81 sampai dengan 80, namun jika nilai VAF kurang dari 20 dapat
disimpulkan bahwa hampir tidak ada efek intervening.
E. Operasional Variabel Penelitian
Penelitian ini menggunakan variabel eksogen, variabel endogen, dan variabel intervening yang melibatkan empat variabel penelitian. Berikut ini
pemaparan terkait dengan variabel penelitian dan definisi operasional variabel.
1. Variabel eksogen dalam penelitian ini adalah profesionalisme dan
keahlian auditor forensik. 2.
Variabel intervening dalam penelitian ini adalah kompetensi bukti.
3. Variabel endogen dalam penelitian ini adalah pengungkapan korupsi.
1. Profesionalisme X
1
Profesionalisme yang dimaksud dalam penelitian ini adalah profesionalisme berdasarkan pendapat Hall 1968 dalam Dwi dan
Effendi 2013 dengan indikator: a.
Pengabdian pada profesi Dedication, dicerminkan dari dedikasi profesionalisme melalui penggunaan pengetahuan
dan kecakapan yang dimiliki. b.
Kewajiban Sosial Social obligation, yaitu pandangan tentang pentingnya peran profesi serta manfaat yang diperoleh baik
82 oleh masyarakat atau pun oleh profesional karena adanya
pekerjaan tersebut. c.
Kemandirian Autonomy demands, yaitu suatu pandangan bahwa seorang professional harus mampu membuat
keputusan sendiri tanpa ada tekanan dari pihak yang lain. d.
Keyakinan terhadap peraturan profesi Belief in self- regulation
, yaitu suatu keyakinan bahwa yang berwenang untuk menilai pekerjaan profesional adalah rekan sesama
profesi, dan bukan pihak luar yang tidak mempunyai kompetensi dalam bidang ilmu dan pekerjaan mereka.
e. Hubungan dengan sesama profesi Professional community
affiliation berarti menggunakan ikatan profesi sebagai acuan,
termasuk organisasi formal dan kelompok-kelompok kolega informal sebagai sumber ide utama pekerjaan.
Skala pengukuran yang digunakan adalah skala Likert yang dikembangkan oleh Rensis Likert, dengan 5 item pernyataan.
2. Keahlian X
2
Keahlian yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keahlian berdasarkan pendapat Digabriele 2008 yang digunakan untuk
menguji skill auditor forensik, dengan indikator: a.
Keahlian yang penting bagi seorang auditor forensik adalah analisis deduktif.
83 b.
Keahlian yang penting bagi seorang auditor forensik adalah pemikiran yang kritis.
c. Keahlian yang penting bagi seorang auditor forensik adalah
pemecahan masalah yang tidak terstruktur. d.
Keahlian yang penting bagi seorang auditor forensik adalah fleksibilitas penyidikan.
e. Keahlian yang penting bagi seorang auditor forensik adalah
keahlian analitik. f.
Keahlian yang penting bagi seorang auditor forensik adalah komunikasi lisan.
g. Keahlian yang penting bagi seorang auditor forensik adalah
komunikasi tertulis. h.
Keahlian yang penting bagi seorang auditor forensik adalah pengetahuan tentang hukum.
i. Keahlian yang penting bagi seorang auditor forensik adalah
composure. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala Likert yang
dikembangkan oleh Rensis Likert, dengan 9 item pernyataan. 3.
Kompetensi Bukti Intervening Kompetensi bukti yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
kompetensi bukti menurut Arens et al 2012:196 merujuk pada tingkat dimana bukti tersebut dianggap dapat dipercaya atau diyakini
kebenarannya dalam kasus tindak pidana korupsi, dengan indikator:
84 a.
Independensi penyedia bukti, bukti audit diperoleh dari sumber diluar entitas akan lebih dapat dipercaya daripada bahan bukti
audit yang diperoleh dari dalam entitas. b.
Efektivitas pengendalian intern, jika pengendalian intern klien berjalan secara efektif, maka bukti audit yang akan diperoleh
akan lebih dapat dipercaya daripada jika pengendalian intern lemah.
c. Pengetahuan langsung auditor, bukti audit yang diperoleh
langsung oleh auditor akan lebih kompeten daripada informasi yang diperoleh secara tidak langsung.
d. Kualifikasi individu yang menyediakan informasi, individu
ynag menyediakan atau menyampaikan informasi harus memenuhi kualifikasi menurut Undang-Undang atau peraturan
yang terkait. e.
Tingkat objektivitas, bukti yang objektif akan dapat lebih dipercaya daripada bukti yang membutuhkan pertimbangan.
f. Ketepatan waktu, Ketepatan waktu atas bahan bukti audit
dapat merujuk baik kapan bukti itu dikumpulkan atau kapan periode waktu yang tercover oleh proses audit tersebut.
Skala pengukuran yang digunakan adalah skala Likert yang dikembangkan oleh Rensis Likert, dengan 6 item pernyataan.
85 4.
Pengungkapan Korupsi Y Pengungkapan Korupsi yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah pengungkapan korupsi berdasarkan Pusdiklatwas BPKP 2013 dengan merujuk pada bukti audit dan alat bukti hukum pasal
184 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana KUHAP, dengan indikator:
a. Informasi hasil pengujian fisik physical examination, dapat
memperkuat keabsahan keterangan saksi dan keterangan terdakwa.
b. Informasi hasil konfirmasi confirmation, dapat memperkuat
keabsahan keterangan saksi. c.
Informasi hasil inspeksi atas dokumen document dan catatan klien, dapat memperkuat keabsahan keterangan saksi, surat,
dan keterangan terdakwa. d.
Informasi hasil prosedur analitis analytical procedures, dapat memperkuat keabsahan keterangan ahli.
e. Informasi hasil tanya jawab dengan auditan inquires of the
client , dapat memperkuat keabsahan keterangan saksi dan
keterangan terdakwa. f.
Informasi hasil penghitungan ulang atau rekalkulasi recalculation, dapat memperkuat keabsahan keterangan ahli.
86 g.
Informasi hasil pelaksanaan ulang reperformance, dapat memperkuat keabsahan keterangan ahli.
h. Informasi hasil observasi observation, tidak dapat dijadikan
alat bukti hukum karena hanya berdasarkan pengamatan atau dugaan auditor saja. Dalam pasal 185 KUHAP ayat 5 “Baik
pendapat maupun rekaan, yang diperoleh dari hasil pemikiran saja, bukan merupakan keterangan saksi. Sehingga informasi
hasil observasi digunakan untuk mendukung pengembangan keterangan lainnya.
Skala pengukuran yang digunakan adalah skala Likert yang dikembangkan oleh Rensis Likert, dengan 8 item
pernyataan.
87
Tabel Penelitian 3.1 Operasional Variabel Penelitian
Variabel Indikator
No. Butir Pernyataan
Skala Pengukuran
Variabel Profesionalisme
Auditor Forensik X
1
Hall 1968 dalam Dwi dan
Effendi 2013 Auditor forensik
menggunakan segenap pengetahuan, kemampuan
dan pengalaman dalam melaksanakan pekerjaannya.
1.
Skala Interval
Profesi auditor forensik merupakan profesi yang
memiliki peran penting di masyarakat.
2.
Dalam memutuskan hasil audit, auditor forensik tidak
mendapat tekanan dari siapapun.
3.
Kinerja auditor forensik dapat dinilai oleh rekan
sesama profesi karena mempunyai pengetahuan
yang sama sehingga jika terdapat kesalahan
pertimbangan dapat segera diketahui.
4.
Dengan sering berkumpul dan berdiskusi bersama rekan
seprofesi, akan meningkatkan pengetahuan sehingga dapat
lebih akurat dalam membuat pertimbangan audit.
5.
Ketika menghadapi kondisi yang tidak wajar, auditor
forensik menggunakan keahlian analisis deduktifnya.
6.
Memiliki kemampuan berpikir kritis penting bagi
auditor forensik untuk mengevaluasi antara fakta
dan opini. 7.
Bersambung pada halaman selanjutnya
88 Tabel 3.1 lanjutan
Variabel Indikator
No.Butir Pertanyaan
Skala Pengukuran
Variabel Keahlian
Auditor Forensik X2
Digabriele, 2008
Auditor forensik harus mampu memberikan solusi dalam
pemecahan masalah yang tidak terstruktur.
8.
Skala Interval
Auditor forensik harus memiliki kemampuan fleksibilitas
penyidikan dalam melakukan audit di luar ketentuan yang
berlaku. 9.
Keahlian analitik auditor forensik digunakan dalam
memeriksa bukti yang seharusnya ada, bukan bukti
yang telah ada
. 10.
Auditor forensik harus dapat berkomunikasi secara efektif
dengan lisan. 11.
Auditor forensik harus dapat berkomunikasi secara efektif
dengan tulisan. 12.
Auditor forensik harus dapat memahami proses-proses hukum
pidana dan perdata, sistem hukum, serta prosedur
pengadilan. 13.
Auditor forensik harus mampu untuk bersikap tetap tenang
meskipun dalam situasi tertekan. 14.
Penyedia bukti informan dari pihak independen diluar entitas
lebih dapat dipercaya, dibanding penyedia bukti informan yang
diperoleh dari dalam entitas. 15.
Semakin baik pengendalian internal klien, dapat
meningkatkan keyakinan tentang reliabilitas bukti.
16.
Bersambung pada halaman selanjutnya
89 Tabel 3.1 lanjutan
Variabel Indikator
No.Butir Pertanyaan
Skala Pengukuran
Variabel Kompetensi Bukti
Intervening Arens
et al
, 2012:228
Bukti audit yang diperoleh langsung oleh auditor
forensik lebih kompeten, dibanding bukti audit yang
diperoleh secara tidak langsung.
17.
Skala Interval
Pihak independen yang memberikan informasi
harus memenuhi kualifikasi menurut Undang-Undang
atau peraturan terkait. 18.
Bahan bukti objektif lebih dapat dipercaya, dibanding
bahan bukti yang masih memerlukan pertimbangan
subjektif. 19.
Bukti yang diperoleh pada saat periode audit lebih
dapat diandalkan, dibanding bukti diluar periode audit.
20.
Informasi hasil pemeriksaan fisik, dapat memperkuat
keabsahan keterangan saksi dan keterangan terdakwa.
21.
Informasi hasil konfirmasi kepada pihak independen,
dapat memperkuat keabsahan keterangan saksi.
22.
Informasi hasil inspeksi atas dokumen dan catatan klien,
dapat memperkuat keabsahan keterangan saksi,
surat, dan keterangan terdakwa.
23.
Informasi hasil pelaksanaan prosedur analitis, dapat
memperkuat keabsahan keterangan ahli.
24.
Bersambung pada halaman selanjutnya
90 Tabel 3.1 lanjutan
Variabel Indikator
No.Butir Pertanyaan
Skala Pengukuran
Variabel Pengungkapan
Korupsi Y
Pusdiklatwas BPKP, 2013
Informasi hasil tanya jawab dengan pihak
independen, dapat memperkuat keabsahan
keterangan saksi dan keterangan terdakwa.
25.
Skala
Interval
Informasi hasil penghitungan ulang, dapat
memperkuat keabsahan keterangan ahli.
26.
Pelaksanaan ulang prosedur yang telah
dilaksanakan, dapat memperkuat keabsahan
keterangan ahli. 27.
Informasi hasil observasi, dapat mendukung
pengembangan keterangan lainnya.
28.
Sumber :Dari berbagai sumber yang diolah
91
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN A.
Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan terhadap auditor forensik yang bekerja di
Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia BPK RI dan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan BPKP Perwakilan Provinsi
DKI Jakarta. Auditor forensik yang berpartisipasi dalam penelitian ini adalah auditor forensik yang bekerja di BPK RI pada Auditorat Utama
Keuangan Negara AKN I, III, V, dan VII serta auditor forensik yang bekerja di BPKP Perwakilan Provinsi DKI Jakarta pada Deputi
Investigasi meliputi manager, supervisor, auditor senior, dan auditor junior.
Pengumpulan data dilaksanakan melalui penyebaran kuesioner penelitian secara langsung dengan mengirimkan langsung kepada kantor
yang bersangkutan. Proses perizinan, penyebaran dan pengembalian kuesioner dilaksanakan mulai tanggal 15 Maret 2016 sampai dengan 10
Mei 2016. Gambaran mengenai data sampel disajikan pada tabel 4.1.
92
Tabel 4.1 Data Sampel Penelitian
No. Keterangan
Jumlah Persentase
1. Jumlah kuesioner yang disebar
90 100
2. Jumlah kuesioner yang tidak kembali
23 25,56
3. Jumlah kuesioner yang tidak dapat diolah
3 3,33
4. Jumlah kuesioner yang dapat diolah
64 71,11
Sumber : Data primer yang diolah Kuesioner yang disebarkan berjumlah 90 buah dan jumlah yang
kembali adalah sebanyak 67 kuesioner atau 74,44. Kuesioner yang tidak kembali sebanyak 23 buah atau 25,56, hal ini dikarenakan
waktu penyebaran kuesioner yang terlalu singkat serta auditor forensik yang sedang berada di kantor perwakilan daerah. Kuesioner yang
dapat diolah berjumlah 64 buah atau 71,11 sedangkan kuesioner yang tidak dapat diolah sebanyak 3 buah atau 3,33 karena tidak diisi
secara lengkap oleh responden. Data distribusi penyebaran kuesioner penelitian dapat
dilihat pada tabel 4.2.
Tabel 4.2 Data Distribusi Sampel Penelitian
No. Kantor
Kuesioner yang dikirim
Kuesioner yang diolah
1. AKN I 15
11 2. AKN III
15 11
3. AKN V 15
13 4. AKN VII
15 -
5. Deputi Investigasi 30
29
Sumber : Data primer yang diolah
93 2. Karakteristik Profil Responden
Responden dalam penelitian ini adalah auditor forensik yang bekerja di BPK RI pada Auditorat Utama Keuangan Negara AKN I,
III, V, dan VII serta auditor forensik yang bekerja di BPKP Perwakilan Provinsi DKI Jakarta pada Deputi Investigasi yang
memiliki fungsi audit penghitungan kerugian keuangan negara dan pemberian keterangan ahli sehingga akan mampu memberikan
informasi yang relevan terhadap pengungkapan korupsi. Berikut ini adalah deskripsi mengenai identitas penelitian yang terdiri dari jenis
kelamin, posisi terakhir, pendidikan terakhir, usia, dan pengalaman kerja responden.
a. Deskripsi responden berdasarkan jenis kelamin
Tabel 4.3 berikut ini menyajikan hasil uji deskripsi responden berdasarkan jenis kelamin.
Sumber : Data primer yang diolah Tabel 4.3 diatas menunjukkan bahwa sebanyak 42 orang
atau 65,6 responden di dominasi oleh jenis kelamin laki-laki, dan sisanya sebesar 22 orang atau 34,4 responden berjenis
Tabel 4.3 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Laki-laki 42
65,6 65,6
65,6 Perempuan
22 34,4
34,4 100,0
Total 64
100,0 100,0
94 kelamin perempuan, hal ini dikarenakan karakteristik profesi
auditor forensik lebih memerlukan lebih banyak waktu dalam pekerjaannya sehingga responden dalam penelitian ini mayoritas
laki-laki. b.
Deskripsi responden berdasarkan posisi terakhir Tabel 4.4 berikut ini menyajikan hasil uji deskripsi
responden berdasarkan posisi terakhir.
Sumber: Data primer yang diolah Tabel 4.4 diatas, diperoleh informasi bahwa mayoritas
responden adalah auditor senior sebanyak 30 orang atau sebesar 46,9. Responden yang menduduki jabatan sebagai auditor
junior sebanyak 22 orang atau 34,4, sedangkan sisanya yaitu sebagai manager dan supervisor sebanyak 5 dan 7 orang atau
sebesar 7,8 dan 10,9. Hal ini dikarenakan semakin tinggi jabatan di AKN I, III, V, dan Deputi Investigasi semakin tinggi
pula tingkat kesibukannya.
Tabel 4.4
sil Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Posisi terakhir
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid Auditor Junior
22 34,4
34,4 34,4
Auditor Senior 30
46,9 46,9
81,3 Supervisor
7 10,9
10,9 92,2
Manager 5
7,8 7,8
100,0 Total
64 100,0
100,0
95 c.
Deskripsi responden berdasarkan pendidikan terakhir Tabel 4.5 berikut ini menyajikan hasil uji deskripsi
responden berdasarkan pendidikan terakhir.
Sumber : Data primer yang diolah Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui bahwa sebagian besar
responden berpendidikan terakhir Strata Satu S1 dengan jumlah 45 responden atau 70,3. Sisanya dengan jumlah 17 responden
atau 26,6 berpendidikan terakhir Strata Dua S2 dan dengan jumlah 2 responden atau sebesar 3,1 berpendidikan terakhir
Diploma III D3. Hal ini karena pada umumnya standar pendidikan untuk dapat direkrut bekerja sebagai pemeriksa di
BPK RI dan BPKP minimal Strata Satu S1. d.
Karakteristik responden berdasarkan pengalaman kerja Tabel 4.6 berikut ini menyajikan hasil uji deskripsi
responden berdasarkan pengalaman kerja.
Tabel 4.5 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan
Terakhir
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid D3
2 3,1
3,1 3,1
S1 45
70,3 70,3
73,4 S2
17 26,6
26,6 100,0
Total 64
100,0 100,0
96 Sumber : Data primer yang diolah
Berdasarkan tabel 4.6 di atas dapat diketahui bahwa mayoritas responden dalam penelitian ini sebesar 50 atau sekitar
32 auditor forensik memiliki pengalaman kerja lebih dari 10 tahun. Responden yang memiliki pengalaman 6-10 tahun sebanyak 23
orang atau sebesar 35,9, responden yang memiliki pengalaman kerja 3-6 tahun sebanyak 5 rorang atau sebesar 7,8 dan sisanya
responden yang memiliki pengalaman kerja 3 tahun sebanyak 4 orang atau sebesar 6,3. Hal ini menunjukkan auditor forensik
yang bekerja pada AKN I, III, V, dan Deputi Investigasi adalah auditor yang telah memiliki pengalaman dalam penghitungan
kerugian keuangan negara atau dalam melaksanakan pemeriksaan terkait kasus korupsi karena didominasi oleh auditor yang memiliki
pengalaman lebih dari 10 tahun sehingga dapat relevan untuk memberikan informasi dalam penelitian ini.
Tabel 4.6 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Pengalaman
Kerja
Frequency Percent
Valid Percent Cumulative
Percent Valid 3 Tahun
4 6,3
6,3 6,3
3-6 Tahun 5
7,8 7,8
14,1 6-10 Tahun
23 35,9
35,9 50,0
10 Tahun 32
50,0 50,0
100,0 Total
64 100,0
100,0
97 e.
Deskripsi responden berdasarkan usia Tabel 4.7 berikut ini menyajikan hasil uji deskripsi responden
berdasarkan usia.
Sumber: Data primer yang diolah
Berdasarkan tabel 4.7 di atas menunjukkan responden yang bekerja pada AKN I, III, V, dan Deputi Investigasi sebesar 1,6
atau satu orang berusia kurang dari 25 tahun, sebesar 21,9 atau sebanyak 14 orang berusia 25-30 tahun, sebesar 21,9 atau
sebanyak 14 orang berusia 31-35 tahun, sebesar 14,1 atau sebanyak 9 orang berusia 36-40 tahun, sebesar 7,8 atau sebanyak
5 orang berusia 41-45 tahun, sebesar 14,1 atau sebanyak 9 orang berusia 46-50 tahun, dan sebesar 18,8 atau sebanyak 12 orang
berusia lebih dari 50 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa auditor forensik yang bekerja pada AKN I, III, V, dan Deputi Investigasi
adalah mereka yang berusia 25-30 tahun dan usia 31-35 tahun,
Tabel 4.7 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Usia
Frequency Percent
Valid Percent Cumulative Percent
Valid 25 Tahun
1 1,6
1,6 1,6
25-30 Tahun 14
21,9 21,9
23,4 31-35 Tahun
14 21,9
21,9 45,3
36-40 Tahun 9
14,1 14,1
59,4 41-45 Tahun
5 7,8
7,8 67,2
46-50 Tahun 9
14,1 14,1
81,3 50 Tahun
12 18,8
18,8 100,0
98 dikarenakan responden dalam penelitian ini didominasi oleh
auditor senior dan auditor junior.
B. Hasil Uji Instrumen Penelitian