Pengaruh Penggunaan Jenis Kemasan dan Bahan Pengisi

23 buah pada setiap lapisanya. Selain itu, jumlah tumpukan dalam kemasan yang hanya terdiri dari tiga lapisan menyebabkan buah yang berada di lapisan paling bawah tidak mendapat beban yang terlalu berat. Semakin kecil kapasitas dalam kemasan akan semakin baik. Walaupun kemasan kardus karton dengan bahan pengisi lembaran kertas koran memberikan pengaruh yang besar terhadap perlindungan buah, perlu disesuaikan pengaturan umur petik buah tomat dengan jarak atau waktu tempuh perjalanan agar tomat mencapai kematangan yang optimum ketika sampai di tangan konsumen. Disimpulkan bahwa semakin lama perjalanan maka semakin tinggi kerusakan mekanis yang dialami dan penurunan mutu buah juga semakin tinggi.

C. Pengaruh Penggunaan Jenis Kemasan dan Bahan Pengisi

1. Susut Bobot Susut bobot dapat diartikan sebagai penurunan bobot produk akibat kehilangan kandungan air pada produk. Dari segi komersil, susut bobot sangat merugikan pedagang terutama untuk buah yang dijual berdasarkan bobotnya. Kehilangan air pada buah dapat mempengaruhi penampakan, tekstur dan nilai gizi buah. Susut setelah simulasi transportasi lebih banyak disebabkan oleh faktor metabolisme tomat yaitu respirasi, transpirasi dan proses hidrolisis pati menjadi komponen-komponen yang sederhana seperti glukosa dan yang akan terurai menjadi karbohidrat dan air oleh karena bereaksi dengan oksigen. Kandungan air pada buah akan berkurang segera setelah buah dipetik yang disebabkan oleh proses transpirasi. Transpirasi adalah penguapan air dalam sel, baik stomata, lenti sel maupun retakan pada kutikula. Respirasi tomat dalam simulasi transportasi dipengaruhi oleh faktor internal dari dalam bahan sendiri dan faktor eksternal dari luar atau lingkungan di sekeliling bahan. Faktor internal seperti tingkat perkembangan organ, komposisi kimia jaringan, ukuran produk, adanya pelapisan alami pada permukaan kulitnya dan jenis jaringan. Faktor eksternal seperti suhu, penggunaan etilen, ketersediaan oksigen dan adanya luka buah. Getaran mesin yang kuat akan mengakibatkan gesekan antar tomat dan gesekan tomat dengan wadah semakin besar, sehingga luka yang terjadi di dalam kemasan semakin banyak. Luka pada kulit buah tomat akan mempercepat terjadinya proses respirasi. Berdasarkan Gambar 11 dan 12, dapat diketahui bahwa saat setelah simulasi transportasi, bobot buah tomat mengalami penurunan pada semua perlakuan dan akan semakin menurun apabila dilakukan penyimpanan. Hal ini dikarenakan selama pengangkutan buah tomat mengalami respirasi dan transpirasi sehingga terjadi pengurangan kandungan air dan meningkatnya susut bobot buah tomat, karena tomat mengandung 93-94 air. Kerusakan mekanis setelah transportasi berkaitan erat dengan kehilangan produk. Jika kerusakan mekanis yang terjadi pada buah tomat tinggi maka penguapan dan kehilangan air akan berjalan lebih cepat dan sebaliknya jika kerusakan pada buah tomat rendah maka penguapan dan kehilangan air akan berjalan lebih lambat. Oleh karena itu, kemasan yang tepat dan cara penyusunan yang teratur di dalam kemasan sangat mempengaruhi kerusakan mekanis yang terjadi. Kerusakan mekanis berpengaruh terhadap penurunan mutu buah tomat. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 13 dan 14 nilai persentase susut bobot untuk setiap kemasan dan lama simulasi transportasi. 24 Gambar 11. Bobot buah tomat per lapisan sebelum dan setelah simulasi transportasi selama 1 jam Gambar 12. Bobot buah tomat per lapisan sebelum dan setelah simulasi transportasi selama 3 jam Gambar 13. Persentase susut bobot per lapisan setelah simulasi transportasi selama 1 jam Keterangan : K1P1 : Kemasan karton dengan bahan pengisi lembaran kertas koran K1P2 : Kemasan karton tanpa bahan pengisi K2P1 : Kemasan peti kayu dengan bahan pengisi lembaran kertas koran K2P2 : Kemasan peti kayu tanpa bahan pengisi 25 Gambar 14. Persentase susut bobot per lapisan setelah simulasi transportasi selama 3 jam Keterangan : K1P1 : Kemasan karton dengan bahan pengisi lembaran kertas koran K1P2 : Kemasan karton tanpa bahan pengisi K2P1 : Kemasan peti kayu dengan bahan pengisi lembaran kertas koran K2P2 : Kemasan peti kayu tanpa bahan pengisi Persentase susut bobot yang paling tinggi baik untuk simulasi 1 jam maupun 3 jam yaitu K2P2. Hal ini sama dengan tingkat kerusakan mekanis yang memiliki tingkat paling tinggi untuk kemasan peti kayu tanpa bahan pengisi. Sedangkan susut bobot yang paling rendah selama simulasi 1 jam dan 3 jam adalah K1P1, sesuai dengan tingkat kerusakan yang dialami K1P1 yaitu memiliki tingkat kerusakan yang paling rendah. Untuk simulasi selama 1 jam maupun 3 jam, persentasi susut bobot mengalami peningkatan yang sama mulai dari yang terendah sampai yang tertinggi: kemasan kardus dengan bahan pengisi lembaran kertas koran, kemasan kardus tanpa bahan pengisi, kemasan peti kayu dengan bahan pengisi lembaran kertas koran, dan kemasan peti kayu tanpa bahan pengisi. Dapat disimpulkan, lama pengangkutan selama transportasi mempengaruhi peningkatan susut bobot untuk setiap kemasan. Berdasarkan hasil pengamatan susut bobot terbesar pada setiap kemasan yaitu pada lapisan bawah dan susut bobot terkecil pada lapisan atas. Hal ini disebabkan karena selama penggetaran, buah tomat pada lapisan bawah menahan beban secara terus menerus dari buah tomat pada lapisan atas dan tengah, sehingga tomat pada lapisan bawah mengalami luka yang lebih banyak dan menyebabkan susut bobot juga semakin meningkat. Berdasarkan analisis ragam dan uji lanjut Duncan pada Tabel 4 untuk simulasi transportasi selama 1 jam dan 3 jam, terlihat bahwa jenis kemasan dan bahan pengisi tidak berpengaruh nyata terhadap susut bobot buah tomat. Interaksi antara jenis kemasan dan bahan pengisi tidak berpengaruh nyata terhadap susut bobot buah tomat Lampiran 4. Hal ini dapat diartikan bahwa penggunaan jenis kemasan dan bahan pengisi tidak berpengaruh terhadap penurunan bobot buah tomat. 26 Tabel 4. Pengaruh perlakuan kemasan dan bahan pengisi terhadap susut bobot buah tomat Waktu Kemasan Bahan Pengisi Simulasi Kardus karton Peti kayu Lembaran kertas koran Tanpa bahan pengisi 1 jam 105.721a 104.778a 106.365a 104.134a 3 jam 105.79a 104.072a 106.177a 103.684a Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada DMRT 5 2. Kekerasan Pengukuran kekerasan dilakukan karena dapat menjadi indikasi terjadinya kerusakan pada buah tomat, dimana jika semakin menurun nilai tekan buah tomat maka kerusakannya semakin tinggi yang berarti kekerasan buah tomat telah menurun. Selain itu pengujian kekerasan juga dapat melihat penurunan mutu yang terjadi pada buah tomat dari sebelum dilakukan simulasi dan setelah dilakukan simulasi transportasi. Menurut Pantastico 1989, peningkatan dan penurunan nilai kekerasan berhubungan dengan penguapan air. Tingkat kekerasan bergantung pada tebalnya kulit luar, kandungan total zat padat dan kandungan pati yang terdapat pada bahan. Proses respirasi lebih cepat akibat terlukanya kulit buah tomat sehingga mempercepat proses respirasi yang membutuhkan air dan air tersebut diambil dari sel, sehingga menyebabkan pengurangan air dari sel. Spencer 1965 dalam Muchtadi 1992 menyatakan penurunan kekerasan pada buah tomat terjadi akibat terjadinya depolimerisasi karbohidrat dan zat pectin penyusun dinding sel sehingga akan melemahkan dinding sel dan ikatan kohesi antar sel sehingga viskositas sel menurun dan tekstur tomat menjadi lunak. Nilai kekerasan buah tomat sebelum simulasi transportasi diambil secara acak untuk masing- masing perlakuan waktu simulasi dan kemasan. Pengambilan secara acak ini mengakibatkan nilai kekerasan yang diperoleh berbeda-beda, tetapi perbedaan nilainya tidak terlalu jauh. Dilihat dari Gambar 15 dan 16, dapat dikatakan bahwa kekerasan setelah simulasi untuk semua kemasan dan perlakuan bahan pengisi mengalami penurunan. Hanya saja nilai penurunan yang terjadi tidak terlalu besar. Hal ini disebabkan karena saat setelah simulasi transportasi tidak diberikan perlakuan penyimpanan, sehingga nilai penurunan kekerasan yang terjadi sangat kecil. Kekerasan buah tomat dapat berkurang disebabkan oleh buah tomat yang setelah transportasi mengalami kerusakan sehingga menyebabkan buah menjadi lebih lunak dibandingkan dengan sebelumnya. Berdasarkan Gambar 17 dan 18 dapat dilihat bahwa persentase penurunan nilai kekerasan yang tertinggi untuk simulasi 1 jam dan 3 jam transportasi adalah pada kemasan peti kayu tanpa bahan pengisi K2P2. Sedangkan penurunan nilai kekerasan yang terendah untuk simulasi 1 jam dan 3 jam transportasi adalah pada kemasan kardus karton dengan bahan pengisi lembaran kertas koran K1P1. Lapisan bawah pada setiap kemasan selalu menghasilkan nilai penurunan yang paling tinggi. Hal ini disebabkan karena lapisan bagian bawah mengalami kerusakan yang paling besar akibat menahan berat secara terus-menerus dari tomat bagian atasnya, sehingga kekerasan buah tomat pada lapisan bawah menjadi lebih lunak. Proses respirasi yang terjadi pada buah tomat lapisan bawah lebih cepat akibat adanya luka memar atau luka gores. Sedangkan pada lapisan atas hanya sedikit yang mengalami kerusakan mekanis, sehingga nilai kekerasannya tidak terlalu menurun karena buah tomat masih dalam keadaan segar dan tidak terkena luka. 27 Gambar 15. Kekerasan per lapisan sebelum dan setelah simulasi transportasi selama 1 jam Gambar 16. Kekerasan per lapisan sebelum dan setelah simulasi transportasi selama 3 jam Gambar 17. Penurunan nilai kekerasan per lapisan setelah simulasi transportasi selama 1 jam Keterangan : K1P1 : Kemasan karton dengan bahan pengisi lembaran kertas koran K1P2 : Kemasan karton tanpa bahan pengisi K2P1 : Kemasan peti kayu dengan bahan pengisi lembaran kertas koran K2P2 : Kemasan peti kayu tanpa bahan pengisi 28 Gambar 18. Penurunan nilai kekerasan setelah simulasi transportasi selama 3 jam Keterangan : K1P1 : Kemasan karton dengan bahan pengisi lembaran kertas koran K1P2 : Kemasan karton tanpa bahan pengisi K2P1 : Kemasan peti kayu dengan bahan pengisi lembaran kertas koran K2P2 : Kemasan peti kayu tanpa bahan pengisi Hasil analisis ragan dan uji lanjut Duncan pada Tabel 5 untuk simulasi transportasi selama 1 jam dan 3 jam, menunjukkan bahwa jenis kemasan dan bahan pengisi tidak berpengaruh nyata terhadap kekerasan buah tomat. Interaksi antara jenis kemasan dan bahan pengisi tidak berpengaruh nyata terhadap kekerasan buah tomat Lampiran 5. Hal ini dapat diartikan bahwa penggunaan kemasan dan bahan pengisi tidak berpengaruh terhadap penurunan kekerasan buah tomat. Tabel 5. Pengaruh perlakuan kemasan dan bahan pengisi terhadap kekerasan buah tomat Waktu Kemasan Bahan Pengisi Simulasi Kardus karton Peti kayu Lembaran kertas koran Tanpa bahan pengisi 1 jam 1.55173a 1.561132a 1.53322a 1.57984a 3 jam 1.56817a 1.63558a 1.66397a 1.53978a Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada DMRT 5 3. Total Padatan Terlarut Kandungan gula yang terdapat pada buah tomat tidak tinggi, tetapi kandungan gula pada buah akan meningkat sejalan dengan proses pematangan dan menurun seiring dengan lama penyimpanan buah. Kandungan total padatan terlarut dapat menunjukkan derajat kematangan serta menunjukkan kandungan gula yang terdapat pada bahan tersebut Sjaifullah, 1996. Jika kita bicara masalah gula sesungguhnya hanya meliputi 3 kandungan utama, yaitu glukosa, fruktosa dan sukrosa Winarno, 1981. Pada Gambar 19 dan 20 dapat dilihat bahwa sebelum dilakukan simulasi transportasi nilai total padatan terlarut pada setiap kemasan dan waktu berbeda-beda, tetapi nilainya tidak berbeda jauh satu sama lain. 29 Gambar 19. Total padatan terlarut per lapisan sebelum dan setelah simulasi transportasi selama 1 jam Gambar 20. Total padatan terlarut per lapisan sebelum dan setelah simulasi transportasi selama 3 jam Gambar 21. Peningkatan total padatan terlarut per lapisan setelah simulasi transportasi selama 1 jam Keterangan : K1P1 : Kemasan karton dengan bahan pengisi lembaran kertas koran K1P2 : Kemasan karton tanpa bahan pengisi K2P1 : Kemasan peti kayu dengan bahan pengisi lembaran kertas koran K2P2 : Kemasan peti kayu tanpa bahan pengisi 30 Gambar 22. Peningkatan total padatan terlarut per lapisan setelah simulasi transportasi selama 3 jam Keterangan : K1P1 : Kemasan karton dengan bahan pengisi lembaran kertas koran K1P2 : Kemasan karton tanpa bahan pengisi K2P1 : Kemasan peti kayu dengan bahan pengisi lembaran kertas koran K2P2 : Kemasan peti kayu tanpa bahan pengisi Pada Gambar 21 dan 22 dapat dilihat bahwa total padatan terlarut setelah simulasi transportasi mengalami peningkatan pada setiap masing-masing kemasan. Tomat merupakan buah klimaterik yang dalam proses pemasakannya disertai dengan peningkatan laju respirasi dan produksi etilen yang disertai dengan terjadinya perubahan fisik dan kimia. Proses pematangannya berlangsung walau telah dipetik dari pohonnya. Respirasi klimaterik pada buah tomat akan mulai terjadi bersamaan dengan tercapainya ukuran maksimum dari buah. Oleh karena itu, selama proses simulasi transportasi buah tomat mengalami kematangan ketika di dalam kemasan, sehingga nilai total padatan terlarut meningkat dari sebelumnya. Akan tetapi nilai peningkatan yang terjadi tidak terlalu besar. Persentase peningkatan total padatan terlarut tertinggi selama 1 jam dan 3 jam simulasi transportasi yaitu pada kemasan peti kayu tanpa bahan pengisi K2P2. Hal ini sama terjadi pada tingkat susut bobot dan tingkat kerusakan mekanis K2P2 memiliki nilai paling besar. Sedangkan persentase peningkatan total padatan terlarut yang paling rendah selama 1 jam dan 3 jam simulasi transportasi yaitu pada kemasan kardus karton dengan bahan pengisi lembaran kertas koran K1P1. Pada setiap kemasan bagian lapisan bawah memiliki kenaikan total padatan terlarut paling besar. Akibat menahan tomat yang berada di bagian atasnya maka tomat pada lapisan bawah mengalami tingkat kerusakan mekanis yang lebih tinggi dibandingkan dengan lapisan atas dan tengah sehingga memacu laju respirasi menjadi lebih tinggi. Laju respirasi membutuhkan energi yang mengakibatkan total padatan terlarut yang didapatkan dari perombakan zat-zat gula melalui proses oksidasi sehingga mengakibatkan tingginya tingkat total padatan terlarut. Berdasarkan analisis ragam dan uji lanjut Duncan pada Tabel 6 untuk simulasi transportasi selama 1 jam dan 3 jam, terlihat bahwa jenis kemasan dan bahan pengisi tidak berpengaruh nyata terhadap total padatan terlarut buah tomat. Interaksi antara jenis kemasan dan bahan pengisi tidak berpengaruh nyata terhadap total padatan terlarut buah tomat Lampiran 6. Hal ini dapat diartikan bahwa penggunaan jenis kemasan dan bahan pengisi tidak berpengaruh terhadap peningkatan total padatan terlarut buah tomat. 31 Tabel 6. Pengaruh perlakuan kemasan dan bahan pengisi terhadap total padatan terlarut buah tomat Waktu Kemasan Bahan Pengisi Simulasi Kardus karton Peti kayu Lembaran kertas koran Tanpa bahan pengisi 1 jam 3.79672a 3.77338a 3.80505a 3.86388a 3 jam 3.87560a 3.87283a 3.76505a 3.88455a Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada DMRT 5 4. Kerusakan Mekanis Pengukuran kerusakan mekanis dilakukan setelah simulasi transportasi dengan melihat jumlah buah yang rusak pada tiap kemasan. Kerusakan mekanis pada buah tomat dikelompokkan menjadi luka gores, luka pecah dan luka memar. Pengelompokan kerusakan mekanis dilakukan secara visual dengan cara melihat langsung kenampakan luar dari buah tomat. Lama simulasi transportasi akan memberikan dampak kerusakan fisik tomat sebagai akibat tekanan yang setara dengan jarak perjalanan dari kebun sampai ke pembeli pertama. Goncangan yang terjadi selama simulasi transportasi menyebabkan terjadinya gesekan atau benturan dalam kemasan, yaitu gesekan antara tomat dengan dinding kemasan dan gesekan antar tomat di dalam kemasan. Kerusakan memar pada tomat ditandai dengan terbentuknya bagian warna yang beda dan buah tomat agak lunak. Kerusakan berupa luka atau pecah pada tomat mengakibatkan terbentuknya jamur pada bagian yang luka atau pecah. Permukaan kulit yang lembab karena proses transpirasi dan respirasi pada buah menyebabkan pertumbuhan jamur. Menurut Pantastico 1989 cacat mekanik dapat terjadi pada waktu pengangkutan dan kememaran yang ditimbulkan mengganggu reaksi-reaksi biokimia normal sehingga mengakibatkan perubahan warna, bau, dan rasa yang tidak diinginkan, serta pembusukan yang cepat. Nilai rata-rata tingkat kerusakan mekanis pada tiap kemasan setelah simulasi transportasi dapat dilihat pada Tabel 10. Gambar 23. Tingkat kerusakan mekanis tomat setelah simulasi transportasi selama 1 jam Keterangan : K1P1 : Kemasan karton dengan bahan pengisi lembaran kertas koran K1P2 : Kemasan karton tanpa bahan pengisi K2P1 : Kemasan peti kayu dengan bahan pengisi lembaran kertas koran K2P2 : Kemasan peti kayu tanpa bahan pengisi 32 Gambar 24. Tingkat kerusakan mekanis tomat setelah simulasi transportasi selama 3 jam Keterangan : K1P1 : Kemasan karton dengan bahan pengisi lembaran kertas koran K1P2 : Kemasan karton tanpa bahan pengisi K2P1 : Kemasan peti kayu dengan bahan pengisi lembaran kertas koran K2P2 : Kemasan peti kayu tanpa bahan pengisi Berdasarkan Gambar 23 dan 24 dapat dilihat bahwa peti kayu tanpa bahan pengisi memiliki tingkat kerusakan mekanis yang paling tinggi selama penggetaran. Sedangkan kemasan kardus dengan bahan pengisi lembaran kertas koran memiliki tingkat kerusakan mekanis yang lebih rendah bila dibandingkan dengan kardus tanpa pengisi dan peti kayu dengan bahan pengisi lembaran kertas koran. Hal ini dapat dilihat bahwa simulasi transportasi selama 3 jam menghasilkan kerusakan mekanis hampir dua kali lipat dibandingkan dengan simulasi transportasi selama 1 jam. Lama penggetaran simulasi sangat berpengaruh terhadap tingkat kerusakan mekanis. Semakin lama simulasi transportasi maka semakin meningkat persentasi kerusakan mekanisnya, begitu juga sebaliknya. Kerusakan mekanis buah tomat yang dikemas dengan menggunakan kardus lebih kecil dari buah tomat yang dikemas dengan menggunakan peti kayu. Kemampuan kemasan karton untuk menahan guncangan serta memiliki permukaannya yang rata dan halus sehingga mampu meminimalisir kerusakan mekanis terutama luka gores dan luka pecah yang disebabkan kontak langsung antara produk dan kemasan. Sedangkan peti kayu bersifat keras, kaku, permukaan tidak rata dan tajam sehingga sangat rentan apabila tomat mengalami luka gores, luka memar, dan luka pecah karena benturan antar buah atau benturan dengan kemasan. Dalam penelitian ini kemasan kardus lebih baik dalam meminimalisir kerusakan mekanis daripada kemasan peti kayu. Kerusakan mekanis yang terbanyak yaitu pada lapisan dasar pada setiap kemasan dan pada bagian pinggir untuk kemasan peti kayu. Kerusakan pada lapisan dasar yang dialami pada setiap kemasan dikarenakan, selama penggetaran buah tomat pada bagian dasar menahan beban benturan secara terus menerus dari buah tomat di bagian atas sehingga mengakibatkan banyaknya luka memar. Sedangkan kerusakan pada bagian pinggir kemasan peti kayu disebabkan karena selama penggetaran terjadi perpindahan buah tomat dari posisi semula sehingga menyebabkan buah tomat bergeser ke arah pinggir kemasan dan terus mengalami tekanan oleh buah lainnya. Hal ini menyebabkan buah tomat berhimpitan dengan celah peti kayu dan menyebabkan kerusakan. Berdasarkan analisis ragam dan uji lanjut Duncan pada Tabel 7 untuk simulasi transportasi selama 1 jam dan 3 jam, terlihat bahwa jenis kemasan dan bahan pengisi berpengaruh sangat nyata 33 terhadap kerusakan mekanis buah tomat. Interaksi antara jenis kemasan dan bahan pengisi dengan simulasi transportasi 1 jam tidak berpengaruh nyata terhadap kerusakan mekanis, sedangkan untuk interaksi antara jenis kemasan dan bahan pengisi dengan simulasi transportasi selama 3 jam berpengaruh sangat nyata terhadap kerusakan mekanis buah tomat. Hal ini dapat diartikan bahwa perbedaan penggunaan jenis kemasan dan bahan pengisi akan mengakibatkan perbedaan tingkat kerusakan mekanis. Lama pengangkutan selama transportasi juga sangat mempengaruhi tingkat kerusakan mekanis, semakin lama pengangkutan maka semakin tinggi tingkat kerusakan mekanis, begitu juga sebaliknya. Kerusakan mekanis akibat goncangan selama pengangkutan, secara ekonomis dapat meningkatkan kerugian karena menambah jumlah buah yang harus dibuang sehingga menurunkan jumlah buah yang dapat dijual. Tabel 7. Pengaruh perlakuan kemasan dan bahan pengisi terhadap kerusakan mekanis buah tomat Waktu Kemasan Bahan Pengisi Simulasi Kardus karton Peti kayu Lembaran kertas koran Tanpa bahan pengisi 1 jam 9.7594b 18.1348b 24.6220b 13.7368b 3 jam 22.7218a 41.2181a 34.7309a 18.7443a Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada DMRT 5 Pada kemasan kardus dengan bahan pengisi lembaran kertas koran K1P1 yang simulasi transportasi selama 1 jam dan 3 jam, dari jumlah kerusakan mekanis 6.96 dan 14.29 terdapat luka memar semua. Sedangkan untuk kemasan peti kayu baik dengan bahan pengisi maupun tanpa bahan pengisi K2P1 dan K2P2, jumlah kerusakan mekanis yang terjadi terdapat luka memar dan luka gores Gambar 25. Gambar 25. Luka yang terajdi setelah simulasi transportasi: a luka memar dan b luka gores Kememaran pada buah-buah yang tidak dikupas mengakibatkan timbulnya bagian-bagian yang lunak, dengan warna yang berubah di bawah kulit. Perubahan warna itu disebabkan oleh oksidasi senyawa-senyawa polifenol karena rusaknya dinding sel. Pantastico 1989 menyatakan bahwa ketahanan terhadap kerusakan mekanis ditentukan oleh bentuk susunan sel-sel epidermal, tipe dan luasnya sistem jaringan dasarnya, dan susunan sistem berkas pengangkutnya. Memar terjadi sebagai reaksi terhadap beban tekanan dari getaran mesin, gesekan antar tomat dan gesekan dengan wadah. Tekanan tersebut menyebabkan air yang berada dalam sel terdesak keluar sehingga menjadi memar rusak. a b 34

D. Pemilihan Kemasan