3
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Botani Kelapa Sawit
Tanaman kelapa sawit Elais guineensis termasuk dalam divisi Tracheophyta, Sub-divisi Pteropsida,
Kelas Angiospermae, Sub-kelas Monocotyledoneae,
Ordo Cocoideae, Famili Palmae,
Genus Elaeis, Species Elaeis guineensis Jacq.
Klasifikasi kelapa sawit beragam dengan parameter pembeda seperti tipe buah, bentuk luar, tebal cangkang, dan warna buah. Dari warna buah, terdapat tiga
varietas kelapa sawit yaitu Nigrescens, Virescens dan Albescens. Varietas Nigrescens dicirikan oleh warna buah violet kehitaman waktu muda dan menjadi warna oranye
jika matang. Varitas Virescens dicirikan oleh warna buah muda yang hijau dan menjadi oranye jika matang, sedangkan varitas Albescens dicirikan oleh warna buah
muda yang kuning pucat serta tembus cahaya karena mengandung sedikit karoten, dan jika masak umumnya berwarna kuning kemerahan. Baik Nigrescens maupun
Virescens biasanya memiliki bentuk buah yang bersayap mantled. Varietas lainnya yang disebut Elaeis idolatrica dicirikan oleh anak daun yang bertautan Adiwiganda,
2007 .
4
2.2. Syarat Tumbuh Kelapa Sawit
Kelapa sawit memerlukan kondisi lingkungan yang baik agar mampu tumbuh dan berproduksi secara optimal. Keadaan iklim dan tanah merupakan faktor utama
bagi pertumbuhan kelapa sawit, disamping faktor-faktor lainnya seperti genetis, budidaya, dan penerapan teknologi lainnya.
2.2.1. `Faktor Iklim
`
Curah hujan Jumlah curah hujan yang optimal untuk tanaman kelapa sawit adalah 2.000-
3.000 mm per tahun, dengan jumlah hari hujan tidak lebih dari 180 hari per tahun. Hujan yang merata sepanjang tahun kurang baik karena pertumbuhan vegetatif akan
lebih dominan daripada pertumbuhan generatif, sehingga bungabuah yang terbentuk relatif lebih sedikit Setyamidjaja, 2006. Sebaliknya, curah hujan yang terlalu tinggi
akan mengakibatkan timbulnya masalah terutama sulitnya upaya peningkatan kualitas jalan, pembukaan lahan, pemeliharaan, pemupukan, dan pencegahan erosi Pusat
Penelitian Kelapa Sawit, 2006. Suhu dan elevasi
Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada kisaran suhu 24-28ºC. Di daerah sekitar katulistiwa, tanaman sawit liar masih dapat menghasilkan buah
pada 1.300 m dari permukaan laut. Dengan demikian, tanaman kelapa sawit diperkirakan masih dapat tumbuh dengan baik sampai kisaran suhu 20ºC, tetapi
pertumbuhannya akan terhambat pada suhu 15ºC Pahan, 2008. Suhu udara terutama suhu udara minimum, berhubungan erat dengan elevasi.
Di daerah beriklim tropis, secara umum suhu udara bukan merupakan faktor pembatas pada elevasi di bawah 400 m dpl. Sebaliknya, di atas 400 m dpl, meskipun
faktor iklim lainnya seperti curah hujan sudah sesuai untuk pertumbuhan kelapa sawit, suhu udara minimum yang terlalu rendah bisa menjadi faktor pembatas, tetapi
masih berpotensi untuk budidaya kelapa sawit. Elevasi juga berkaitan dengan penyinaran matahari dan kelembaban udara. Pada elevasi tinggi diperlukan kultur
5 teknis untuk mengantisipasi masalah yang timbul akibat terbatasnya penyinaran
matahari dan tingginya kelembaban udara Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2006. Kelembaban dan penyinaran matahari
Kelapa sawit membutuhkan kelembaban udara sekitar 80 dan penyinaran matahari 5-7 jamhari. Pada beberapa daerah seperti Riau, Jambi, Sumatera Selatan
sering terjadi pada bulan tertentu penyinaran matahari ini kurang dari 5 jam. Hal ini dapat menyebabkan berkurangnya asimilasi, timbulnya gangguan penyakit, gagalnya
pembukaan lahan, rusaknya jalan karena lambat kering dan lain-lain Lubis, 2008.
2.2.2. `Faktor Edafik
Lahan yang optimal untuk pertumbuhan kelapa sawit mengacu pada tiga faktor, yaitu lingkungan, sifat fisik lahan, dan sifat kimia tanah atau kesuburan tanah.
Kelapa sawit dapat tumbuh baik pada lingkungan dengan ketinggian 25-200 m dpl, dengan kemiringan lereng datar hingga berombak 10 Pahan, 2008.
Sedangkan sifat fisik tanah yang baik untuk pertumbuhan kelapa sawit yaitu solum cukup dalam 80 cm dan tidak berbatu agar perkembangan akar tidak
terganggu, tekstur ringan dan yang terbaik memiliki pasir 20-60 , debu 10-40 , dan liat 20-50 , struktur tanah baik, konsistensi gembur sampai agak teguh,
permeabilitas sedang, drainase baik dan permukaan air tanah cukup dalam. Tanah yang berdrainase jelek dengan permukaan tanah yang dangkal sebaiknya dihindari.
Pada tanah yang berdrainase jelek sebaiknya dibuat saluran drainase Setyamidjaja, 2006.
Sifat kimia tanah yang merupakan faktor penentu keberhasilan budidaya kelapa sawit adalah pH tanah dan ketersediaan hara. Kelapa sawit dapat tumbuh pada
pH 4,0-6,0, namun pH yang optimal adalah 5-5,5. Pada pH yang terlalu rendah, ketersediaan hara makro utama seperti P, Ca, dan Mg akan sangat rendah, dan
sebaliknya unsur-unsur lain seperti Al dan Fe justru menjadi terlalu tinggi sehingga bersifat meracun. Pada tanah yang dipengaruhi oleh aktivitas pasang surut air laut,
kedalaman mineral pirit juga harus diperhatikan sehingga tidak teroksidasi dan mengakibatkan kemasaman tanah. Secara umum, tanah mineral yang dipengaruhi
6 oleh pasang surut air laut dan memiliki potensi sulfat masam pada kedalaman lebih
dari 1,5 meter masih potensial untuk budidaya kelapa sawit dengan syarat tinggi muka air tanah tetap dipertahankan pada kedalaman sekitar 75 cm sehingga pirit tetap
dalam keadaan tereduksi Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2006.
2.3. Teknik Budidaya Tanaman Kelapa Sawit