obat-obatan terlarang. Keberhasilan dari proses rehabilitasi narkotika diantaranya dengan
dukungan dari lingkungan. Misalnya, dukungan dari teman-teman sebaya. Karena dari pendekatan kita sesama remaja diharapkan mampu memberikan dukungan
kepada mereka baik pada saat proses perawatan dan rehabilitasi maupun ketika mereka mantan penyalahguna kembali ke lingkungan keluarga , dan masyarakat
setelah selesai di rehabilitasi.
151
151
Zulkarnain, Op.Cit., hlm.76
Hal-hal yang dapat untuk dilakukan antara lain:
152
1. Memberikan dukungan secara moril;
2. Membentuk support group yang terdiri dari teman-teman sebaya atau
mantan penyalahgunaan sendiri; 3.
Kunjungan; 4.
Jangan mendukung pasien yang ingin kabur dari rehabilitasi sebelum masa perawatan selesai.
Bagi orangtua, saat anak sedang menjalani proses rehabilitasi, kita harus memprioritaskan waktu berkunjung anak kita di rehabilitasi. Diharapkan para
orangtua mempunyai pengetahuan, pengalaman, serta persiapan untuk menerima kembali ke rumah jika sudah selesai menjalani proses rehabilitasi.
153
Untuk meningkatkan kemampuan rehabilitasi kepada para pecandu narkotika baik yang diselenggarakan oleh pemerintah ataupun masyarakat,
pemerintah turut melakukan proses pembinaan terhadap lembaga-lembaga rehabilitasi ini antara lain dengan cara:
154
1. menetapkan standar dan pedoman untuk terapi adiksi Narkotika; dan
2. memberikan bimbingan kepada lembaga yang menyelenggarakan
terapi rehabilitasi Narkotika.
B. Proses Rehabilitasi Terhadap Anak Korban Penyalahgunaan Narkotika