6 oleh pasang surut air laut dan memiliki potensi sulfat masam pada kedalaman lebih
dari 1,5 meter masih potensial untuk budidaya kelapa sawit dengan syarat tinggi muka air tanah tetap dipertahankan pada kedalaman sekitar 75 cm sehingga pirit tetap
dalam keadaan tereduksi Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2006.
2.3. Teknik Budidaya Tanaman Kelapa Sawit
Teknik budidaya tanaman pada perkebunan kelapa sawit Elaeis guineensis meliputi berbagai hal sebagai berikut:
2.3.1. Pembukaan Lahan
Pembukaan lahan dan penanaman kelapa sawit merupakan komponen biaya investasi awal. Menurut Lubis 1992 tahapan-tahapan pekerjaan sudah tertentu
sehingga jadwal kerja harus dilaksanakan secara konsekuen. Keterlambatan suatu pekerjaan akan berlarut pada pekerjaan lain sehingga akan menambah biaya.
Tantangan yang dihadapi cukup banyak misalnya alam gangguan cuaca, hewan liar, biaya yang berkesinambungan, sumberdaya manusia dan alat-alat yang harus tersedia
beserta suku cadangnya. Tahapan-tahapan pekerjaan pada pembukaan lahan adalah :
• Babat pendahuluan Pekerjaan yang dilakukan sebelum pengimasan. Semak belukar dan pohon
kecil yang tumbuh di bawah pohon perlu dibabat. Pekerjaan ini membutuhkan 5-6 orangha.
• Pengimasan Pekerjaan memotong semak dan pohon kecil yang berdiameter 10 cm dengan
parang atau kapak untuk mempermudah penumbangan pohon besar. • Penebangan pohon
Penebangan pohon dilakukan dengan gergaji chain saw atau kapak, pohon yang berdiameter 10 cm di tebang. Tinggi penebangan diukur dari tanah
tergantung pada diameternya. Sebelum pekerjaan ini dimulai, kayu besar yang berguna sudah dikeluarkan dan izin dari kehutanan sudah ada.
7 • Merencekmemerun
Pekerjaan memotong-motong cabangranting kayu yang sudah tumbang untuk mempermudah perumpukan
• Perumpukan Perumpukan adalah cabang dan ranting yang telah dipotong dikumpulkan
sebagai bahan pembakar dari kayu yang lebih besar. Perumpukan dibuat memanjang utara-selatan agar bisa diterpa panas matahari dan cepat kering.
Jarak antar rumpukan dibuat 50-100 m tergantung kerapatan pohon yang ditumbang dan keadaan areal.
2.3.2. Konservasi Tanah
Tindakan konservasi tanah mutlak diperlukan terutama di daerah yang memiliki jumlah dan hari hujan besar serta pada lahan yang berombak-berbukit. Pada daerah
datar yang diutamakan adalah parit drainase dan jembatan, sedangkan teras dan benteng tidak banyak diperlukan. Untuk mengatasi aliran air permukaan dan
memperbesar daya infiltrasi air ke dalam tanah, diperlukan teras. Pada kemiringan 8- 20
derajat dibuat rorak setiap 12 meter dan pada kemiringan lebih dari 20 derajat dibuat rorak bersambung dengan panjang 4 m dan dalam 30 cm. Pembuatan parit dan
drainase penting terutama pada daerah datar, rendahan dan areal yang sering kebanjiran. Parit berguna untuk mencegah genangan air dan menurunkan permukaan
tanah dan lain-lain. Banyaknya parit tergantung pada kondisi lahan, keadaan banjir, dalamnya gambut atau tinggi rendahnya permukaan air tanah Lubis, 1992. Menurut
Murtilaksono, et al., 2007, aplikasi guludan dan rorak yang dilengkapi dengan mulsa vertikal memberikan pengaruh yang positif terhadap jumlah pelepah daun,
jumlah tandan, rataan berat tandan dan produksi TBS.
2.3.3. Pemilihan bahan tanam
Bahan tanam yang digunakan di Indonesia pada saat ini adalah Tenera yaitu hasil perkawinan antara Deli Dura terpilih dari kebun induk dengan Pisifera hasil
8 pengujian Lubis, 1992. Menurut Asmono 2007 saat ini di Indonesia secara resmi
dikenal 30 varietas kelapa sawit.
2.3.4. Pembibitan
Sistem pembibitan yang digunakan dalam perkebunan kelapa sawit dibagi menjadi dua yaitu pembibitan satu tahap dan pembibitan dua tahap. Pembibitan satu
tahap artinya penanaman kecambah langsung pada pembibitan utama tanpa tahap pembibitan awal, sedangkan pada pembibitan dua tahap, terdapat dua tahapan yaitu
tahap pembibitan awal pre nursery dan pembibitan utama main nursery. Menurut Lubis 1992 pemilihan lokasi pembibitan harus memperhatikan hal-
hal antara lain adalah dekat dari sumber air, dekat dari pengawasan dan mudah untuk dikunjungi, tidak jauh dari areal yang ditanami jika mungkin di tengah lokasi untuk
mengurangi biaya pengangkutan bibit, dekat dari sumber tanah untuk mengisi kantong plastik top soil, areal datar atau jika miring dibuat teras-teras.
Pemeliharaan pada pembibitan awal hampir sama seperti pada pembibitan utama. Menurut Pahan 2008 pemeliharaan di pembibitan awal pre nursery dan
pembibitan utama main nursery meliputi proses penyiraman, penyiangan gulma, pemupukan, pemberantasan hama dan penyakit, serta seleksi bibit.
Secara umum, karakter yang menyimpang dari tanaman kelapa sawit pada proses seleksi dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu kelainan pada
habitus tanaman, kelainan pada bentuk anak daun, dan kelainan daya pertumbuhan Pahan, 2008.
2.3.5. Pemeliharaan
Setelah selesai penanaman, maka dimulai masa pemeliharaan tanaman yang dibedakan atas pemeliharan tanaman belum menghasilkan TBM yang berlansung
sampai tanaman mulai dipanen dan pemeliharaan tanaman menghasilkan TM. • Pemeliharaan Tanaman Belum Menghasilkan TBM
Pekerjaan pemeliharaan TBM antara lain sebagai berikut :
9 a.
Konsolidasi, yaitu pemeriksaan situasi blok demi blok yang sudah ditanam untuk melihat kekurangannya, kemudian memperbaikinya sekaligus dilakukan
inventarisasi tanaman dan permasalahan lainnya. Bibit yang mati, abnormal, tumbang, terserang berat hama atau penyakit harus disisip, teras yang rusak
diperbaiki dan lain-lain. b.
Pemeliharaan jalan, benteng, teras, parit. Hal ini penting karena frekuensi pemakaian akan meningkat terus, baik untuk pengangkutan para pekerja,
pupuk, pengawasan, dan lain-lain. c.
Penyisipan tanaman, yaitu menyisipkan tanaman akibat tanaman mati, rusak berat, sakit dan abnormal. Makin cepat disisip, makin baik agar
pertumbuhannya tidak ketinggalan dan sebaiknya menggunakan bibit yang telah disediakan untuk sisipan. Penyisipan masih dapat dilakukan sampai
tanaman berumur 5 tahun. d.
Pemberantasan alang-alang. Agar alang-alang tidak meluas, maka perlu disediakan pekerja khusus yang disebut sebagai mandoran lalang. Untuk lalang
yang sporadik, dilakukan penggalian akar lalang atau disebut garpu lalang. Akarnya dijemur di atas tonggak kayu hingga kering. Cara lain adalah dengan
menyapukan kain yang telah dicelupkan racun lalang yang disebut wiping. e.
Pemeliharaan piringan pokok atau disebut juga bokoran, dilakukan dengan cara membersihkan gulma pada bokoran agar pupuk yang ditempatkan tidak diserap
gulma. Pada saat penggarukan piringan ini maka lebar atau radiusnya diperbesar menurut perkembangan tajuk.
f. Pemeliharaan penutup tanah. Tanaman penutup tanah jenis kacang-kacangan
membutuhkan waktu 4-6 bulan baru dapat menutup dan perlu dipertahankan untuk beberapa tahun. Selama masa itu, penutup tanah tidak akan luput dari
persaingannya dengan gulma. Oleh karena itu, perlu disiangi sehingga pertumbuhan tanaman penutup tanah maksimal.
g. Pemupukan TBM. Pupuk yang diberikan sedikit tapi lebih sering diberikan,
karena kemampuan tanaman menyerap pupuk masih rendah. Selain pemberian
10 pupuk N, P, K, Mg, B, unsur mikro seperti Cu dan Zn diperlukan pada tanah
gambut. h.
Kastrasi dan Ablasi, yaitu perkawinan bunga jantan dan betina muda pada saat TBM yang dilakukan sebulan sekali dan dimulai pada tanaman berumur 14
bulan. Kegunaan kastrasi yaitu untuk merangsang pertumbuhan vegetatif, menghemat penggunaan unsur hara dan air terutama pada daerah yang
memiliki curah hujan yang relatif kecil, kondisi tanaman menjadi lebih bersih sehingga mengurangi kemungkinan serangan hama dan penyakit.
i. Penyerbukan. Proses penyerbukan umumnya dilakukan oleh angin dan
serangga. Selain itu juga terdapat penyerbukan bantuan yang dimulai 6 bulan sebelum panen perdana sampai tanaman berumur 7 tahun.
j. Pemberantasan hama dan penyakit. Serangan hama pada tanaman muda
biasanya pada bagian umbut, daun, dan bunga. Beberapa jenis hama yang terdapat pada tanaman muda adalah kumbang tanduk, Apogonia sp, belalang,
ulat api, penggerek bunga. • Pemeliharaan Tanaman Menghasilkan TM
Pekerjaan pada tanaman menghasilkan meliputi : ¾
Pemeliharaan jalan, teras, parit dan lain-lain. ¾
Pemberantasan gulma pada TM. Pemberantasan gulma dilakukan pada gawangan dan pasar pikul.
¾ Penunasan pelepah daun. Dilakukan dengan cara membuang pelepah yang
rusak, sanitasi mencegah berkembangnya hama dan penyakit, memperlancar penyerbukan baik yang dilakukan serangga atau angin,
mempermudah panen dan pengamatan tandan masak. ¾
Konsolidasi dan inventarisasi ¾
Penjarangan, bertujuan untuk menghindari kepadatan tanaman yang dapat menurunkan produksi. Penjarangan dilakukan secara selektif dan
sitematis.
11 ¾
Pemupukan. Teknik, aplikasi, dosis, dan jenis pupuk tergantung pada jenis tanah, umur tanaman, tingkat produksi yang dicapai, realisasi pemupukan
sebelumnya, jenis pupuk yang akan dipakai, tenaga kerja yang tersedia, keadaan penutup tanah, analisis kadar hara pada daun.
¾ Pemberantasan hama dan penyakit. Secara umum hama dan penyakit pada
fase ini relatif sama. Contoh hama yang menyerang yaitu ulat penggulung daun, ulat jengkal, ulat anggrung, kumbang, belalang, dan lain-lain.
Penyakit yang menyerang antara lain busuk pucuk, busuk tandan, busuk pangkal batang.
2.3.6. Pemanenan pada Tanaman Kelapa Sawit
Kelapa sawit dapat mulai dipanen pada umur 30 bulan. Dalam keadaan normal, 90-100 dari seluruh pokok sudah matang panen. Tandan yang cukup besar dan siap
untuk diolah adalah yang padat isinya dan beratnya sekitar 3 kg. Kriteria panen yang digunakan yaitu dua brondolan artinya sudah ada 2 buah lepas dari tandannya atau
jatuh ke piringan pohon. Untuk tandan yang beratnya lebih dari 10 kg, dipakai 1 brondolan yang jatuh ke tanah. Kapasitas pemanen tergantung pada produksiha yang
dikaitkan dengan umur tanaman, topografi areal, kerapatan pohon, dan intensif.
2.4. Evaluasi Kesesuaian Lahan