1 Pembinaan terhadap segala kegiatan yang berhubungan dengan
Narkotika sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48 dilakukan oleh Menteri.
2 Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 meliputi upaya:
a. memenuhi ketersediaan Narkotika untukkepentingan pelayanan
kesehatan danataupengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi; b.
mencegah penyalahgunaan Narkotika; c.
mencegah generasi muda dan anak usia sekolah dalam penyalahgunaan Narkotika;
d. mendorong dan menunjang kegiatan penelitiandanatau
pengembangan ilmu pengetahuan danteknologi yang berkaitan dengan Narkotika untuk kepentingan pelayanan kesehatan; dan
e. meningkatkan kemampuan lembaga rehabilitasi medis bagi pecandu
Narkotika, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun masyarakat.
4. Pengertian Rehabilitasi dan Jenisnya
Dalam ilmu victimologi, pecandu narkotika merupakan “self victimzing victims
”, karena pecandu narkotika menderita sindroma ketergantungan akibat dari penyalahgunaan narkotika yang dilakukannya sendiri.
Pasal 54 Undang-Undang No.35 Tahun 2009 Tentang Narkotika menyatakan bahwa:
Pecandu Narkotika dan korban penyalahgunaan narkotika wajib menjalani rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial.
Rehabilitasi terhadap pecandu narkotika adalah suatu proses pengobatan untuk membebaskan pacandu dari ketergantungan, dan masa menjalani
rehabilitasi tersebut diperhitungkan sebagai masa menjalani hukuman.
34
Rehabilitasi terhadap pecandu narkotika juga merupakan suatu bentuk perlindungan sosial yang mengintegrasikan pecandu narkotika ke dalam tertib
sosial agar tidak lagi melakukan penyalahgunaan narkotika.
34
Pasal 103 ayat 2, UU No.35 Tahun 2009 Tentang Narkotika
Berdasarkan Undang-Undang No.35 Tahun 2009 Tentang Narkotika, yang merupakan pengganti dari Undang-Undang No.22 Tahun 1997 Tentang
Narkotika terdapat setidaknya dua jenis rehabilitasi, yaitu rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial.
Pasal 1 butir 16 Undang-Undang No.35 Tahun 2009 Tentang Narkotika menyatakan bahwa:
Rehabilitasi medis adalah suatu proses kegiatan pengobatan secara terpadu untuk membebaskan pecandu dari ketergantungan narkotika.
Rehabilitasi medis bagi tersangkaterpidana pecandu narkotika ini sejalan sejalan dengan program wajib lapor bagi pecandu narkotika dalam Perarturan
Pemerintah No. 25 Tahun 2011 Tentang Pelaksanaan Wajib Lapor Bagi Pecandu Narkotika. Diharapkan dengan kesadaran pecandu atau keluarganya untuk
melaporkan diri sehingga semakin banyak pecandu narkotika yang menerima perawatan terkait perilaku ketergantungannya.
35
Dengan diharapkan semakin banyak para tersangkaterpidana pecandu narkotika yang melaporkan dirinya ke
lembaga medis atau lembaga sosial setempat, sebagai institusi yang menerima laporan, akan semakin sedikit jumlah pecandu, penyalahguna dan korban
penyalahgunaan narkotika. Pasal 1 butir 17 Undang-Undang No.35 Tahun 2009 Tentang Narkotika
menyatakan bahwa: Rehabilitasi sosial adalah suatu proses kegiatan pemulihan secara
terpadu, baik fisik, mental, maupun sosial, agar bekas pecandu narkotika
35
Lampiran Peraturan Mentri Kesehatan No.46 Tahun 2012 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Rehabilitasi Medis Bagi Pecandu, Penyalahguna, dan Korban Penyalahgunaan
Narkotika Yang Dalam Proses Atau Yang Telah Diputus Pengadilan
dapat kembali melakasanakan fungsi sosial dalam kehidupan bermasyarakat.
Pasal 1 butir 2 Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia No.26 Tahun 2012 Tentang Standar Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan Narkotika,
Psikotropika, dan Zat Adiktif Lainnya menyatakan bahwa : Rehabilitasi sosial adalah proses refungsional dan pengembangan untuk
memungkinkan seseorang mampu melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar dalam kehidupan bermasyarakat.
Adapun yang menjadi standar rehabilitasi sosial korban penyalahgunaan NAPZA yaitu:
36
1. Menjadi acuan dalam melaksanakan rehabilitasi sosial bagi korban
penyalahgunaan NAPZA; 2.
Memberikan perlindungan terhadap korban dari kesalahan praktik; 3.
Memberikan arah dan pedoman kinerja bagi penyelenggara rehabilitasi sosial korban penyalahgunaan NAPZA; dan
4. Meningkatkan kualitas dan jangkauan pelayanan penyelenggara
rehabilitasi sosial korban penyalahgunaan NAPZA.
Rehabilitasi tersebut benar-benar diperhitungkan sebagai sebagai suatu bentuk dalam menjalani hukuman. Korban kecanduan narkotika selain sebagai
pelaku tindak pidana narkotika yang harus dijatuhi pidana seperti halnya terhadap pelaku tindak pidana yang lainnya juga harus menjalani pengobatan atau
perawatan melalui fasilitas rehabilitasi yang meliputi rehabilitasi medis dan sosial, sehingga masa menjalani pengobatan dan perawatan ini diperhitungkan sebagai
masa menjalani hukuman.
36
Pasal 2, Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia No.26 Tahun 2012 Tentang Standar Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif
Lainnya
G. Metode Penelitian