Bahan Kemasan TINJAUAN PUSTAKA

9 2. Kemasan tidak langsung, yaitu kemasan kedua yang tidak bersentuhan langsung dengan produk. Jenis kemasan ini untuk melindungi bahan dari kerusakan fisik dan mekanis terutama untuk memudahkan pengaturan dalam alat angkut. Bahan pengemas jenis ini dapat terbuat dari peti kayu, peti plastik, peti karton dan keranjang bambu. Hambali 1995 menyatakan bahwa selama distribusi produk-produk hortikultura biasanya mengalami luka memar akibat pukulan, kompresi, vibrasi, serta gesekan. Memar pukulan terjadi karena komoditas atau kemasannya jatuh diatas permukaan yang keras. Penanganan jenis memar ini dapat dilakukan dengan menggunakan bantalan di dalam kemasan dengan baik. Memar akibat kompresi terjadi karena pengisian kemasan yang berlebihan sehingga komoditas harus menahan beban tumpukan yang cukup besar. Memar vibrasi dan gesekan terjadi akibat gesekan sesama produk di dalam kemasan atau gesekan antara produk dengan kemasan. Kerusakan tipe ini dapat dikurangi dengan merancang ukuran kemasan serta pengisian yang tepat dengan menghindari adanya ruang kosong terlalu besar di bagian atas kemasan. Perancangan kemasan selama pengangkutan ditujukan untuk meredam goncangan dalam perjalanan yang mengakibatkan kememaran dan penurunan kekerasan hasil hortikultura. Faktor yang perlu diperhatikan meliputi kemasan, jenis, sifat, tekstur dan dimensi bahan kemasan, komoditas yang diangkut, sifat fisik, bentuk, ukuran, struktur dan pola susunan biaya pengangkutan dibandingkan dengan harga komoditas, permintaan waktu, jarak dan keadaan jalan yang dilintasi Purwadaria, 1998. Kemasan buah tomat terbuat dari bahan kayu, bambu, kardus, kantong plastik, dan karung. Untuk pengiriman berjarak jauh biasanya kemasan peti kayu dan bambu, sedangkan kemasan untuk pasar lokal, swalayan, super market dan lain-lain dapat digunakan kantong plastik atau kardus karton. Kapasitas kemasan peti kayu untuk pengiriman jarak jauh sekitar 10-30 kg. Kapasitas kemasan dan tingkat kemasakan buah tomat dapat mempengaruhi persentase kehilangan hasil akibat kerusakan setelah melalui pengiriman jarak jauh. Kapasitas kemasan ditentukan berdasarkan sistem penanganan yang akan digunakan pada transportasi. Menurut Peleg 1985, kapasitas kemasan untuk penanganan sesuai kemampuan manusia suitable for carrying man adalah 10-30 kilogram dan sekitar 200-500 kilogram untuk sistem penanganan mesin suitable for forklift handling. Komoditi hortikultura bersifat mudah rusak perishable dan masih melakukan metabolisme sebagai aktivitas hidup maka pemuatan produk dalam kemasan harus dilakukan secara efisien untuk menghindari kerusakan produk selama transportasi. Penggunaan 60-65 volume kemasan adalah penggunaan volume kemasan yang baik untuk mengurangi kerusakan produk karena masih tersedianya ruang dalam kemasan untuk pertukaran gas-gas yang dihasilkan dari proses metabolisme produk selama dikemas Peleg, 1985.

D. Bahan Kemasan

1. Peti Kayu Kayu merupakan bahan pengemas tertua yang diketahui oleh manusia, dan secara tradisional digunakan untuk mengemas berbagai macam produk pangan padat dan cair seperti buah-buahan dan sayuran, teh, anggur, bir dan minuman keras. Kayu adalah bahan baku dalam pembuatan palet, peti atau kotak kayu di negara-negara yang mempunyai sumber kayu alam dalam jumlah banyak. Tetapi saat ini penyediaan kayu untuk pembuatan kemasan juga banyak menimbulkan masalah karena makin langkanya hutan penghasil kayu. Menurut Hanlon 1984 kemasan peti kayu memiliki sifat fisik dan mekanik yang bervariasi sehingga untuk keperluan tertentu dilakukan pemilihan yang selektif terhadap jenis kayu yang digunakan. Pada dasarnya tidak ada kriteria khusus untuk menentukan jenis 10 kayu yang digunakan sebagai kemasan. Pemilihannya umumnya ditentukan hanya berdasarkan jumlah kayu yang tersedia, kemudahannya untuk dipaku, jenis produk yang akan dikemas, kekuatan dan kekakuan kayu, serta harganya. Bahan kayu yang dipilih untuk pembuatan kotak kayu ini biasanya kayu yang ringan dan kuat sehingga mudah dipindah-pindahkan dan dapat dilakukan penumpukan. Permukaan papan kayu yang digunakan sebagai bahan kemasan yang harus dibuat sehalus mungkin. Hal ini dilakukan untuk menghindarkan terjadinya luka pada buah atau sayuran gesekan dari serat kayu yang mencuat keluar. Sedangkan menurut Sjaifullah 1996, berdasarkan pertimbangan-pertimbangan pustaka dan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Sub Bagian Perlakuan Segar Hasil Hortikultura Bagian Teknologi, Lembaga Penelitian Hortilkutura Pasar Minggu, jenis yang digunakan untuk membuat peti kayu adalah yang berwarna putih dan lentur seperti kayu teki Albizia lebbeck Benth, kayu kenanga, dan kayu sengon. Peti kayu merupakan salah satu alternatif kemasan yang masih banyak digunakan untuk pengangkutan komoditas hortikultura, misalnya untuk mengemas buah jeruk, salak, tomat dan komoditi lainnya. Bahan baku dan tenaga kerja untuk membuatnya juga relatif murah, disamping itu kebutuhan akan peralatan khusus tidak terlalu banyak. Keuntungan pemakaian kayu sebagai kemasan yaitu dapat ditumpuk dengan ketinggian tertentu tanpa menyebabkan kerusakan yang diakibatkan oleh penumpukan tersebut dan mampu melindungi komoditi yang dikemas terhadap kerusakan yang mungkin terjadi akibat adanya tekanan dari segala arah Poernomo, 1979. Apabila dibandingkan dengan kemasan peti karton bergelombang, peti kayu mampu mempertahankan bentuknya bila ditempatkan dalam ruangan yang lembab atau terkena air. Kelemahan lain dari penggunaan kayu sebagai kemasan adalah ketidakcukupan pengetahuan akan teknik dasar seperti struktur kayu, metode perakitan dan sebagainya. Hingga saat ini perakitan kemasan kayu masih dilakukan dengan cara yang sederhana, dan jarang sekali dilakukan pengamatan terhadap kandungan air kayu, rancang bangundisain yang efisien, pengikatanpelekatan tidak dengan jenis pengikat dan ukuran yang benar, sehingga dihasilkan kemasan kayu dengan kekuatan yang rendah. Akibatnya nilai ekonomis kemasan kayu menjadi rendah. Walaupun mempunyai kelemahan, tetapi kemasan kayu tetap digunakan pada industri- industri alat berat dan mesin. Kemasan kayu juga tetap merupakan alternatif untuk mengemaskan buah-buahan dan sayur-sayuran yaitu dengan kemasan kayu berat-ringan light-weigh wooden. Peranan kemasan kayu di masa depan masih tetap baik terutama pada aplikasi palet, dan merupakan salah satu alternatif penting disamping kertas dan plastik. Hal ini disebabkan karena bahan baku kayu dan tenaga kerja yang masih cukup tersedia. Penggunaan peti kayu untuk transportasi buah dan sayur masih mempunyai prospek yang baik untuk dikembangkan, sehingga perlu dikembangkan pengetahuan akan pembuatan kemasan berbahan baku kayu. 2. Kardus Karton Kardus karton gelombang adalah material mentah yang paling terkenal untuk kemasan transportasi pada berbagai jenis produk seperti buah dan sayuran segar, manufaktur, peralatan rumah tangga dan industri. Bahan kemasan ini juga digunakan dalam transportasi semi curah berbagai komoditi dengan jumlah yang luas. Papan karton bergelombang yang telah dibentuk sebagai kemasan sering disebut kardus. Peti karton gelombang adalah wadah yang ideal untuk buah selama pengangkutan Liu dan Ma, 1983. Kemasan kardus karton dibuat dari karton bergelombang yang terdiri dari kertas linier yang merupakan kertas pelapis luar dan kertas medium, yaitu kertas yang digunakan sebagai lapisan 11 bergelombang. Keduanya kemudian direkatkan di dalam mesin corrugator, yaitu mesin penggelombang kertas. Kemasan ini mempunyai beberapa kelebihan, antara lain: 1. Mempunyai bobot yang lebih ringan untuk material yang mempunyai kekuatan yang sama dan biaya yang lebih murah. 2. Mempunyai permukaan yang halus. 3. Mempunyai sifat meredam getaran yang baik. 4. Mudah untuk dicetak atau diberi label. 5. Mudah untuk dirakit dan dibongkar dalam penyimpanan. 6. Mudah didaur ulang dan dapat digunakan kembali. Kekurangan dari kemasan ini adalah kekuatannya akan berkurang pada kondisi udara yang lembab Peleg, 1985. Kertas gelombang antara permukaan pada papan karton gelombang disebut fluiting atau media gelombang. Kualitas terbaik dari fluiting adalah yang terbuat dari serat kayu dengan metode pengolahan pulp secara khusus. Terdapat tiga daya tahan yang dimiliki oleh kemasan karton, yaitu daya tahan jebol, daya tahan susun, dan daya tahan air basah. Ketahanan jebol dan daya tahan susun dari kemasan karton sangat bergantung pada kualitas bahan yang digunakan. Daya tahan terhadap air basah dapat dilakukan dengan menambah lapisan lilin pada permukaan karton, baik di bagian dalam, maupun di bagian luar sesuai kebutuhan FPI 1983 dalam Wijandi 1989. Umumnya terdapat empat jenis utama dari papan karton gelombang, yaitu: 1. Single-faced board Papan ini terbuat dari satu permukaan pipih dengan sebuah medium bergelombang atau flutting. Material ini hanya digunakan untuk membuat produk kardus 2. Single-wall atau double-faced board Papan ini terbuat dari dua permukaan dengan satu bagian yang bergelombang di tengahnya. Hampir 90 dari semua kardus terbuat dari papan karton gelombang jenis ini. 3. Double-wall board Terbuat dari dua permukaan dan dua media bergelombang dengan penuh pembatas di tengahnya sehingga terdapat lima lapisan. Tingkatan ini sering digunakan untuk pengemasan skala ekspor. 4. Triple-wall board Tingkatan ini memiliki tiga media bergelombang sehingga seluruh lapisannya berjumlah tujuh lapisan. Hanya sebagian pabrik yang membuat jenis ini, yang mana sering digunakan untuk aplikasi industri yang sangat berat. Menurut Satuhu 2004, dengan lebih majunya industri kertas dan karton, pengguna kotak karton sekarang ini sudah cukup mendesak karena beberapa hal berikut ini: a. Pembuatannya dilakukan secara maksimal dengan mesin sehingga dapat diproduksi secara massal sesuai dengan ukuran dan kapasitas rancangan. b. Kemasan kotak karton bekas dapat dipakai kembali dan setelah rusak dapat didaur ulang menjadi karton kembali. c. Perancangannya dapat disesuaikan dengan kondisi buah yang dikemas. d. Kotak karton dapat dilengkapi dengan gambar buah yang dikemas, golongan ukuran, jenis mutu, keterangan jumlah, berat bersih, daerah asal, dan produsen. e. Kotak karton dapat dilengkapi dengan ventilasi. f. Sifat meredam getaran yang baik. g. Lapisan karton dapat dibuat bergelombang sebagai penyekat antar buah sehingga kerusakan akibat gesekan dan tekanan dapat dihindari. 12 h. Kotak karton memiliki bahan yang ringan sehingga akan mempermudah pembongkaran dan dinding karton yang halus dibandingkan peti kayu menyebabkan gesekan antara komoditi dengan dinding tidak berakibat buruk. 3. Bahan Pengisi Kemasan Selama transportasi dan penyimpanan, kemasan dan bahan segar akan menghadapi beberapa kerusakan, baik dari segi mekanis, lingkungan ataupun biologis. Kerusakan mekanis dapat dinyatakan sebagai kerusakan yang disebabkan oleh tumbukan, getaran kompresi, dan tusukan. Kerusakan tumbukan dapat terjadi jika kemasan jatuh atau terlempar. Buah di dalamnya akan bergerak dan bersentuhan antara sesama buah dan antara buah dengan kemasan yang mengakibatkan kerusakan. Untuk mengurangi efek produk tersebut pada produk kemasan harus dibuat tidak bergerak dan membagi beban yang ada pada setiap bagian dan memberikan bantalan. Efek merugikan dari getaran termasuk luka lecet yang disebabkan karena perpindahan relatif produk dari kemasan dan dari produk yang lain bisa dikurangi dengan menahan tiap bagian produk. Kerusakan kompresi terjadi selama penumupukan kemasan. Kemasan kaku yang terlampau penuh atau cacat dapat menyebabkan gaya kompresi yang ada dari penumpukan lebih banyak dilanjutkan kepada produk daripada kemasannya. Hasilnya, produk menjadi memar, tingkat kerusakannya tergantung pada besarnya gaya yang terjadi dan tingkat kematangan dari produk Pantastico, 1989. Beberapa dari kerusakan ini dapat diminimalisir dengan menghindari adanya ruang kosong yang terdapat di dalam kemasan serta melindungi tekanan dan gesekan antara sesama produk ataupun antara produk dengan kemasan selama kegiatan transportasi. Bahan yang digunakan untuk mengisi ruang tersebut sering disebut dengan istilah bahan pengisi kemasan. Menurut Syarief et al. 1989 bahan pengisi merupakan material yang dijejalkan diantara kelebihan ruang gerak guna menahan gerak barang atau abrasi terhadap isi ruang. Bahan pengisi digunakan untuk melindungi produk atau barang selama distribusi dan penyimpanan. Kertas yang dicabik-cabik kecil merupakan bahan pengisi yang jelek kualitasnya karena kurang sifat anti getarannya dan tidak tahan air, tetapi bahan pengisi jenis ini memilliki beberapa keuntungan antara lain mudah didapatkan dan murah. Bahan pengisi dapat mengurangi sebagian besar kerusakan yang terjadi selama transportasi. Bahan pembantu yang bisa digunakan dalam pengemasan buah maupun sayuran yang menggunakan keranjang dan peti di Indonesia adalah merang, daun-daun kering, pelepah batang pisang, tikar atau kertas koran, potongan-potongan kertas, dan lain-lain. Bahan-bahan tersebut digunakan sebagai bahan pelapis dinding kemasan atau sebagai bahan pengganjal untuk melindungi buah atau sayur terhadap pergeseran dengan dinding kemasan, sebagai alat penyekat antar produk atau sebagai bahan pengisi di sela-sela antara setiap komoditas yang dikemas untuk mencegah terjadinya pergeseran letak komoditas. 13

III. METODE PENELITIAN