18
III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini terdiri dari survey lapangan dan analisis laboratorium. Survey lapangan dan pengamatan produksi tanaman kelapa sawit dilakukan di perkebunan
kelapa sawit PTPN VII, Unit Usaha Bentayan, Sumatera Selatan. Analisis kimia dilakukan di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan
Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilaksanakan dari bulan Juni sampai Oktober 2010.
3.2. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain contoh tanah komposit, data primer, data sekunder dan bahan-bahan kimia untuk analisis tanah. Sedangkan
peralatan yang digunakan dalam pengambilan contoh tanah dan pengamatan sifat fisik lapang diantaranya adalah bor belgi, meteran, pisau lapang, sekop, munsell soil
color chart, kompas, abney level, altimeter, Global Positioning System GPS, plastik, spidol, serangkaian peralatan laboratorium untuk analisis tanah dan Software
Microsoft Excel.
3.3. Metodologi Penelitian
Kegiatan dimulai dengan mengumpulkan informasi awal berupa data-data yang sudah ada dan tersedia, baik yang tersimpan oleh PTPN VII atau di instansi terkait.
Pengamatan morfologi tanah dilakukan melalui pemboran dengan melakukan dua pengamatan pada setiap blok. Kelas kesesuaian lahan ditentukan berdasarkan derajat
dan jumlah pembatas yang dimiliki lahan untuk tanaman tumbuh normal. Dalam hal ini sifat-sifat tanah dibandingkan dengan faktor kelas kesesuain lahan bagi tanaman
kelapa sawit. Tahapan pelaksanaan penelitian meliputi kegiatan pendahuluan,
19 pengambilan contoh tanah, analisis tanah di laboratorium, dan analisis kesesuaian
lahan.
3.3.1. Kegiatan Pendahuluan
Kegiatan yang dilakukan meliputi telaah pustaka, pengumpulan data-data agrobiofisik daerah penelitian, dan mempersiapkan bahan dan alat yang akan
dibawa ke lapang.
3.3.2. Survey Lapangan
Kegiatan yang dilakukan pada survey lapangan meliputi : • Pemetaan dimulai dari pengamatan morfologi tanah melalui
pemboran. Pemboran dilakukan dengan intensitas 2 pengamatan pada setiap blok.
• Melakukan pengambilan contoh tanah secara komposit. • Melakukan analisis parameter meliputi pengukuran rata-rata
temperatur tahunan dalam 10 tahun C, mengukur kemiringan lereng
dengan menggunakan abney level, mengukur kedalaman efektif yaitu sampai kedalaman akar menembus tanah, mengukur ketersediaan
udara dengan melihat kondisi drainase tanah di lapangan.
3.3.3. Analisis Laboratorium
Sampel yang berasal dari lapangan dianalisis di laboratorium. Parameter yang dianalisis meliputi pH, C-organik, Kapasitas Tukar Kation KTK, dan
Kejenuhan Basa KB
3.3.4. Analisis Kesesuaian Lahan
Kesesuaian lahan untuk kelapa sawit dievaluasi dengan membandingkan karakteristik lahan dan persyaratan tumbuh tanaman yang mengacu pada Sys
et al. 1993, dengan menggunakan empat kategori dan lima derajat pembatas 0-4 yaitu tanpa pembatas 0 sampai pembatas sangat berat 4
20
3.3.5. Analisi Usaha Tani
Analisis usaha tani dihitung berdasarkan perkiraan analisis budidaya tanaman kelapa sawit seluas 1 Ha sampai tanaman menghasilkan. Perkiraan ini
digunakan untuk menentukan BEP Break Event Point atau titik balik modal produksi tanaman kelapa sawit.
21
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Kualitas Lahan
Kualitas lahan yang digunakan untuk evaluasi kesesuaian lahan dalam
penelitian ini adalah iklim, topografi, media perakaran dan kandungan hara
sebagaimana disajikan pada Tabel Lampiran 1, Tabel Lampiran 2, dan Tabel
Lampiran 3. Komponen iklim yang menentukan persyaratan agronomis untuk kelapa
sawit diantaranya adalah temperatur dan curah hujan. Berdasarkan Tabel Lampiran 1 dapat dilihat curah hujan rata-rata per tahun pada kebun kelapa sawit Unit Usaha
Bentayan sebesar 2.074,40 mmtahun dengan temperatur 26 C. Menurut Adiwiganda
2007 nilai tersebut merupakan curah hujan optimal rata-rata tahunan untuk kelapa sawit yang berkisar 1250-2500 mmtahun.
Salah satu komponen topografi adalah kemiringan lereng. Lahan kebun kelapa sawit Unit Usaha Bentayan rata-rata memiliki lereng yang relatif datar yang berkisar
0-5 , sehingga kedalaman efektifnya pun dalam. Ini merupakan kondisi optimal
untuk pertumbuhan kelapa sawit.
Karakteristik lahan dari media perakaran yang digunakan untuk evaluasi lahan kelapa sawit adalah kedalaman efektif dan drainase. Kedalaman efektif yang diamati
pada profil menunjukkan bahwa lahan ini memiliki kedalaman efektif yang cukup dalam yaitu 100 cm sehingga cocok untuk perkembangan akar kelapa sawit.
Sementara untuk kondisi drainase, kebun ini memiliki kondisi drainase yang
beragam. Namun, kondisi drainase yang buruk dominan di kebun ini. Kualitas kandungan hara tanah yang digunakan untuk evaluasi lahan meliputi
C-organik, kemasaman tanah pH, Kapasitas Tukar Kation KTK, dan Kejenuhan Basa KB. Berdasarkan hasil analisis kimia kandungan C-organik di daerah
penelitian menunjukkan bahwa kandungan bahan organik masih dalam kondisi optimal untuk pertumbuhan kelapa sawit yaitu 1,2 . Kemasaman tanah di lokasi
penelitian belum optimal untuk pertumbuhan kelapa sawit yang membutuhkan nilai pH 5 sampai pH 6. Kondisi tanah yang masam atau alkali akan menyebabkan
sebagian unsur hara dalam kondisi tidak tersedia. Berdasarkan Tabel Lampiran 3
22 dapat dilihat bahwa sebagian besar profil memiliki nilai KTK 16 cmolkg,
sementara nilai Kejenuhan Basa KB 20 yang tergolong rendah.
4.2. Evaluasi Kesesuaian