Pengungkapan Korupsi Tinjauan Literatur

39 5 Tingkat objektivitas Bahan bukti yang objektif akan dapat lebih dipercaya daripada bukti yang membutuhkan pertimbangan tertentu untuk menentukan apakah bukti tersebut memang benar. 6 Ketepatan waktu Ketepatan waktu atas bahan bukti audit dapat merujuk baik kapan bukti itu dikumpulkan atau kapan periode waktu yang tercover oleh proses audit tersebut. Kompetensi bukti dapat disimpulkan sebagai kualitas atau keandalan data akuntansi dan informasi penguat yang merujuk pada tingkat dimana bukti tersebut dianggap dapat dipercaya atau diyakini kebenarannya. Berdasarkan persyaratan tersebut maka bukti audit hanya dapat berasal dari tiga sumber yaitu : pandangan auditor yang berkaitan dengan dunia nyata bukti observasi, pandangan orang lain yang berkaitan dengan dunia nyata yang disampaikan kepada auditor bukti testimonial dan karakteristik khusus dari suatu item yang terkait dengan realitas yang dapat dirasakan oleh siapa saja bukti tercatat.

6. Pengungkapan Korupsi

a. Definisi Pengungkapan Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia 2007 pengungkapan adalah tindakan untuk menunjukkan, membuktikan, menyingkap tentang sesuatu yang tadinya masih menjadi rahasia atau tidak banyak diketahui orang. 40 Gilbert 2014 pengungkapan bisa menunjukkan siapa konspirator dalam korupsi dan mengurangi ketidakpastian dalam transaksi ilegal. b. Definisi Korupsi Korupsi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia 2007 adalah penyelewengan atau penyalahgunaan uang negara perusahaan dsb untuk kepentingan pribadi atau orang lain. Korupsi berasal dari bahasa latin Corruptio atau Corruptus yang berarti suatu perbuatan yang busuk, buruk, bejat, tidak jujur, dapat disuap, tidak bermoral, menyimpang dari kesucian, kata-kata atau ucapan yang menghina atau memfitnah. Perbuatan korupsi dalam Islam telah dilarang dalam Al-Qu r‟an Surat Al-Baqarah ayat 188: “Dan janganlah kamu makan harta di antara kamu dengan jalan yang batil, dan janganlah kamu menyuap dengan harta itu kepada hakim, dengan maksud agar kamu dapat memakan sebagian harta orang lain itu dengan jalan dosa, padahal kamu mengetahui”. Dalam Al- Qur‟an korupsi disebut sebagai ghulul yang maknanya pengkhianatan terhadap kepercayaan atau amanah, korupsi dapat pula dideskripsikan sebagai al-shut yang bermakna menjadi perantara dengan menerima imbalan antara seseorang dengan penguasa untuk suatu kepentingan Umar, 2012. 41 Menurut Shleifer dan Vishny 1993 korupsi adalah penjualan barang-barang milik pemerintah oleh pegawai negeri untuk keuntungan pribadi. Sebagai contoh, pegawai negeri sering menarik pungutan liar dari perizinan, lisensi, bea cukai, atau pelarangan masuk bagi pesaing. Para pegawai negeri itu memungut bayaran untuk tugas pokoknya atau untuk pemakaian barang-barang milik pemerintah untuk kepentingan pribadinya. Suwarsono 2015 menilai korupsi bukan sekedar sebagai sebuah tindakan kejahatan terlarang yang melanggar hukum, tetapi merupakan sebuah disposisi psikologis, kecenderungan yang melekat pada moralitas seseorang. Maka dapat disimpulkan korupsi merupakan perbuatan curang yang merugikan negara dan masyarakat luas dengan berbagai macam modus. Korupsi membawa dampak negatif yang cukup luas pada kelangsungan hidup bangsa, menghambat perekonomian dan pembangunan nasional, namun yang paling dirasakan oleh rakyat adalah kemampuan negara semakin terbatas dalam hal menyediakan anggaran demi kepentingan rakyat. c. Bukti audit dan bukti hukum Pusdiklatwas BPKP 2013 bukti menurut hukum dan audit memiliki banyak kesamaan, karena keduanya memiliki tujuan yang sama yaitu memberikan bukti, untuk mendorong keyakinan tentang kebenaran atau kesalahan setiap pernyataan atas suatu masalah. 42 Laporan yang diterbitkan auditor sebaiknya membahas bagaimana fraudster melakukan suatu kecurangan, pengendalian internal yang berhasil dibobol, dan memberikan masukan dalam pencegahan terjadinya fraud Purjono, 2012. Timbul suatu permasalahan ketika LHAI tidak dapat secara langsung dijadikan alat bukti bagi penyidik sebagai syarat formil. Pasal 184 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana KUHAP menjelaskan bahwa alat bukti meliputi saksi, ahli, surat, petunjuk, dan keterangan terdakwa. Sedangkan Laporan Hasil Audit Investigasi LHAI tidak menunjukkan hubungan kausalitas secara terperinci antara oknum yang diduga melakukan penyimpangan dengan perbuatan yang disangkakan. Oleh karena itu perlu keterlibatan terlebih dahulu oleh penyidik untuk mengubah laporan tersebut kedalam bahasa hukum untuk dijadikan alat bukti Bramastyo, 2014. Bukti menurut hukum diatur pada ayat 1 pasal 184 KUHAP yang secara lengkapnya adalah sebagai berikut: Alat bukti yang sah ialah: keterangan saksi, keterangan ahli, surat, petunjuk, keterangan terdakwa. 1 Keterangan saksi Ketentuan mengenai keterangan saksi diatur dalam pasal 1 butir 27 KUHAP yang berbunyi : Keterangan saksi adalah, salah satu alat bukti dalam perkara pidana yang berupa keterangan dari saksi mengenai suatu peristiwa pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat 43 sendiri, dan ia alami sendiri dengan menyebut alasan dari pengetahuannya itu. 2 Keterangan ahli Dalam rangka membantu hakim rnemahami fakta-fakta materiil atau memperoleh kebenaran, materiil, dapat dihadirkan ahli yang diharapkan dapat membuat terang suatu hal. Pasal 1 butir 28 KUHAP manyatakan: Keterangan ahli adalah keterangan yang diberikan oleh seorang yang memiliki keahlian khusus tentang hal yang diperlukan untuk membuat terang suatu perkara pidana guna kepentingan pemeriksaan. 3 Surat Alat bukti surat diatur dalam pasal 187 KUHAP yang membagi alat bukti surat dalam , 4 empat jenis surat yaitu: a Berita acara dan surat lain dalam bentuk surat resmi yang dibuat olehpejabat umum yang berwenang atau yang dibuat dihadapannya yang memuat keterangan tentang kejadian atau keadaan yang didengar, dilihat, atau dialaminya sendiri disertai dengan alasan yang jelas dan tegas tentang keterangan itu. b Surat yang dibuat menurut ketentuan peraturan Perundang- undangan atau surat yang dibuat oleh pejabat mengenai ha yang termasuk dalam tata laksana yang menjadi 44 tanggungjawabnya dan yang diperuntukkan bagi pembuktian sesuatu hal atau sesuatu keadaan. c Surat keterangan dari seorang ahli yang memuat pendapat berdasarkan keahliannya mengenai sesuatu hal atau sesuatu keadaan yang diminta secara resmi daripadanya. Memperhatikan ketentuan pasal 186 beserta dengan penjelasannya dan pasal 187 huruf c KUHAP ini, ada pendapat yang menyatakan bahwa menyangkut keterangan ahli yang berupa laporan, terdapat sifat dualisme. Di satu sisi keterangan ahli diakui sebagai keterangan ahli pasal 186 KUHAP dan penjelasannya namun di sisi lain keterangan ahli,diakui sebagai bukti surat pasal 187 huruf c. d Surat lain yang hanya dapat berlaku jika ada hubungannya dengan isi dari alat pembuktian yang lain contoh surat jenis ini adalah korespondensi, surat pernyataan dan sebagainya. 4 Petunjuk Dalam pasal 188 ayat 1 KUHAP, yang dimaksud dengan petunjuk adaah perbuatan, kejadian atau keadaan yang karena persesuaiannya, baik antara yang satu dengan yang lain maupun dengan tindak pidana itu sendiri, menandakan bahwa telah terjadi suatu tindak pidana dan siapa pelakunya. 45 5 Keterangan terdakwa Keterangan terdakwa diatur dalam pasal 189 KUHAP yang berbunyi: a Keterangan terdakwa adalah apa yang terdakwa nyatakan di sidang tentang perbuatan yang ia lakukan, atau ia ketahui sendiri atau alami sendiri. b Keterangan terdakwa yang diberikan, diluar sidang dapat digunakan untuk membantu menemukan bukti di sidang pengadilan asalkan keterangan itu didukung oleh suatu alat bukti yang sah sepanjang mengenai hal yang didakwakan kepadanya. c Keterangan terdakwa ,hanya dapat digunakan terhadap dirinya sendiri. d Keterangan terdakwa saja tidak cukup untuk membuktikan bahwa ia bersalah melakukan perbuatan yang didakwakan kepadanya melainkan harus disertai dengan alat bukti yang lain. Ada delapan kategori jenis-jenis bukti audit yang dapat dipilih auditor Arens et al, 2012:200: 1 Pemeriksaan fisik Physical examination adalah perhitungan aktiva yang berwujud oleh auditor. Bahan bukti jenis ini sering dihubungkan dengan persediaan kas, tetapi dapat juga diterapkan untuk verifikasi efek-efek, wesel tagih dan aktiva tetap berwujud. 46 2 Konfirmasi Confimation digambarkan sebagai penerimaan jawaban tertulis maupun lisan dari pihak ketiga yang independen dalam memverifikasi akurasi informasi yang telah diminta auditor. 3 Dokumentasi Documentation biasanya disebut dengan pemeriksaan dokumen, yaitu merupakan pemeriksaan auditor atas dokumen dan catatan klien untuk mendukung informasi yang ada atau seharusnya ada dalam laporan keuangan. 4 Prosedur analitis Analytical procedures adalah menggunakan perbandingan dan hubungan untuk menentukan apakah saldo akun tersaji secara layak. 5 Tanya Jawab dengan klien Inquires of the cliens adalah mendapatkan informasi tertulis atau lisan dari klien dengan menjawab pertanyaan dari auditor. 6 Rekalkulasi Recalculation melibatkan pengecekan ulang atas sampel kalkulasi yang dilakukan oleh klien. Pengecekan ulang kalkulasi klien ini terdiri dari pengujian atas keakuratan perhitungan klien dan mencakup prosedur seperti perkalian faktur penjualan dan persediaan, penjumlahan jurnal dan buku tambahan, serta pengecekan kalkulasi beban penyusutan dan beban dibayar di muka. 47 7 Pelaksanaan Ulang Reperformance menyangkut pengecekan ulang sampel perhitungan dan perpindahan informasi yang dilaksanakan oleh klien selama periode yang diaudit. 8 Observasi Observation adalah penggunaan indera untuk menilai aktivitas klien. Selama menjalani penugasan dengan klien, auditor mempunyai banyak kesempatan untuk menggunakan inderanya penglihatan, pendengaran, perasaan, dan penciuman guna mengevaluasi berbagai item. Variabel pengungkapan korupsi dirancang dengan merujuk pada bukti audit dan alat bukti hukum pasal 184 Kitab Undang- Undang Hukum Acara Pidana KUHAP Pusdiklatwas BPKP, 2013: a. Pengujian Fisik Phsical Examination Dalam pengujian fisik ini, auditor APIP melakukan inspeksi ataupemeriksaan atau penghitungan terhadap fisik asset atau aktiva baik proyek, instansi, maupun badan usaha. Hasil pengujian fisik ini dituangkan dalam bentuk berita acara pemeriksaan fisik yang ditandatangani kedua belah pihak yaitu auditor dan auditan. Dari Berita Acara Pemeriksaan BAP Fisik ini menunjukkan adanya kesepakatan tentang fakta yang dimuat di dalam BAP tersebut. Dari bukti audit Berita Acara Pemeriksaan BAP Fisik ini, penyidik dapat mengubah atau mengembangkan menjadi alat bukti: keterangan saksi, apabila 48 auditan: mendengar, melihat, dan mengalami sendiri tindak pidana yang terjadi Pasal I butir 27 KUHAP atau menjadi keterangan terdakwa, apabila auditan ternyata terlibat dalam tindak pidana yang terjadi. b. Bukti Konfirmasi Confirmation Bukti konfirmasi didapat dengan cara mengajukan pertanyaan dalam rangka memperoleh penegasan dari pihak ketiga independen. Bukti konfirmasi ini lebih mengarah untuk diubah atau dikembangkan oleh penyidik sebagai alat bukti keterangan saksi, apabila ternyata mempunyai atau pernah mempunyai hubungan hukum dengan kegiatan auditan. c. Bukti Dokumen Document Dokumen merupakan jenis bukti audit yang didapat dari hasil pengujian yang dilakukan oleh auditor terhadap dokumen dan catatan yang mendukung informasi audit. Berkaitan dengan pembuktian menurut hukum pidana, maka bukti dokumen merupakan salah satu bukti audit yang dapat memenuhi- kriteria alat bukti surat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 187 KUHAP. Dengan adanya ketentuan perubahan Undang- undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yang terbaru, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001, bahwa selain dari keterangan saksi, surat dan keterangan terdakwa, bukti petunjuk dapat diperoleh dari informasi dan dokumen. Namun 49 demikian yang dapat menemukan dan menentukannya sebagai bukti petunjuk pada saat persidangan. Dengan demikian bukti dokumen dapat dikembangkan oleh penyidik menjadi alat bukti keterangan saksi, surat, dan keterangan terdakwa, serta dapat dipersiapkan oleh auditor untuk menjadi sumber atau referensi bagi hakim untuk menemukan alat bukti petunjuk. d. Prosedur Analitis Analytical Procedures Prosedur analisis merupakan jenis bukti audit yang diperoleh melalui perbandingan dan hubungan untuk menentukan apakah data yang ada menunjukan kewajaran. Bukti audit ini biasanya menghasilkan suatu indikasi, karenanya auditor perlu membuktikan kebenaran material indikasi tersebut. Prosedur Analisis adalah bukti audit yang memerlukan langkah auditan berupa penilaian auditor, sehingga lebih tepat apabila diajukan sebagai alat bukti keterangan ahli yang tertuang dalam LHAI. e. Bukti Tanya Jawab dengan Auditan Inquires of the Client Bukti audit ini tingkat keandalannya rendah karena berasal dari jawaban pihak auditan, sehingga informasi yang diperoleh cenderung memihak kepentingan auditan dan kurang independen. Bukti audit ini mungkin berupa pemyataan tidak pasti hearsay oleh karena itu auditor perlu mendapatkan lebih lanjut bukti audit yang nyata dengan cara melaksanakan 50 prosedur audit lainnya. Biasanya bukti tanya jawab dituangkan dalam Berita Acara Klarifikasi BAK. Walaupun menurut auditor bukti ini rendah tingkat keandalannya, tetapi dalam konteks bukti hukum, bukti audit tanya jawab dengan auditan dapat juga dikembangkan oleh penyidik menjadi alat bukti keterangan saksi dan keterangan terdakwa. f. Rekalkulasi Recalculation Pengecekan ulang atas sampel kalkulasi yang dilakukan oleh klien. Pengecekan ulang kalkulasi klien ini terdiri dari pengujian atas keakuratan perhitungan klien. Informasi yang didapat dari hasil rekalkulasi adalah bukti audit yang memerlukan langkah auditan berupa penilaian auditor, sehingga lebih tepat apabila diajukan sebagai alat bukti keterangan ahli yang tertuang dalam LHAI. g. Pelaksanaan Ulang Reperformance Pelaksanaan ulang merupakan jenis bukti audit yang diperoleh dengan cara melakukan pengecekan kembali terhadap suatu sample perhitungan dan pemindahan informasi yang dilakukan oleh auditan selama periode yang diaudit. Mengingat bukti audit pelaksanaan ulang ini erat kaitannya dengan bukti audit dokumen transaksi maupun pembukuan atau catatan satuan kerja dan terkait dengan kegiatan penilaian auditor terdadap 51 pembukuan atau catatan satuan kerja usaha pemerintah. Mengingat dalam alat bukti ini terdapat penilaian oleh auditor maka berdasarkan ketentuan Pasal 185 ayat 5 KUHAP tidak bisa diubah menjadi keterangan saksi, tetapi yang paling cocok adalah hasil penilaian ini ditanyakan dalam kapasitas sebagai pemberi keterangan ahli. h. Bukti Observasi Observation Bukti audit observasi ini adalah kesan yang diperoleh auditor dari penilaian pengamatannya saja atau dengan kata lain merupakan dugaan dari auditor, sehingga dugaan tersebut tidak dapat diterima sebagai alat bukti keterangan saksi. Sehingga hasil informasi observasi, dapat menduukung pengembangan keterangan lainnya. d. Bentuk Korupsi Untuk kepentingan perumusan strategi pemberantasan korupsi dipandang perlu untuk terlebih dahulu mengenali skema dan jenis korupsi. Albrecht et al 2014:331 mengelompokkan korupsi ke dalam empat skema berikut: 1 Skema penyuapan Skema yang dilakukan oleh seseorang dengan menawarkan, memberikan, atau mencoba memberikan sesuatu yang memiiki nilai dengan tujuan untuk memengaruhi keabsahan tindakan atau 52 keputusan bisnis tanpa sepengetahuan atau sepertujuan pihak-pihak yang berwenang. 2 Skema konflik kepentingan Skema yang terjadi ketika pegawai, manajer, atau eksekutif memiliki kepentingan ekonomi atau pribadi yang tidak diungkapkan dalam suatu transaksi, sehingga berdampak buruk terhadap perusahaan. 3 Skema pemerasan ekonomi Memaksa orang lain untuk masuk ke dalam transaksi atau dengan memberikan properti yang didasarkan pada kesalahan penggunaan dari yang seharusnya atau memaksa dengan melibatkan unsur ekonomi, perasaan ketakutan, atau perasaan terancam. 4 Skema penerimaan ilegal Skema yang dilakukan oleh seseorang dengan menawarkan, memberikan, atau mencoba memberikan yang memiliki nilai dengan tujuan untuk memengaruhi keabsahan tindakan atau keputusan bisnis tanpa sepengetahuan atau sepertujuan pihak-pihak yang berwenang. Berdasarkan pasal-pasal dalam UU No. 31 tahun 1999 UU No. 20 tahun 2001 dirumuskan 30 tiga puluh bentukjenis tindak pidana korupsi yang dapat dikelompokkan kedalam tujuh kelompok perbuatan, yaitu: 53 1 Kerugian keuangan negara 2 Suap-menyuap 3 Penggelapan dalam jabatan 4 Pemerasaan 5 Perbuatan curang 6 Benturan kepentingan dalam pengadaan 7 Gratifikasi Sedangkan dalam skema fraud tree yang dikembangkan oleh Association of Certified Fraud Examiners ACFE, korupsi corruption memiliki cabang ranting-ranting sebagai berikut: 1 Conflict of Interest atau benturan kepentingan sering kita jumpai dalam berbagai bentuk, diantaranya bisnis “pelat merah”. 2 Bribery, merupakan tindakan suap-menyuap. 3 Illegal gratuities, merupakan pemberian atau hadiah yang merupakan bentuk terselubung dari penyuapan. 4 Economic exortion, merupakan tindak pemerasan. Conflict of interest atau benturan kepentingan sering kita jumpai dalam berbagai bentuk , diantaranya bisnis “pelat merah” atau bisnis pejabat penguasa dan keluarga serta kroni mereka yang menjadi pemasok atau rekanan di lembaga-lembaga pemerintahan dan di dunia bisnis sekalipun. Benturan kepentingan dapat terjadi dalam skema pembelian purchase scheme mapupun penjualan sales scheme. Lembaga pemerintahan atau bisnis 54 selaku pembeli baik barang maupun jasa ber-KKN dengan “penjual”. Indikasi mengenai hal ini terlihat dalam hal pembeli merupakan lembaga besar, nilai pembeliannya tinggi, dan penjual merupakan supplier terkenal tingkat dunia. Jadi, seharusnya jual beli dapat dan lazimnya dilakukan secara langsung dan bukan melalui “penjual” perantara. Bribery atau penyuapan merupakan bagian yang akrab dalam kehidupan bisnis dan politik di Indonesia. Karena itu tidak perlu ada uraian yang panjang lebar tentang ranting ini. Anak ranting bribery adalah invoice kickback dan bid ringing. Kickback secara harfiah berarti “tendangan terbalik” merupakan salah satu bentuk penyuapan dimana si penjua l “mengikhlaskan” sebagian dari hasil penjualannya. Persentase yang diiklaskannya itu bisa diatur dimuka, atau diserahkan sepenuhnya kepada “keikhlasan” penjual. Dalam hal terakhir, apabila penerima kickback menggangap kickback yang diterimanya terlalu kecil, maka ia akan mengalihkan bisnisnya ke rekanan yang lebih “iklas” memberi kickback yang lebih tinggi. Kickback berbeda dari bribery. Dalam hal bribery pemberinya tidak “mengorbankan” suatu penerimaan. Misalnya, apabila seseorang menyuap atau menyogok seorang penegak hukum, ia mengharapkan keringanan hukuman. Dalam contoh kickback diatas, pemberinya menerima keuntungan materi. 55 Bid ringing merupakan permainan dalam tender, hal ini dapat dilakukan dengan persekongkolan diantara pembeli dan sebagian peserta tender, hal ini dapat berupa bid rotation tender arisan, dan dapat berupa phantom bods perusahaan menciptakan banyak perusahaan lain yang bohong-bohongan. Illegal gratuities adalah pemberian atau hadiah yang merupakan bentuk terselubung dari penyuapan. Dalam kasus korupsi di Indonesia kita melihat hal ini dalam bentuk hadiah perkawinan, hadiah ulang tahun,hadiah perpisahan, hadiah kenaikan pangkat dan jabatan dan lain-lain yang diberikan kepada penjahat. e. Sebab-Sebab Korupsi Dalam teori yang yang dikemukakan oleh Bologna 2000 dalam Tuanakotta 2012 penyebab korupsi disebut sebagai GONE Theory, bahwa faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya korupsi meliputi: 1 Greeds keserakahan Berkaitan dengan adanya perilaku serakah yang secara potensial ada di dalam diri setiap orang. 2 Opportunities kesempatan Berkaitan dengan keadaan organisasi atau instansi atau masyarakat yang sedemikian rupa, sehingga terbuka kesempatan bagi seseorang untuk melakukan kecurangan. 56 3 Needs kebutuhan Berkaitan dengan faktor-faktor yang dibutuhkan oleh individu- individu untuk menunjang hidupnya yang wajar. 4 Exposure pengungkapan Berkaitan dengan tindakan atau konsekuensi yang dihadapi oleh pelaku kecurangan apabila pelaku diketemukan melakukan kecurangan. Bahwa faktor-faktor Greeds dan Needs berkaitan dengan individu pelaku korupsi, yaitu individu atau kelompok baik dalam organisasi maupun di luar organisasi melakukan korupsi yang merugikan pihak korban. Sedangkan faktor-faktor Oppurtunities dan Exposure berkaitan dengan korban perbuatan korupsi yaitu organisasi, instansi, masyarakat yang kepentinganya dirugikan.

B. Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu

Dokumen yang terkait

Pengaruh peran komite audit, keahlian auditor dan profesionalisme auditor terhadap kualitas audit atas sistem informasi berbasis komputer dengan teknologi informasi sebagai variabel moderating

1 10 192

Analisis pengaruh orientasi profesional terhadap kinerja auditor, konflik peran sebagai variabel intervening

0 7 98

PENGARUH KOMPETENSI, INDEPENDENSI, DAN PROFESIONALISME TERHADAP KUALITAS AUDIT DENGAN ETIKA Pengaruh Kompetensi, Independensi, Dan Profesionalisme Terhadap Kualitas Audit Dengan Etika Auditor Sebagai Variabel Moderasi (Studi Empiris pada Kantor Akuntan P

0 2 20

PENGARUH KOMPETENSI, INDEPENDENSI, PROFESIONALISME DAN PENGALAMAN KERJA TERHADAP KUALITAS AUDIT DENGAN Pengaruh Kompetensi, Independensi, Profesionalisme Dan Pengalaman Kerja Terhadap Kualitas Audit Dengan Etika Auditor Sebagai Variabel Moderating (Studi

0 3 19

Pengaruh Profesionalisme Akuntan Forensik Terhadap Kompetensi Bukti Tindak Pidana Korupsi (Studi Kasus di Badan Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan Provinsi Jawa Barat).

1 1 22

Pengaruh Profesionalisme Akuntan Forensik terhadap Kompetensi Bukti Tindak Pidana Korupsi (Studi Kasus di Badan Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan Provinsi Jawa Barat).

0 1 29

PENGARUH KUALITAS LABA TERHADAP BIAYA MODAL DENGAN PENGUNGKAPAN SUKARELA SEBAGAI VARIABEL INTERVENING

0 0 2

PENGARUH PENGALAMAN, KOMPETENSI DAN INDEPENDENSI TERHADAP KINERJA AUDITOR DI SURABAYA DENGAN PROFESIONALISME SEBAGAI VARIABEL INTERVERNING - Perbanas Institutional Repository

0 1 21

PENGARUH PENGALAMAN, PENDIDIKAN DAN PELATIHAN TERHADAP PERTIMBANGAN TINGKAT MATERIALITAS LAPORAN KEUANGAN DENGAN PROFESIONALISME AUDITOR SEBAGAI VARIABEL INTERVENING - Perbanas Institutional Repository

0 0 22

PENGARUH PROFESIONALISME, PENGALAMAN, DAN KOMITMEN ORGANISASI TERHADAP KINERJA INTERNAL AUDITOR : KEPUASAN KERJA SEBAGAI VARIABEL INTERVENING - Unika Repository

0 0 16