18
D. Kesetaraan Simulasi Pengangkutan
Kesetaraan simulasi transportasi yang dilakukan dengan meja getar dapat dihitung dengan menggunakan persamaan dibawah ini:
1. Amplitudo rata-rata getaran bak truk P = Σ Ni x AiΣ Ni
Dimana: P = rata-rata getaran bak truk cm N = jumlah kejadian amplitudo
A = amplitudo getaran vertikal cm jalan luar kota 2.
Luas satu siklus bak truk jalan kota = sin WT dT
T = detik getaran W =
getaran detik 3.
Jumlah luas seluruh getaran bak truk jalan luar kota selama 0.5 jam = 30 menit x 60 detikmenit x f x Luas satu siklus bak truk jalan luar kota
4. Luas satu siklus getaran vibrator = 5. Jumlah seluruh getaran vibrator selama 1 jam
= 1 jam x 60 menitjam x f 6. Jumlah luas seluruh getaran vibrator selama 1 jam
= jumlah seluruh getaran vibrator selama 1 jam x luas satu siklus getaran vibrator Simulasi pengangkutan dengan truk selama satu jam dalam kota dan jalan buruk beraspal luar kota
= x setara panjang jalan
E. Pengamatan
1. Susut Bobot
Penurunan susut bobot dilakukan berdasarkan persentase penurunan berat bahan setelah simulasi transportasi. Pengambilan sampel dilakukan secara acak pada bagian lapisan atas, tengah dan
bawah dengan masing-masing 30 sampel pada setiap kemasan. Alat yang digunakan untuk menghitung susut bobot ini adalah timbangan digital dengan merk Mettler PM-4800.
Persamaan yang digunakan untuk menghitung susut bobot adalah sebagai berikut:
Dimana : W = bobot bahan awal penyimpanan gram Wa = bobot bahan akhir penyimpanan gram
2. Uji Kekerasan
Uji kekerasan diukur berdasarkan tingkat ketahanan buah terhadap batang penekan rheometer. Pengukuran kekerasan dilakukan dengan menggunakan rheometer model CR-300DX yang
diset dengan mode 20, beban maksimum 10 kg, kedalaman penekanan 10 mm, kecepatan penurunan beban 60 mm menit dan diameter batang 5 mm.
Penekanan yang dilakukan yaitu bagian ujung, tengah dan pangkal buah tomat Gambar 8. Besar gaya yang dibutuhkan untuk melakukan penusukan tergantung pada seberapa keras buah yang
akan ditusuk. Semakin tomat mudah untuk ditusuk tomat menjadi lunak maka tomat semakin rusak, begitu sebaliknya.
19 Gambar 8. Penekanan pada bagian a pangkal, b tengah dan c ujung
3. Total Padatan Terlarut TPT
Total Padatan terlarut dihitung dengan menggunakan alat refractometer model N-1 ATAGO. Pengukuran dilakukan dengan cara meletakkan cairan daging buah tomat pada prisma refraktometer.
Sebelum dan sesudah pembacaan, prisma refraktometer dibersihkan dengan aquades dan di lap dengan menggunakan tissue. Angka yang tertera pada refraktometer menunjukkan kadar total padatan
terlarut
o
Brix yang mewakili rasa manis.
4. Tingkat Kerusakan Mekanis
Uji tingkat kerusakan mekanis dilakukan setelah tomat digoncangkan atau digetarkan. Pengamatan dilakukan dengan cara melihat luka memar dan luka goresan dari masing-masing
kemasan. Uji ini dilakukan secara visual. Persentase kerusakan mekanis pada tomat dapat dihitung dengan persamaan:
Rusak = Jumlah RusakTotal Sampel x 100 Klasifikasi kerusakan mekanis pada suatu komoditi dibagi menjadi tiga, yaitu:
a. Luka memar
Luka memar terjadi akibat benturan produk dengan alat pengepakan atau pengemasan. Tanda- tanda memar kurang tampak dari luar. Tomat dianggap memar apabila terbentuknya bagian
warna yang berbeda pada kulit tomat dan buah menjadi lebih lunak. b.
Luka gores Luka gores terjadi akibat gesekan yang terjadi antara bahan dengan produk yang lain. Tomat
dianggap luka gores apabila terdapat goresan pada kulit luar tomat yang akan mengakibatkan rusaknya jaringan pelindung pada kulit.
c. Luka pecah
Luka pecah terjadi akibat adanya tekanan yang terjadi dari arah vertikal maupun dari arah horizontal. Selain itu dapat juga diakibatkan karena guncangan selama proses pengangkutan.
Tomat dianggap luka pecah apabila buah tomat menjadi terbuka dan tampak jaringan daging buah di bawah kulit.
F. Rancangan Percobaan